All Chapters of Ditalak Usai Akad: Chapter 11 - Chapter 20
83 Chapters
Part 11
Bismillahirrahmanirrahim.“Siapa itu?” gumam Ela dalam hati. Ela lebih menajamkan pendengaran, siapa pria di dalam sana. Kenapa dia ada di ruang rawat Abi Hisyam.Belakangan ini ada dua pria yang memberikan perhatian untuk Abi, Erlangga dan lelaki misterius ini. Apa motif mereka sebenarnya. Kalau Erlangga pasti karena menyesal menyebabkan Abi masuk rumah sakit dan koma. Untuk menunjukkan rasa penyesalannya maka ia mati-matian merawat Abi. Lalu lelaki misterius ini apa pula motifnya. Ela mendesah berat seraya menggeleng, tanda tak mengerti.Suara pria mengaji itu semakin terdengar syahdu, Ela saja sampai merinding saking bagusnya suara pria di dalam sana. Semoga saja Abi menjadi lebih tenang dan segera siuman dari komanya. Ela pernah baca di sosial media, ayat suci yang diperdengarkan di telinga pasien bisa memancing urat syarat dan membuat pasien lebih cepat sadar.Ela tidak mau mengganggu kegiatan mengaji pria misterius di dalam sana. Ia memutuskan untuk pergi ke kantin sebentar. Se
Read more
Part 12
Bismillahirrahmanirrahim.Dering ponsel Ela berbunyi tak lama kemudian. Gadis berlesung pipit itu segera mengangkatnya.“Iya, benar ini saya.Maaf ada apa ya.”Ela menyimak dengan seksama apa yang dikatakan lawan bicaranya lewat sambungan telpon. Sesekali wanita itu mengangguk tanda mengerti. Tak lama rasa kaget menghiasi ruang rawat Abi Hisyam.“Apa? Benarkah!” seru Ela tak percaya.Erlangga yang sedang memeriksa Abi Hisyam terperanjat kaget.Spontan dia menoleh ke arah Ela. Begitu juga dengan Umi Rosyida. Melihat rautbahagia terpancar dari wajah anak gadisnya, membuatnya juga ikut merasakankebahagiaan.Erlangga dan Umi Rosyida seakan menunggu penjelasan dari Ela. Keduanya memperhatikan interaksi Ela melalui sambungan telepon.“Anda sedang tidak bercanda-kan? Ini serius?”Ela diam sejenak, mendengarkan penuturan dari si penelpon.“Baiklah! Saya bisa datang ke sana. Kirimkan alamatlengkapnya.” Pinta Ela dengan raut senang dan bahagia. Ela mengusap wajahnyadengan kedua telapak tangan se
Read more
Part 13
Bismillahirrahmanirrahim.“Sekarang kamu meminta Mama bicara dengan umi Rosyida, apa kamu lupa atau mendadak lupa. Persahabatan Mama dengan umi Rosyida sedang tidak baik-baik saja. Sampai hari ini Umi Rosyida itu masih membenci mama. Bagaimana cara mama memintanya membujuk Ela. Sudahlah! Lupakan Ela dan carilah wanita lain.” Jawab Bu Waida pasrah. Pasrah akan nasib anaknya yang tidak berpikir panjang sebelum memutuskan sesuatu.“Tidak bisa Ma, pikiranku tidak bisa lepas dari Ela. Dalam kepalaku hanya ada bayangannya. Aku juga tidak mengerti, kenapa aku jadi begini.”“Sekarang kamu baru tahu rasa, apa akibatnya. Makanya lain kali harus berhati-hati dengan tindakan. Ambil pelajaran, jangan diulangi.”“Mama sudah ingatkan kamu untuk menarik ucapan itu, tapi apa yang kamu lakukan. Menarik paksa tangan Mama untuk segera pulang ke rumah.” “Ini yang Mama takutkan, kamu itu gegabah, lihat sekarang kamu menyesalinya bukan.” Sambung wanita paruh baya itu seraya mengusap wajah dengan kedua tela
Read more
Part 14
