Semua Bab Hantaran Diminta Kembali: Bab 21 - Bab 30
95 Bab
Bab 21
Hantaran Diminta Kembali"Ibu pulang duluan, ya!" pamit Bu RT pada Lila. Wanita itu segera saja mendahului Lila menuju ke rumahnya.Lila segera mendekati mobil yang parkir di depan rumahnya itu.Lila merasa ada firasat tak baik. Ia tak nyaman melihat ibu yang terlihat berwajah muram itu. Ada sesuatu yang terjadi. Lila menoleh ke samping. Bapak sudah berdiri di halaman samping rumahnya dan tampak melepas tali jemuran itu. "Ibu dan bapak pulang?" sapa Lila keheranan. Ia hafal kebiasaan orang tuanya yang akan pulang di hari libur saja."Kamu ngapain di rumah?" teriak ibu marah. Lila tersentak melihat sikap ibu yang tiba-tiba membentaknya. Ibu bahkan mengacuhkan tangan Lila yang terulur akan menyalami ibunya itu."Kenapa, Bu?" tanya Lila heran. Lila melirik Rizal yang berjalan mendekati mereka. "Bibimu menelpon ibu, dia bilang kamu sudah merayu Dimas, suaminya Sari!" seru Ibu marah. Ibu seolah menekankan kata suami Sari itu untuk menyindirnya.Lila menoleh ke belakangnya. Keempat o
Baca selengkapnya
Bab 22
Hantaran Diminta Kembali Ibu membuka tudung saji dan menatap masakan yang terhidang di meja itu. Tumis sayuran dingin dan beberapa iris tempe goreng dingin. Ibu mengingat, ibu tadi telah kenyang makan dengan masakan yang enak dan mewah di rumah Bu Anggraini sedangkan Lila di rumah makan seadanya. Itupun hasil masakan Lila sendiri. Ibu memilih berjalan ke dapur. Melihat rak dapur.Tidak ada telor atau mi instan yang bisa dimasak. Ibu akhirnya memilih memanasi sayur untuk diberikan pada Lila. Dalam hati ibu merasa tak tega melihat Lila. Wajar jika Lila berkeras ingin bekerja dan memperbaiki kehidupan mereka. Karena gadis itu mungkin sudah lelah menjalani kesederhanaannya. Dalam hati tentu ia ingin seperti gadis seusianya yang bisa bersenang-senang dan bermain.Ibu dan bapak masih bisa makan enak di tempat mereka bekerja. Tetapi Lila setiap hari menghemat uang dan menerima apa yang diberikan orangtuanya. Pernah beberapa kali ibu membawa makanan pemberian Bu Anggraini, tapi leb
Baca selengkapnya
Bab 23
Hantaran Diminta KembaliLila menyerah. Gadis itu telah berusaha menghadang kesulitannya sendiri tapi saat ada yang memintanya untuk peduli, ia pun jatuh simpati. Ia ingat cara membalas budi dan ia yang akan menebusnya sendiri. Bu Anggraini tersenyum menatap Lila yang termangu. Ia menepuk punggung tangan Lila dengan lembut. Membuyarkan lamunan gadis itu."Ibu pastikan kamu akan baik-baik saja!" janji Bu Anggraini pada Lila. Lila mengangguk. "Lilaaa!"Mereka seketika tersentak dengan suara seruan yang nyaring itu. Gedoran keras di pintu dan suara ribut di luar rumah membuat mereka seketika berdiri. "Sari! Mau apa anak itu!" geram bapak dengan wajah marah.Lila seketika menyusut airmatanya dengan kasar"Keluar kamu!" teriak Sari sambil menggedor pintu rumah. Terdengar suara sayup seorang pria mencoba menenangkan wanita itu. Suara teriakan dan gedoran di pintu terdengar sangat bising membuat Rizal dengan cepat berdiri dan segera beranjak membuka pintu dengan gusar. Sari tampak
Baca selengkapnya
Bab 24
