All Chapters of Mendadak Jadi Pengantin Kekasih Sahabatku : Chapter 81 - Chapter 90
94 Chapters
Bab 81. Mencari Amira
Evita kembali mencoba menghubungiku lagi, tapi aku mengabaikannya, dan memilih mematikan daya ponselku.Aku yang sedang pusing begini, bisa-bisanya dia menawarkan hal konyol begitu. Astaghfirullah! Untung aku masih punya iman.Kembali pikirkan tertuju pada Amira. Kemana dia ya Allah! Aku mengusap kasar rambutku.Aku buka media sosial berlogo huruf F, berharap bisa menemukan keberadaan Amira.Aku buka akun milikku, dan langsung mengunjungi profil Amira.Amira bukan tipe wanita yang aktif di sosial media. Kulihat di wall pribadinya juga sepi, tak ada unggahan status ataupun unggahan video di sana. Terakhir foto yang di unggah di sana adalah foto wisudanya, bersama Ayah, ibu dan Mas Faisal.Aku langsung mengirim pesan di masangger. Aku sangat berharap ia mau membalas dan memberitahu keberadaannya saat ini.[Amira Sayang, kamu dimana? Aku mohon maafkan aku, beritahu aku dimana kamu berada, aku jemput kamu Sayang.]Aku kirim pesan itu padanya. Beberapa menit berlalu masih senyap, tak ada
Read more
Bab 82. Kebingungan
Aku mengemudikan mobil menuju ke rumah salah satu teman Amira, Caca namanya, sesuai dengan informasi yang kudapatkan dari Mita.Mita bilang ia pernah datang ke rumahnya Caca bersama Amira, waktu itu Caca pernah memesan makanan untuk sebuah acara di rumahnya.Hampir setengah jam perjalanan akhirnya aku sampai di depan sebuah rumah dengan gaya minimalis, cat dinding abu-abu dan pintunya berwarna putih. Pagar rumahnya berwarna putih, dan halaman tak seberapa luas dengan pohon mangga tak begitu besar di sudut halaman."Assalamualaikum!" seruku.Kondisi rumah tampak sepi. Aku mengucapkan salam sekali lagi, akhirnya seorang wanita berumur sekitar enam puluh puluh tahunan tergopoh-gopoh keluar rumah."Eh ada tamu? Maaf tadi Ibu di belakang? Apa ini calonnya Caca? Wah ganteng juga ya, ayo masuk! Masuk! Mari." Gaya sambutan dari Ibu itu tentu membuatku bingung."Eh maaf Bu, maaf! Sa–saya bukan calonnya Caca, tapi saya suaminya temannya Caca. Nama saya Raka."Ibu yang mengenakan jilbab berwarn
Read more
Bab 83. Tanyakan Hatimu.
Satu Minggu kemudian ...Satu Minggu sudah berlalu, aku belum menemukan dimana Amira berada. Beberapa tempat sudah kudatangi. Tapi tak satu pun yang membuahkan hasil.Bapak, ibu, Papa dan Mama, jangan tanya bagaimana sikap mereka terhadapku. Semuanya mendiamkan aku. Aku seperti tengah di hukum. Mereka membiarkan aku cari jalan sendiri mencari keberadaan istriku. Walau aku tahu sebenarnya mereka juga pasti mengkhawatirkan Amira, tapi mereka seolah tutup mata tak membantuku. Aku pontang-panting mencari Amira kesana-kemari. Terlintas dalam benakku untuk melaporkan pada polisi, tapi Ayah dan Papa menolak, dengan alasan, Amira itu pergi karena dirinya sendiri yang menghendaki, bukan karena paksaan atau semacam penculikan. Lelah, letih itu sudah pasti. Kini aku hanya bisa pasrah, menanti Amira pulang ke rumah. Aku berharap dia baik-baik saja di luar sana.Evita, beberapa kali ia menghubungiku dalam keadaan menangis. Ketika aku datangi, dia menangis karena telah di teror oleh suaminya, t
Read more
Bab 84. Amira atau Evita?
