Semua Bab SKANDAL PERNIKAHAN BERSAMA ADIK IPAR: Bab 31 - Bab 40
54 Bab
31
31.Sedangkan disebuah rumah sederhana. Dua orang dengan beda gender tengah bergulat panas di atas ranjang dengan l1ar. Mereka tak menghiraukan matahari yang sudah berada di atas kepala mereka. Mereka asik bergulat ria, hingga tiba-tiba…"Ahhsss! Udah, udah! Perih banget, aku nggak kuat!" Pria yang tengah di tindih oleh seorang wanita muda itu berteriak kesakitan. Tangannya berusaha mendorong tubuh wanita itu agar cepat berdiri, dan mencabut penyatuan mereka. Dia sungguh sudah tak tahan dengan rasa perih yang menjalar di 'aset' nya itu. Rasa perih yang sudah dia rasakan seminggu belakangan ini. Tapi, makin hari rasa perih itu bukannya menghilang malah semakin terasa perih. "Aku belum sampai ahhh!" Wanita itu tak menghiraukan wajah Tejo yang tengah menahan sakit mati-matian. Ya, pria itu adalah Tejo yang tengah melakukan hubungan intim dengan wanita yang di bayarnya.Wanita itu terus menaik turunkan tubuhnya, demi mencapai puncaknya. Dia tak mau rugi bandar, karena Tejo pun memb
Baca selengkapnya
32
32.Dayat menatap wajah Siska meminta tanggapannya atas permintaan Sari tadi. Namun, Siska justru membuang muka dengan perasaan tak menentu.Dalam dadanya ada pergumulan hebat. Dadanya berdebar kencang, dengan rasa sesak yang kian menderanya. Dia sungguh tak tahan melihat ini, dia cemburu! Dayat belum menyetujui permintaan Sari karena dia masih menunggu jawaban dari Siska. Wati yang merasa geregetan dengan sikap Dayat pun segera menarik tangan Dayat mendekati ranjang pasien. "Sari cuman minta waktumu sebentar saja. Apa susahnya, sih?!" geram Wati. "Nggak usah terlalu bergantungan sama perempuan itu. Ada Sari yang lagi butuh kamu sekarang," imbuhnya lagi dengan menatap Siska sinis. Dayat yang merasa sikpa Wati sudah sangat keterlaluan pun ingin menyahut, tapi Siska lebih dulu angkat bicara. "Biar aku, dan Sandra keluar sebentar. Mas bisa mengobrol dulu dengan Sari." Setelah berkata demikian Siska langsung tergesa-gesa berjalan keluar dari ruangan itu. Sandra pun tak mau ketinggal
Baca selengkapnya
33
33."Mm-mas bisa jelasin, dek. Mas nggak macam-macam didalam sana, sungguh!" Dayat berucap dengan gugup seraya mengangkat jari telunjuk, dan tengahnya. Bertanda dia sungguh-sungguh dengan ucapannya, berharap Siska tak salah paham lagi padanya. Ya. Wanita yang tadi bertanya padanya adalah Siska, yang baru saja datang dari kantin rumah sakit bersama Sandra. Siska tersenyum geli, melihat wajah Dayat yang gugup. Dia pun segera mendekati Dayat, dan duduk di sampingnya. "Terimakasih, mas," ujar Siska tiba-tiba dengan menyenderkan kepalanya pada bahu Dayat. Kening Dayat mengerut mendengar Siska yang mengucapkan terimakasih padanya. Matanya menatap Sandra yang tengah duduk, sibuk menikmati roti yang tadi mereka beli di kantin rumah sakit. Rasanya tak mungkin dia bertanya pada Sandra yang sedang fokus pada makanan nya. Tak mendengar suara sang suami, Siska mengangangkat kepalanya, dan menatap Dayat dengan lekat. "Terimakasih karena sudah menolak permintaan dari mbak Sari. Terimakasih m
Baca selengkapnya
34