Hantaran Diminta Kembali Lila menumpuk kardus barang elektronik itu di pojok ruangan dengan susah payah. Rizal benar-benar memberinya pekerjaan baru, beberes rumah. Ia harus merombak total tatanan perabota rumahnya karena datangnya barang yang dikirim tanpa konfirmasi terlebih dahulu. Pria itu juga mengirim barang yang tak terlalu dibutuhkan Lila. Lila memutuskan ke dapur dan membuat minuman karena ia merasa sangat haus. Dering suara telepon membuat Lila meletakkan kembali gelasnya. Lila segera beranjak kembali ke ruang tamu dan mengambil ponselnya. "Kita ketemuan di restoran Victoria jam tiga nanti." Terdengar suara berat dari ponsel Lila. "Ada apa, Pak?" tanya Lila penasaran."Bisa enggak langsung jawab "iya" tanpa bertanya alasannya apa?"sergah suara itu lagi dengan suara kesal. "Iya, Pak!" jawab Lila dengan kesal. "Kamu nggak mau, ya? Nggak ikhlas?" cecar suara itu lagi. Lila menggemeretakkan giginya kuat-kuat. "Mau, Pak. Saya suka diajak ke restoran, kok!" Se
Baca selengkapnya
Bab 25
Hantaran Diminta Kembali"Kok tiba-tiba saja Lila mau menikah?" tanya Bi Pur dengan nada menyelidik.Ibu sudah menduga pertanyaan ini akan terlontar saat ia mengundang keluarga adiknya itu untuk datang ke pesta pernikahan Lila. "Iya, memang acaranya mendadak. Karena sudah saling merasa cocok satu sama lain!" jawab ibu kalem. "Ya, daripada direncanakan jauh-jauh hari, ternyata masih gagal, ya, kan?" janjut ibu sambil menatap Sari. Seketika Sari mengalihkan wajah dengan jengah. Ia merasa tersindir. Dimas hanya melirik Sari. Pria itu tampak salah tingkah. "Lila menikah dengan siapa? Apa anak kampung sini?"tanya Bi Pur mengalihkan pembicaraan. "Iya, calon suami Lila orang perumahan kampung sebelah!" jawab bapak datar. "Ooooh!" seru Sari dan Bi Pur sambil saling pandang. "Oh, orang kampung sebelah!" ucap Sari mengulang kalimat itu sambil manggut-manggut. Bapak dan Ibu saling berpandangan, mengangguk sambil tersenyum. Mereka tahu ucapan Sari itu bermaksud merendahkan. Ibu lega
Baca selengkapnya
Bab 26
Hantaran Diminta Kembali Lila menatap lekat-lekat pria yang menjadi suaminya itu. Berusaha membaca mimik wajah dan menyelami arti tatapan mata itu. Yang jelas terlihat oleh Lila adalah tatapan dari seorang pria pada seorang wanita. Tatapan tajam sekaligus sendu. Rizal tak menyadari Lila sedang menatapnya dan membaca dirinya, ia terlalu fokus melihat wanita cantik bergaun silver itu sedang berfoto mesra dengan seorang pria. Sang pria melingkarkan tangan di pinggang ramping itu dan mereka tersenyum lebar sambil menatap kamera. Entah itu tatapan cemburu atau tatapan kagum, tapi Lila berharap ia berpikiran salah, bahwa Rizal terpaku menatap wanita yang masih menjadi adik iparnya itu. Wanita itu adalah Aiza, istri Zain."Ehem!" Deheman Lila seketika mengalihkan pandangan Rizal. Rizal menatap Lila dan seketika tatapan mata itu berubah dingin. Lila termangu.Bagaimana bisa ia tidak mendapatkan tatapan yang sama seperti wanita itu. Wanita yang tak seharusnya dipandang Rizal s
Baca selengkapnya
Bab 27
Hantaran Diminta Kembali"Bisa agak cepat, Yud!" perintah Rizal gusar. "Telpon ke ponselnya ibu saja, Pak!"ucap Yuda sambil melirik Rizal lewat spion. "Ibu siapa?"tanya Rizal sambil mengerutkan kening. "Bu Lila, pak!""Masa Bu Tejo!" gumam Yuda dalam hati saja. "Kenapa panggil Ibu, dia juga lebih muda dari kamu!" seru Rizal kesal sambil merogoh ponselnya. "Bu Lila majikan saya sekarang, Pak, masa saya panggil namanya,"kilah Yuda merasa panik. Yuda sebenarnya juga tak nyaman memanggil Lila dengan sebutan Ibu. Tidak cocok untuk Lila yang masih cukup muda itu. "Ya panggil dengan sebutan yang lain kan bisa,"sahut Rizal sambil menghubungi nomer ponsel Lila. Wajah pria itu makin terlihat gelisah."Saya panggil siapa, Pak?""Terserah kamu!"Sahut Rizal kesal. Nomer Lila tidak aktif. "Tidak bisa dihubungi, Yud!" keluh Rizal. Ia meremas ponselnya gemas. Entah tiba-tiba saja ia merasa khawatir. Rizal biasanya bisa bersikap tenang meski keadaan sedang gawat sekalipun. Tapi kapi ini