"Bagaimana sudah ada kabar keberadaan Amira?" tanya Papa melalui sambungan telepon. Nada bicaranya terdengar sangat dingin."Belum."Terdengar tarikan napas berat diujung sana."Menyesal Papa menyandingkan wanita sebaik dia untuk Kamu!" pedasnya."Dosa apa Papa memiliki anak bo doh sepertimu Raka!" umpatnya lagi.Aku sudah terbiasa dengan semua umpatan Papa. Jika sedang marah, Papa tak segan mengeluarkan kata kasar untukku meski aku adalah darah dagingnya sendiri."Tak perlu datang ke kantor sebelum Amira ditemukan, paham!" Panggilan terputus secara sepihak.Aku tarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan."Amira, kamu dimana? Pulang lah Sayang, maafkan aku." Aku bermonolog.Aku menatap pesan di masangger yang Amira kirimkan beberapa jam lalu, entah sudah berapa kali aku membacanya berulang kali.Aku pun langsung membalas pesan itu, Tapi Amira tak online lagi, dan mengabaikan pesanku."Amira, mengapa kau menghukumku? Dengan cara seperti ini?" Aku bermonolog, mengusap kasar
Read more
Bab 85. Meragu
"Surat gugatan cerai sudah masuk ke pengadilan.""Oke. Bagus!" Aku lega mendengar pernyataan pengacara yang kubayar untuk membantu proses perceraian Evita dengan suaminya.Lebih cepat lebih bagus, agar Evita segera terbebas dari pernikahan yang tak sehat itu. "Tapi ....""Tapi apa?""Apa Anda yakin, akan membantu dia untuk segera lepas dari suaminya?" Pak Azizi bertanya seolah meragukan keputusanku."Apa maksud Anda bertanya begitu? Tugas anda cukup jelas. Bantu Evita untuk secepatnya bisa bercerai! Paham!"Pak Azizi terpana, karena aku sedikit meninggikan suara."Baik. Tapi saran saya, Anda pikirkan lagi, kalau ada waktu temui Pak Satya, suaminya Evita."Aku langsung menoleh, merasa aneh. Untuk apa aku menemui dia? Laki-laki brengsek yang suka menyakiti perempuan? Main tangan, kasar sama perempuan."Untuk apa?""Anda akan tahu jawabannya setelah nanti bertemu dengan beliau. Saya permisi."Pak Azizi langsung pergi usai mengatakan itu. Membuatku bingung.Setelah perbincangan dengan Pa
Read more
Bab 86. Amira Pov
Amira POV.Sudah hampir dua Minggu aku di sini, di sebuah rumah kontrakan kecil tak jauh dari rumah Caca. Ya, hanya Caca yang bisa aku mintai tolong."Mir, gil4 Lo!, tadi ada laki Lo datang ke rumah Gue, untung Lo nggak tinggal di rumah Gue jadi nggak sampai ketemu dia. Eh Lo benar-benar ya! tega Lo bohongin Gue sama Yunia!" Caca langsung nyerocos begitu masuk ke dalam rumah hari itu."Gue bohong apaan?" tanyaku bingung."Lha itu, ternyata cowok ganteng yang waktu itu nggak sengaja ketabrakan sama kita di Mall itu ternyata suami Lo! Kenapa Lo diem aja waktu itu, padahal Gue sama Yunia udah pada langsung kesemsem sama dia karena ganteng, eh taunya dia itu laki Lo!" Caca berkata dengan sambil melotot menatapku.Aku hanya nyengir. Akhirnya aku ceritakan semuanya sama Caca, termasuk duduk permasalahan mengapa aku memilih menyendiri di sini saat ini. Alhamdulillah Caca bisa mengerti. Entah kalau yang tahu hal ini adalah Yunia mungkin tak bisa semengerti Caca."Ya Allah kasihan banget sih L
Read more
Bab 87. Kedatangan Tamu.