Bismillahirrahmanirrahim.Sesampainya di luar, Erlangga bergegas menutup pintu dan dengan setengah berlari, pria itu menuju parkiran. Ia sangat berharap, masih sempat menyelidiki siapa penulis itu. Namun naas karena terburu-buru, ia bertabrakan dengan seseorang di area parkir.“Kamu? Ngapain kamu ke sini?” tanya Erlangga geram setelah mengetahui siapa pria yang ditabraknya.“Kenapa? Tidak boleh!” seru pria itu sengit.Erlangga diam sejenak, jika ia ladeni pria ini, maka mungkin saja ia kehilangan kesempatan untuk menyelidi penulis novel itu. Maka akhirnya ia memutuskan pergi.“Ya tentu saja boleh, silakan saja.” Balas dokter Erlangga mengibaskan tangan. Tak ada waktu meladeni pria yang telah membuatnya salah melangkah dan sekarang menyisakan penyesalan.Lelaki yang ditabrak Erlangga adalah Soni, orang yang telah menyebabkan rumah tangga yang baru saja terjalin itu putus dan kandas hanya dalam hitungan jam. Sungguh miris bukan.Sebenarnya, Erlangga ingin sekali melampiaskan amarah dan
Read more
Part 15
Bismillahirrahmanirrahim.“Kamu!” seru Ela berteriak kencang.Semua orang yang tengah asyik mengisi lambungnya, terperanjat kaget dan spontan menoleh ke asal suara.Heran, tentu saja.Kegiatan mengisi perutnya tertunda, mereka lebih tertarik menyaksikan tontonan gratis daripada menikmati suguhan yang menggiurkan di depan mata.Ternyata benar lelaki itu Soni, orang yang Ela cari belakangan ini. Untung ketemu di sini. Mau ia labrak sekalian. Semenjak kejadian itu, Soni seakan menghindar darinya. Apalagi waktunya, kini, habis untuk menjaga dan merawat Abinya. Tidak ada waktu untuk mempertanyakan atau membalaskan sakit hati karena perbuatan Soni. Mumpung ketemu di sini, ia tidak boleh hilang kesempatan lagi.Entah apa yang terbersit dalam pikiran semua orang, yang menyaksikan bentakan dan teriakan Ela pada Soni, kali ini Ela tidak perduli. Biarlah orang berpikir buruk tentangnya, yang penting Ela tidak kehilangan jejak Soni. Ela lebih mementingkan pertanyaan yang memenuhi benaknya, kenap
Read more
Part 16
Bismillahirrahmanirrahim.“Bagaimana keadaan Papa, Ma. Kapan papa boleh keluar dari rumah sakit?” tanya Soni lirih.Soni menatap pria di depannya dengan perasaan sedih dan hancur. Ia tidak menduga perbuatannya waktu itu membuat sang papa shock dan jatuh sakit. Itu bukanlah keinginannya, niat awalnya hanya ingin menggagalkan pernikahan Ela. Tapi tak menyangka, perbuatannya itu membawa dampak yang sangat besar. Niatnya hanya bercanda.Benar-benar keterlaluan Soni, pernikahan orang dibatalkan hanya niat bercanda katanya. Jelas Soni dalam keadaan tidak waras, bersumbu pendek dan berpikiran dangkal. Pernikahan bukan ajang permainan atau hanya candaan semata. Pasti ada yang terluka dengan perbuatan Soni itu.Soni teringat percakapannya dengan Ela sebelum kejadian itu berlangsung. Ela mendatanginya dan mengeluhkan permintaan mamanya untuk menikah dengan anak sahabat mamanya.Waktu itu Ela datang dalam keadaan cemberut berat. Ada kesedihan mendalam yang terlihat di mata Soni.“Hey, ada apa? K
Read more
Part 17
Bismillahirrahmanirrahim.Ela tengah berada di kamar, wanita itu senyum-senyum sendiri membaca komen pembaca dari cerita yang di postingnya beberapa jam yang lalu. Kebanyakan dari komen itu meminta “Next.” Ela makin semangat memposting cerita berikutnya.Beberapa komen yang menggelitik juga ada, Ela lebih senang membaca komen yang isinya ungkapan, pernyataan yang mengarah pada kata semangat dan masukan.“Salut sama lelaki yang bersedia menikahimu mbak, semoga kalian bahagia. Aku percaya, kamu tidak seperti yang dikatakan lelaki jahat itu. Semoga lelaki itu menyadari kesalahannya.” [alisa@gmail.com]Ada 27 balasan atas komenan akun Alisa, Ela tak sabar membacanya.“Saat dia menyadari kesalahannya dan memutuskan kembali, sudah terlambat. Gigit jari dah, rasain, emang enak!” [amelia@gmail.com]Ela lagi-lagi tersenyum. Membayangkan Erlangga gigit jari. Pasti lelaki itu kebakaran jenggot, melihatku menikah dengan pria lain. Rasanya Ela tak sabar ingin menikah lagi. Tapi tak lama Ela terdia