Baca selengkapnya
Bab 28
Hantaran Diminta Kembali Rizal berjalan mendekati Lila. Gadis itu sekarang sedang duduk mencangkung di sofa sambil melamun. Pandangannya kosong menatap ke sembarang arah."Minumlah!" ucap Rizal pelan. Pria itu mengulurkan Secangkir coklat panas itu pada Lila.Lila menerima cangkir itu dan menggenggamnya begitu saja. Ia merasakan panas cangkir itu menghangatkan tangannya yang dingin. Pelan Lila menyesap minumannya. Rizal melihatnya lekat-lekat. "Kamu lapar?"tanya Rizal pelan, Lila hanya menggeleng. Sejurus mereka hanya diam. Tenggelam dalam pikiran masing-masing. "Maaf, aku tadi pergi karena ada urusan di cafe," cerita Rizal tanpa diminta. Diam-diam pria itu merasa sedikit bersalah, karena telah meninggalkan Lila sendirian di tempat itu. Apalagi Lila menjadi korban dari pria yang menjadi musuh Rizal. Hardi bahkan tak ada urusan dengan Lila."Ada razia narkoba di cafeku, kemungkinan ada yang melapor pada pihak kepolisian,"cerita Rizal sambil melirik Lila. Ia mencoba menar
Baca selengkapnya
Bab 29
Hantaran Diminta Kembali Lila memegang kartu atm itu bingung. Percuma ia memegang kartu debit jika ia tidak memegang uang tunai. Kalau dia masuk warung mi ayam, ia tidak bisa menggunakan kartu itu untuk membayar. Ia masih butuh uang tunai. "Kamu belum pernah punya kartu Atm?" Rizal bertanya bingung. Bagaimana mungkin di era serba digital ini Lila tidak punya atm. "Punya tabungan saja tidak ada," sahut Lila enteng."Lila, bagaimana aku bisa menikahi gadis sekudet kamu!" keluh Rizal kesal. "Ayo, kita jalan-jalan dulu, kita ke supermarket, belajar mengambil uang di mesin Atm," ajak Rizal cepat. Ia merasa harus cepat mengajari Lila bagaimana menggunakan kartu itu dengan benar.Rizal segera berdiri dari duduknya. Lila mengikuti berjalan di belakang Rizal. "Selamat pagi Nona!"Tiba-tiba saja ada yang menyapa dengan sopan ketika Lila muncul di depan pintu hotel. "Biasanya memanggil ibu!" sindir Lila sambil menatap Yuda. Yuda menatap Lila sekilas, kemudian menunduk lagi. Ia me
Baca selengkapnya
Bab 30
Hantaran Diminta Kembali Yuda mengemudikan mobil perlahan membelah jalanan ramai lancar itu. Rizal melirik Lila yang sedang sibuk memperhatikan suasana di balik jendela mobil. Ia harus menyesuaikan hawa dingin mobil, karena Lila lebih menikmati perjalanan dengan hembusan angin alami ketika naik ojek online, daripada AC mobil yang berbaur dengan aroma pewangi itu. "Sebaiknya saat pulang nanti kita bersikap wajar saja, ya!" ucap Rizal membuka pembicaraan. Ia melirik ke arah Yuda sekilas."Perasaan, ia sendiri yang selama ini bersikap tak wajar," batin Lila tanpa menoleh. "Kamu dengar, Lila?" tanya Rizal, karena Lila tak menjawab atau merespon ucapannya."Ya, Pak!" jawab Lila datar, tanpa menoleh. "Kamu jangan memanggilku 'bapak' lagi," sahut Rizal dengan nada menekan. "Tapi saya harus memanggil apa? Mas?"Tanya Lila sambil menoleh pada Rizal. "Terserah," Sahut Rizal enteng "Panggil 'Sayang' juga boleh!" Imbuh Rizal tenang. "Tapi bapak lebih tua dari saya," Ucap Lila bing
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
10
DMCA.com Protection Status