All Chapters of Ditalak Usai Akad: Chapter 21 - Chapter 30
83 Chapters
Part 21
“Sudah ada wanita yang kamu taksir? Apa perlu aku bantu carikan,” tawar Ikhsan semangat empat lima. Lelaki itu mengerling jenaka, bersiul kecil menunjukkan rasa bahagianya. Sebagai teman, tentu saja dia senang, melihat binar cinta di mata sahabatnya. Sebentar lagi temannya itu akan menyusul ke pelaminan.“Carikan apa nih,” tiba-tiba dua pria masuk bertanya dengan kepo. Lelaki itu sahabat Faiq juga, namanya Ilman dan Wiryo. Kedua pria yang baru datang itu menatap horor ke arah Ikhsan dan Faiq dengan mata memicing curiga.“Bukan apa-apa,” sahut Faiq cepat seraya mengedipkan mata mengkode Ikhsan. Ikhsan yang paham dengan kode yang diberikan Faiq menanggapi dengan tertawa kecil.“Kayak gak tahu saja kalian, sekarang lagi banyak pesanan. Aku bantu cari bahan-bahan yang diperlukan.” Balas Ikhsan berbohong. Pria berjanggut tipis itu tersenyum lebar berusaha mengalihkan perhatian duo sohibnya. Ikhsan mengerti, mungkin belum saatnya kedua sahabatnya tau tentang keinginan Faiq untuk melepas ma
Read more
Part 22
“Namanya Ela, dia anak Abi Hisyam. Lelaki yang banyak berjasa padaku. Kamu ingatkan lelaki yang sering aku ceritakan itu?" tanya Faiq menatap serius sahabatnya. Ikhsan tampak berfikir, berusaha mengingat siapa lelaki yang pernah diceritakan Faiq. Tapi tidak ada bayangan sama sekali di otaknya."Kamu lupa?" protes Faiq tak sabaran dengan wajah masam. Padahal sering banget dia cerita tentang kebaikan Abi Hisyam padanya. "Ayolah! masa kamu lupa sih! aku sering banget lho ceritain tentang dia." cebik Faiq meninju kecil bahu sahabat kentalnya.“Tunggu-tunggu, maksud kamu lelaki yang sering kamu ceritakan itu? Lelaki yang kemaren koma karena anak gadisnya ditalak setelah akad nikah itu.” Tanya Ikhsan dengan dahi penuh kerutan. Faiq mengangguk lemah.“Astagfirullah Hal Adzhiim,” sahut Ikhsan terperanjat kaget. Lama membujang, kok dapatnya perempuan yang ditalak setelah akad. Miris sekali. “Kenapa harus dengan dia. Kamu kayak nggak laku aja, kayak gak ada perempuan lain saja.” Protes Ikhsan
Read more
Part 23
Keluarga Abi Hisyam tengah sibuk mempersiapkan pernikahan Ela dan Faiq. Rencana pernikahan akan digelar dua Minggu lagi. Banyak hal yang harus dipersiapkan, meskipun pesta pernikahan digelar secara sederhana atas permintaan Ela. Sebagai orang tua, tentu saja Abi Hisyam dan Umi Rosyida tetap harus menyiapkan segala keperluannya. Tak lantas membuat pasangan suami istri bisa duduk santai tanpa persiapan.Beberapa hari yang lalu Faiq sudah datang melamar Ela secara resmi. Dia tidak datang sendiri, tetapi bersama ketiga temannya yang sudah dia anggap saudara. Tidak ada yang bisa dia ajak selain temannya karena memang dia hidup sendiri, sebatang kara, karena tidak memiliki keluarga dan sanak saudara.Sampai detik ini pun dia tidak tahu siapa keluarga dan orang tua yang telah melahirkannya. Besar keinginannya untuk mengetahui siapa keluarga besarnya. Selama ini Faiq hidup di panti. Berkat bantuan Abi Hisyam, kini ia mampu berdiri di kaki sendiri. Tak hanya itu, Faiq tumbuh menjadi pribadi ya
Read more
Part 24