Read more
Part 18
Bismillahirrahmanirrahim.Kediaman Erlangga.Erlangga baru saja selesai sholat magrib. Pria itu duduk termenung panjang dalam keadaan lesu. Kelihatan sekali lelaki itu tak bergairah sedikit pun. Kehilangan semangat untuk melakukan aktifitas apapun. Perkataan Daniel masih terekam kuat dalam ingatannya. Membayangkan Ela menikah dengan pria lain, sungguh membuatnya tersiksa.Kini penyesalan itu sangat mencengkeram hatinya, andai ia tidak buru-buru bertindak tentu sekarang ia bahagia dengan Ela. Tidak hanya dia saja yang bahagia, pastilah kedua orang tuanya ikut bahagia. Begitu pun dengan kedua orang tua Ela. Penyesalan dengan tindakan gegabah nya membuat dua keluarga kini terpecah belah. Ia ingin mengembalikan senyum bahagia dua keluarga itu, tapi entah bagaimana caranya. ia seakan kehilangan ide-ide brilian, padahal ia terkenal pria yang berwawasan luas. Hanya satu kesalahannya, terlalu cepat mengambil langkah tanpa memikirkan akibatnya.Ia masih ingat betapa kedua keluarga sangat baha
Read more
Part 19
“Malah diam! Kalau kamu tak segera bicara aku tinggal nih,” ancam Rosyida menatap sinis sahabatnya. Tidak ada tatapan kerinduan seperti dulu saat mereka masih berstatus sebagai sahabat karib. Semua kini sirna, karena ulah Erlangga.Bu Waida yang ditatap sinis oleh Rosyida, hanya bisa terima dengan lapang dada. Ia tahu kesalahan anaknya sangatlah fatal, jadi apa boleh buat. Apa pun bentuk perkataan Rosyida ia terima dengan ikhlas. Semua itu ia lakukan demi memenuhi permintaan anaknya. Syukur-syukur diterima oleh Rosyida. Jika pun tidak, tidak masalah, yang penting ia telah berusaha menunjukkan niat baik dan memenuhi harapan si buah hati. Seorang ibu tentu akan melakukan apapun demi kebahagiaan anaknya.Wanita itu diam sejenak, menunggu temannya untuk bicara. Sekian menit berlalu, namun sang teman tetap bungkam. Rosyida tampak tak sabaran menunggu, tiba-tiba wanita itu bangkit berdiri seraya menggebrak meja, bermaksud pergi. "Sepertinya percuma aku datang ke sini." hardiknya seraya me
Read more
Part 20
Erlangga menghempaskan bobot tubuh besarnya di kasur. Wajahnya tampak lesu dan kehilangan gairah. Baru kemaren semangatnya menggebu, berharap orang tua Ela memberinya kesempatan kedua. Nyatanya itu hanya hayalan kosong belaka. Buktinya orang tua Ela menolak mentah-mentah keinginannya. Kini apa yang harus ia lakukan untuk membalikkan keadaan. Matanya menerawang ke langit-langit kamar. Penyesalan itu semakin kentara mendera hati dan jiwanya.Kegagalan bu Waida membujuk mertuanya untuk mau memaafkan dirinya membuatnya patah hati dan kehilangan semangat. Erlangga sungguh teramat menyesal. Rasanya Erlangga ingin waktu berputar kembali ke waktu akad nikahnya berlangsung. Tidak akan ia keluarkan kata talak itu.Andai ia tidak gegabah, pastilah mereka sekarang menjadi keluarga yang bahagia. Kini hancur sudah harapannya untuk membangun rumah tangga bahagia bersama Ela. Meskipun pada awalnya ia menolak keinginan sang mama, tapi setelah melihat retaknya hubungan persahabatan mamanya membuatnya m
Read more
PREV
123456
...
9
DMCA.com Protection Status