"Suaminya sedang berada diluar kota Dok! Saya tetangganya. Apa ada suatu hal yang membahayakan dengan kandungan Amira Dok?" Caca dengan cepat menjawab pertanyaan dokter, di saat aku kehilangan kata-kata untuk sekedar menjawab dimana suamiku berada."Oh. Seperti itu. Ya tidak apa-apa. Ehm, begini Bu, kandungan Ibu lemah, ini bisa jadi di picu karena Ibu banyak pikiran, kecapekan, atau kurang istirahat. Saran saya, untuk tiga hari ke depan Ibu harus badrest total.""Bedres Dok?" "Ya! Hanya rebahan di tempat tidur, makan, minum di tempat tidur. Ya, kecuali untuk urusan ke kamar mandi itu pun kalau bisa jangan sering-sering ya Bu. Tujuan saya tadi menanyakan suami Ibu, itu karena saya ingin menyampaikan langsung pada beliau, meminta kerjasamanya dengan beliau agar sama-sama mengerti dengan kondisi Ibu saat ini," jelas Dokter Syifa."Kondisi janinnya sehat, hanya perlu banyak istirahat. Itu saja, nanti saya resepkan obat penguat kandungan dengan vitaminnya. Apa ada yang ingin ditanyakan
Read more
Bab 88. Ancaman
"Mau apa kamu kesini, Evita?" tanyaku membuatnya terkejut dan langsung berbalik badan, kini posisi kami berhadapan di teras rumah.Evita tersenyum simpul menatapku."Memangnya salah ya, seorang sahabat, datang mengunjungi sahabatnya?" imbuhnya lagi sambil melangkah melewatiku, melenggang dengan santainya memasuki ruang tamu rumah ini."Evita. Nggak perlu basa-basi! Kamu mau apa kesini?" ucapku tegas. Entah dia tahu dari mana aku ada di sini."Rupanya di sini kamu sembunyi? Ehm, rumahnya cukup nyaman, pantas saja kmu betah di sini? Walaupun sendiri. Tapi bagus sih, aku jadi bebas berduaan dengan Raka." Evita pun berbalik badan, dengan senyum merekah."Mau apa kamu kesini? Kalau cuma mau buang-buang waktuku, mending kamu pergi, aku mau istirahat!" "Aku, cuma mau memastikan apa informasi yang kudapatkan dari orangku, itu benar, atau salah. Ternyata benar." sahutnya kini ia duduk dengan santai di ruang tamu."Sudahlah Evita, cukup basa-basinya! Mau apa kamu kesini?!" kesalku."Oke. Seben
Read more
Bab 89. Tersingkap kedoknya
Raka Pov.Aku berjalan tergesa-gesa menuju ke unit apartemen dimana Evita berada. Aku ingin menuntut penjelasan padanya.Ketika sampai di depan unit apartemen, aku mengetuk pintu tapi sepi, sepertinya Evita sedang tidur, tak ada sahutan apapun dari dalam.Sebenarnya bisa saja aku langsung membuka pintu dan masuk, karena aku juga memiliki kartu aksesnya, tapi aku segan, dan memilih di bukakan pintu oleh Evita.Sekitar lima menit belum ada jawaban dari dalam. Aku memutuskan untuk menghubungi Evita. Tersambung tapi tidak di angkat. Perasaanku mendadak tidak enak, takut terjadi suatu hal yang buruk dengan Evita.Akhirnya aku memutuskan untuk langsung masuk saja."Evita! Vita! Kamu di dalam?" panggilku, sambil mengetuk pintu kamar, tapi tetap tak ada sahutan dari dalam."Evita!" Aku memutar handle pintu kamar, hingga terbuka pintunya. Ternyata sepi. Tak ada Evita di dalam kamarnya. Aku melangkah ke kamar mandi yang berada di dalam kamar, barangkali Evita sedang mandi."Vita! Kamu di dalam?
Read more
Bab 90. Tak pantas
Aku melangkahkan kaki keluar apartemen, tak kupedulikan teriakan Evita memanggil namaku."Raka!""Raka! Aku bersumpah, Kamu akan menyesal udah giniin aku Raka!" Evita masih terus berteriak histeris. Aku tetap melangkah dengan pasti. Meski suasana hatiku saat ini sangat kacau. Aku kecewa.Sampai di depan, aku langsung meminta pada pihak keamanan apartemen, untuk mengusir Evita, membawa serta semua barang-barangnya. Aku tak peduli dia mau tinggal dimana aku tak mau tahu.Aku telah kecewa untuk yang kedua kalinya dengan orang yang sama.Sosok yang aku pikir menjadi tempat aku melabuhkan cinta, nyatanya itu semua hanya tipu muslihat. Cinta, Ah aku seperti baru menyadari, kebersamaanku akhir-akhir ini bersama Evita hanya sebuah perasaan semu, untuk menutupi kekosongan hati ini. Ya, hati ini terasa kosong dan hampa tanpa kehadiran Amira di sisiku.Setiap hari bahkan setiap detik, aku selalu diliputi rasa gelisah, khawatir, cemas tentang keberadaan Amira. Betapa bo dohnya justru datang pa
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status