“Bukan itu, tapi ada hal yang masih mengganjal dalam hatiku.”“Tentang?” Ikhsan menatap Faiq mencoba menerka apa yang membuat temannya galau akut begini, hingga lebih senang menyendiri dari pada berbaur sama mereka. Ini bukanlah gaya Faiq, pasti ada sesuatu yang tengah menganggu pikirannya. Sebagai sahabat, Ikhsan tentu tidak bisa diam saja. paling tidak ia harus ikut andil memikirkan, setidaknya mencari solusi dari masalah yang dihadapi sahabatnya.Aneh saja kan! Tidak biasanya Faiq bersikap demikian, apapun masalahnya, Faiq selalu membagi masalahnya dengan ketiga temannya itu. Ibarat kata nih, tidak ada rahasia di antara mereka. Tapi melihat kegalauan Faiq membuat Ikhsan tak bisa acuh seakan tak peduli. Bila perlu apa yang dibutuhkan temannya, ia siap bantu, baik tenaga maupun pikiran.“Kok diam! Kamu tidak ingin membagi masalahmu dengan kami?” cecar Ikhsan tak sabar menanti jawaban dari sang teman.Faiq tersentak dalam mode diamnya. Bingung tengah menghinggapinya, hingga membuatn
Read more
Part 25
“Kamu bilang mencintai Ela, tapi dengan cara menyakitinya. Cinta macam apa itu, cinta yang salah kaprah. Jangan bilang mencintai, bila kamu tak tahu arti mencintai yang sesungguhnya,” kecam Rusdy tak habis pikir dengan jalan pikiran anak lelakinya. Kepalanya tak berhenti menggeleng heran seraya menatap sang putra penuh intimidasi. Rasanya tak percaya, melihat sang putra salah mengartikan sebuah kata mencintai.“Ya, namanya cinta Pa. Itu bentuk usahaku untuk mendapatkan cintanya. Siapa tahu Ela berubah pikiran, setelah semua lelaki menolak untuk menikahinya. Aku yakin sekali itu, setelah semua orang tahu bagaimana kelakuan Ela, pasti tidak ada pria yang mau dengannya, kecuali pria bodoh. Saat itu terjadi aku datang sebagai dewa penolong. Bahkan aku yakin, Ela tidak akan menolak ukuran tanganku," ucap Soni yakin sepenuh hati.Rusdy kembali geleng-geleng kepala mendengar pernyataan anaknya. Tak menyangka anak yang begitu teramat dia sayangi telah salah melangkah. Padahal dulu, dia sering
Read more
Part 26
“Maaf Waida, keputusanku sudah bulat tidak bisa diganggu gugat.” ketus Rosyida sebal bin kesal.Waida terdiam cukup lama mendengar keputusan final sang mantan sahabat. Kini ia tak berdaya merubah keputusan itu. Rasanya tak sanggup melihat kekecewaan Erlangga, tapi mau bagaimana lagi. Waida terus berpikir mencari celah untuk bisa merubah keputusan Rosyida.Suasana hening mencekam. Kedua wanita itu sibuk dengan pikiran masing-masing. Waida dengan pikiran jahatnya, sedangkan Rosyida mentertawakan permintaan gila kawannya.Setelah cukup lama terdiam, Waida mengangkat kepala setelah menenangkan debar di dada. Ia pandangi wajah sahabatnya dengan pandangan intimidasi, menguatkan tekad yang telah ia rencanakan jauh-jauh hari. Rencana terakhir ini tidak boleh gagal. Ia terpaksa melakukan cara licik ini, agar Rosyida mau menuruti kemauannya. Jalan terakhir yang telah direncanakan terpaksa ia ungkap. Kini ia tak lagi peduli dengan kelanjutan hubungan persahabatan akan berakhir begitu saja. Asal
Read more
Part 27
Besok adalah hari pernikahan Ela. Hari yang ditunggu oleh setiap wanita yang akan menaiki tangga berikutnya, dalam fase pernikahan dengan penuh rasa bahagia dan suka cita. Tapi tidak dengan Ela, ia lebih banyak resah dan gelisah. Raut cemas dan khawatir jelas tampak dari wajahnya yang tirus semenjak peristiwa kelam itu terjadi.Sebenarnya janda perawan itu masih dirundung ketakutan. Setiap menit, setiap jam berlalu dalam perasaan tidak tenang. Kegelisahan setiap saat hadir begitu saja tanpa diminta, hingga sering kali Ela tidak fokus dalam menyelesaikan pekerjaannya yangtengah dikerjakannya. Bahkan nasi goreng yang tengah dimasaknya pun, sampai hangus karena banyak melamun.Apakah semua wanita yang akan menikah mengalami ketakutan seperti dirinya. Tentu saja! Itu hanya pikiran Ela saja yang tengah dihinggapi ketakutan. Dia takut kalau keluarga Erlangga akan menghalangi kelancaran pernikahan ini, tak hanya itu ia juga cemas dengan ancaman Soni yang tak membiarkan lelaki lain memilikin