34.Sedangkan di lain sisi, ada Tejo yang tengah merasakan sakit yang teramat sangat pada area intimnya. Sudah hampir satu Minggu Tejo tak lagi bisa berbagi keringat dengan wanita yang dia bayar, lantaran 'aset' nya yang teramat sakit. Jangankan untuk berhubungan badan, untuk membuang hajat pun Tejo harus mengumpulkan keberaniannya terlebih dahulu.Sebab rasa sakit itu akan membuatnya sangat takut. "Duuh. Ini, kok tambah sakit, sih? Padahal sudah mau sebulan. Kenapa nggak hilang-hilang sakitnya?" Tejo menggerutu seorang diri di dalam kamar. Kamar adalah tempat ternyaman untuknya yang sekarang tak bisa lagi berjalan dengan leluasa, akibat rasa sakitnya. Tejo bangkit perlahan dari pembaringannya, dan menggaruk ruam yang kini juga timbul di area mulut, dan belakang telinganya."Ini ruam juga, timbulnya di mana-mana. Nggak di garuk, gatal. Tapi, kalau di garuk malah sakit." Tejo terus menggerutu seraya mengingat-ingat lagi apa penyebabnya sampai dia bisa seperti ini. Namun, tak ada
Baca selengkapnya
35
35."Sar, ayo, ikut mbak ke pengajian!" Wati yang sudah rapi, berdiri di depan pintu kamar sang adik. Dia akan menjalankan perintah yang suaminya katakan beberapa hari yang lalu. Kebetulan hari ini ada pengajian rutin yang dilakukan di masjid yang terletak tak begitu jauh dari rumah yang Wati, dan keluarganya tempati. Tok, tok, tok! "Sari!" Wati mengulang panggilannya saat tak ada suara sahutan dari dalam kamar. Wati yang tak sabaran pun segera memutar kenop pintu kamar Sari. Tapi, sayang. Pintu itu justru terkunci. "Dek. Buka pintunya! Kamu nggak papa'kan?!" Wati dengan panik terus berusaha memanggil Sari. "Loh, mbak?" Sebuah suara yang menyapa gendang telinganya, membuat Wati langsung menoleh. "Ya Allah, dek! Kamu dari mana, sih? Mbak kira kamu didalam, loh!" Wati menggerutu dengan rasa lega. Karena adiknya tengah berdiri di hadapan dengan sehat, tak seperti yang dia pikirkan. "Aku dari kamar Wiwin. Aku," Sari menjeda ucapannya sejenak. Matanya yang mulai berkaca-kaca mena
Baca selengkapnya
36. Di grebek warga, lagi
"Mbak, toilet dimana? Aku mau buang air kecil, nih." Sari menyenggol lengan Wati yang tengah menyimak penjelasan Kyai di depan sana.Wati langsung menoleh padanya. "Mau mbak temenin?" "Nggak usah." Sari menggeleng, "mbak kasih tau aja dimana toiletnya," imbuhnya lagi dengan mimik wajah yang gusar, karena menahan sesuatu yang ingin segera dituntaskan."Kamu keluar dari sini, terus belok kiri. Dari situ kamu jalan lurus aja nanti ketemu toilet disana." Wati menerangkan dengan serius, serta gerakan tangannya. Agar Sari paham. Sari yang menyimak penjelasan Wati dengan serius langsung mengangguk, dan bangkit berdiri dengan tergesa-gesa.Dirinya melempar senyum saat beberapa pasang mata menoleh ke arahnya.Sudah dari tadi dia menahan diri untuk membuang hajat karena tak enak hati bertanya pada Wati. Sari langsung berjalan menuju toilet dengan mengingat kembali arahan dari Wati tadi. "Akhirnya ketemu juga," seru Sari dengan riang saat sudah menemukan sebuah pintu yang bertuliskan toilet.
Baca selengkapnya
37. Siap menikah.
Sepanjang perjalanan menuju ke balai desa. Sari terus merengek pada sang kakak, bahwa dirinya tak bersalah.Namun, Wati hanya menatapnya dengan pandangan tak berdaya. "Mbak. Aku mohon, percaya sama aku. Aku nggak ngapa-ngapain sama dia di dalam sana!""Maafkan mbak, dek. Mbak bukannya nggak percaya, tapi mbak nggak bisa melawan orang banyak ini," sahut Wati lirih," kakak iparnu sebentar lagi datang. Biar dia yang mengurus ini," lanjutnya lagi. Memberikan sedikit harapan pada Sari. Sari yakin, kakak iparnya pasti akan membelanya, dan membuatnya terbebas dari masalah ini.Dia terus merutuki dirinya sendiri karena tak melihat tulisan yang berada di pintu toilet. Seandainya tadi dia lebih teliti lagi, pasti dirinya tak berada di posisi ini sekarang. Tapi, nasi sudah menjadi bubur. Penyesalannya sungguh tak ada gunanya lagi. ___"Ya Allah, nak! Kamu kenapa bisa berbuat seperti ini? Kalau kamu mau menikah, ibu bisa melamarkan dia dengan cara baik-baik. Nggak perlu pake cara seperti ini