Read more
Part 28
Hari yang ditunggu itu akhirnya tiba, pernikahan akan dilaksanakan di rumah kediaman Abi Hisyam sendiri. Beberapa tetangga yang pro dan dekat dengan keluarga Ela turut hadir membantu kelancaran pernikahan kedua bagi Ela. Mereka turut berbahagia, setelah melihat penderitaan yang dialami gadis malang itu. Semoga pernikahan itu berjalan lancar, itu doa mereka. Tidak ada lagi drama yang membuat keluarga Abi Hisyam menderita.Meskipun tak semua tetangga yang mendukung, keluarga tetap berharap pernikahan itu berjalan lancar. Ada sebagian tetangga yang meragukan kelancaran pernikahan itu, bahkan mereka menyangsikan ada lelaki tulus yang bersedia menikahi Ela, setelah apa yang terjadi padanya. Mereka ingin mengetahui siapa lelaki bodoh yang mau mempersunting gadis yang sudah dinilai buruk di sebagian masyarakat.Bisik-bisik sebagian tetangga mulai menguar ke permukaan. "Siapa sih lelaki yang mau menikahi Ela itu, nanti pasti menyesal.""Iya lelaki bodoh namanya itu, biar saja, kita lihat saj
Read more
Part 29
“Iya Bi, ini dalam perjalanan menuju ke sana. Doain lancar ya Bi, tadi ada insiden sedikit, ban bocor.” Jelas Faiq menangkap kecemasan dari suara Abi Hisyam. “Maaf ya Bi, bikin Abi cemas,” sambung Faiq tak enak hati. Tak ada sahutan dari seberang, hingga membuat Faiq bicara lagi bermaksud menenangkan lelaki yang telah banyak berjasa padanya.“Abi jangan cemas, mobil sudah selesai dibenarin. Kini kami sudah melanjutkan perjalanan,” terang Faiq cepat supaya Abi Hisyam tidak panik.“Alhamdulillah, syukurlah. Abi cemas, karena kamu tak datang jua. Sementara waktu semakin siang. Baiklah! Abi tunggu segera. Jangan lama-lama ya,” pesan Abi Hisyam sebelum memutuskan sambungan telepon.Setelah sambungan telepon terputus, Faiq menyimpan kembali ponselnya di saku jas. Perjalanan kembali dilanjutkan, sampai di persimpangan tak jauh dari rumah pengantin wanita mobil kembali berhenti, membuat Faiq heran. "Ada apa lagi ini?" batin Faiq dalam hati. Kecemasan hinggap dalam dada lelaki yang sebentar l
Read more
Part 30
Abi Hisyam jelas heran dan bertanya-tanya, kenapa tidak ada Faiq bersama rombongan itu. Kemana pria itu, apa ia berniat kabur? pikiran buruk bermain di benak Abi Hisyam. Untuk menghilangkan pikiran buruk itu, mau tak mau Abi Hisyam harus bertanya pada salah seorang dari rombongan yang baru datang. “Mana Faiq?” Tanya Abi Hisyam dengan mata terus jelalatan memindai area. Berharap Faiq muncul dari belakang. Tapi sayang harapannya tak sesuai kenyataan. Faiq tak kunjung keluar dari mobil. Gimana mau keluar, orang yang ditunggu tidak berada di dalam mobil.“Faiq tidak bersama kalian?” tanya Abi Hisyam yang penasaran dengan keberadaan Faiq.Serentak semuanya bengong dengan pertanyaan pria di depannya. Masih ingat dalam benak mereka, bahwa ada seorang pria yang datang menjemput Faiq, kini calon mertua Faiq ini malah menanyakan pada mereka. Mana mereka tahu, jelas sekali tadi sudah berangkat dengan orang yang mengaku suruhan Abi hisyam. "Loh ! Faiq belum sampai sini? kok aneh," gumam Ikhsan
Read more
PREV
123456
...
9
DMCA.com Protection Status