Baca selengkapnya
38. Apa ini karma?
Mau tak mau akhirnya Sari terpaksa harus menikah dengan Trisno. Dia tak mau membuat kakak, dan kakak iparnya ikut mendapat malu karena ulahbya yang teledor. Sari terisak saat mendengar Trisno mengucapakan ijab qobul dengan lantang, dan jelas. Dirinya menangisi takdir hidup yang seperti mempermainkan dirinya.Saat Dayat sudah tak mau lagi menerimanya. Dirinya sudah memantapkan hati untuk hidup sendiri, dan bekerja agar bisa bertemu dengan Sandra. Dirinya sangat ingin memberikan yang terbaik untuk Sandra sebagai bentuk permintaan maafnya. Karena selama ini telah menyia-nyiakan Sandra. Tapi, apalah dayanya. Sari hanya bisa berandai-andai, tapi hanya sang pencipta lah yang menentukan jalan takdirnya. Sari menyambut uluran tangan Trisno dengan kepala tertunduk. Dia masih tak bisa percaya hal ini akan terjadi padanya.Menikah secara mendadak dengan orang asing, dan yang lebih memalukan lagi. Dirinya di gerebek dengan tiba-tiba."Mbak, maafin aku. Aku lagi-lagi gagal menjadi adikmu," uc
Baca selengkapnya
39. Keributan, dan luka lama
Trisno terkejut begitu pintu depan sudah terbuka lebar. Dia menatap wanita yang berpenampilan modis dengan tatapan tak percaya. "Nisa–""Aku kesini mau minta penjelasan kamu, mas. Kamu sudah menikah, iya?!" Wanita yang bernama Nisa itu berteriak lantang. Membuat Trisno memundurkan langkahnya karena merasa gendang telinganya berdengung akibat suaranya. Sari, dan Bu Darni pun tak kalah terkejut mendengar suara teriakan itu. Mereka berdua langsung meninggalkan dapur saat mendengar suara wanita tadi."Trisno. Kenapa wanita ini bisa ada di sini?" Bu Darni menatap wajah Trisno dengan tatapan kecewa. Trisno terburu-buru mendekati ibunya. "Bu, Trisno nggak ta—""Apa selama ini kamu masih berhubungan dengan wanita ini?" Bu Darni menyela pembelaan Trisno.Trisno terdiam tak berkutik di hadapan ibu nya. Dirinya mengaku salah karena sudah membuat ibunya lagi-lagi merasa kecewa. "Mas. Jawab! Kamu sudah menikah?! Ini istri kamu?" Nisa menunjuk Sari dengan geram. Sedetik kemudian kerudung yang
Baca selengkapnya
40
"Sudah, biar ibu saja. Kamu istirahatlah, lukamu pasti terasa sakit, kan?" Bu Darni mencegah tangan Sari yang hendak membantunya mengangkat piring bekas makan malam mereka bertiga. Sari berdiri mematung, tak tau harus berbuat apa. Dia sungkan jika harus masuk kedalam kamar terlebih dahulu. "Tris, bawa istrimu masuk kedalam kamar. Suruh dia istirahat," titah Bu Darni pada Trisno yang baru selesai menenggak air minumnya. Trisno meletakkan gelas kaca tersebut, lalu menatap Sari yang tengah berdiri di sampingnya. "Ayo." Dengan gerakan kepalanya Trisno mengajak Sari mengikutinya. Dengan sopan Sari berpamitan pada Bu Darni, lalu mengikuti suaminya. Saat masuk kedalam kamar, Sari langsung membuka tas ransel tempat pakaiannya berada. Beruntung tadi Wati memberinya beberapa lembar baju gamis, dan kerudung untuknya. Itulah yang akan dia kenakan. Entah kenapa, setelah merasakan kenyamanan memakai pakaian tertutup, dan kerudung. Sari jadi tak menyukai baju-baju yang biasa ia pakai dulu.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status