Mendadak Jadi Pengantin Kekasih Sahabatku

Mendadak Jadi Pengantin Kekasih Sahabatku

Oleh:  Tifa Nurfa  Baru saja diperbarui
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
21 Peringkat
80Bab
12.1KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Mendadak Jadi Pengantin Kekasih Sahabatku. Aku Amira Anggraini. Niatku datang ke pernikahan Evita–sahabatku berujung petaka. ternyata Evita kabur di hari pernikahannya. Sialnya lagi aku yang yang di suruh untuk menggantikannya, jadi Pengantin pengganti. Semua yang terjadi bagaikan mimpi buruk, sikap Raka–kekasih Evita yang kini jadi suamiku, begitu sangat dingin dan cuek. Pernikahan macam apa yang harus kujalani ini? Kenapa tiba-tiba Evita pergi di hari bahagianya? Bukankah ini adalah pernikahan impiannya? Mampukah aku bertahan menjalani pernikahan sandiwara ini? Bagaimana jika suatu saat Evita kembali datang dan melihat kenyataan jika aku telah menjadi istri Raka? Yuk baca kisah selengkapnya hanya di goodnovel. Selamat Membaca.

Lihat lebih banyak
Mendadak Jadi Pengantin Kekasih Sahabatku Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Yusuf Wibisono
bagus ceritanya, klo update jg lama ye...
2024-03-15 22:35:51
1
user avatar
SyasaRanni
Cari sahabatnya bareng cowo yg sekarang jadi suami dong, jadi hal menyebalkan itu cepat selesai..
2024-02-20 17:31:28
1
user avatar
Minna Desri
novel'y mantap.... jdi pingin cepet cepet gmn endingnya ......
2024-02-20 16:54:22
1
user avatar
Minna Desri
ceritanya bagus... di tunggu kelanjutannya
2024-02-19 22:40:12
2
user avatar
zulfiah alamudi
kho belum up lagi tjor
2024-02-15 17:46:47
1
user avatar
Saraswati_5
ceritanya bagus dan buat penasaran, semangat terus up-nya
2024-01-27 11:40:31
1
user avatar
Rosa Rasyidin
ditunggu kelanjutannya
2024-01-26 13:49:30
1
user avatar
Young Lady
semangat updatenya, thor! selalu menunggu
2024-01-26 07:43:57
1
user avatar
DLaksana
ceritanya menarik ..lanjut thor
2024-01-26 04:25:57
1
user avatar
Amih Lilis
Semangat Update kak ....
2024-01-26 03:42:27
1
user avatar
Sari N
seperti biasa kak Tifa, karyamu selalu seru ...
2024-01-25 23:45:55
1
user avatar
Rich Mama
Semangatttt Evita, bikin Raka jadi bucin ya.... xD
2024-01-25 22:34:14
1
user avatar
My_ndrati
Semangat Amira
2024-01-25 21:56:55
1
user avatar
Els Arrow
Sangat sangat seruuu. Ayo up yang banyak thor, nungguin nih setiap hari
2024-01-25 19:14:28
1
user avatar
Rosemala
keren kak, semangat lanjut
2024-01-25 19:04:13
1
  • 1
  • 2
80 Bab
Bab 1. Dikatai Perawan Tua
Bab 1. Dikatai Perawan Tua"Kapan kamu akan menikah, Mir?"Aku menggeleng-gelengkan kepala. Baru saja Ibu masuk ke rumah dengan wajah masam setelah membeli sayur di pedagang sayur keliling yang berhenti di depan rumah. Setelah mengempaskan dirinya di atas sofa ruang tamu, beliau langsung menanyakan hal tersebut."Itu lagi," keluku, tidak berminat menjawab pertanyaan tersebut."Ya iyalah!" Ibu langsung menyahut ketus. "Kamu itu sudah 27 tahun, sebentar lagi menginjak kepala tiga! Apa kamu nggak pengin nikah?!" Meskipun Ibu tampak menggebu-gebu, aku tetap menanggapinya dengan santai."Belum ada jodohnya, Bu," jawabku."Jodoh, gundulmu! Kamunya aja yang nggak niat!" sergah Ibu, akhirnya mengamuk. "Kamu itu! Dijodohkan sama anaknya Pak Lurah nggak mau, sama tentara anak Pak Mandor juga kamu tolak! Padahal mereka itu kan ganteng, mapan, kamunya aja yang selalu saja banyak alasan!"Aku diam saja dimarahi, hingga akhirnya Ibu melanjutkan dengan pertanyaan, "Kamu ini ... normal, kan?"Tata
Baca selengkapnya
Bab 2. Pernikahan Dadakan si Pengantin Pengganti
Bab 2. Pernikahan Dadakan si Pengantin Pengganti"Izinkan putrimu menikah dengan putraku!"Tubuhku bagai tersambar petir ketika mendengar pria paruh baya yang tadinya menjadi calon mertua sahabatku itu tiba-tiba menawarkan pernikahan kepada ayahku. Tidak hanya itu, ayahku langsung mengangguk."Ayah!" Aku langsung memprotes. Niatku datang ke sini hanyalah menghadiri pernikahan sahabat lama, bukan menggantikan sahabatku menikah!Dan lagi, bagaimana bisa aku menikahi calon suami dari Evita, sahabatku sendiri!?Aku tidak mau!Namun, sebelum aku bisa menyuarakan penolakan, Ibu langsung menggenggam kedua tanganku dan menatapku penuh harap."Amira … Nak." Ibuku berbisik lembut."Sepertinya ini jalan dari Tuhan buat kamu. Mau ya, Mir."Aku menggeleng, membuat genggaman ibuku makin erat."Kamu itu sudah dewasa. Apa lagi yang kamu tunggu? Ayah dan Ibu ingin melihat kamu segera menikah." Ibu kembali berkata. "Kalau nunggu yang sempurna, tidak akan ada, Mir. Selama ini kamu sibuk merintis usah
Baca selengkapnya
Bab 3. Surat Perjanjian
Aku mengabaikan apa yang ia katakan tadi. Terserah dia kalau memang mau cari Evita. Alhamdulillah kalau bisa ketemu dan aku terbebas dari pernikahan ini. Aku kembali merebahkan tubuhku di pembaringan, tanpa merespon apa yang di katakan Raka.Terlihat ia bangun dari sofa, meraih jaket dan kunci mobilnya, lalu keluar kamar.Ah, malah bagus dia tak ada, aku bisa tidur nyenyak, gumamku. Dan mulai memejamkan mata.Baru saja aku hampir terlelap, di luar kamar terdengar keributan."Ada apalagi sih! Mau tidur aja susah banget, ada saja gangguannya," gerutuku.Sayup-sayup bisa kudengar suara Tante Rita."Masuk! Mama bilang, masuk! Buat apa kamu cari perempuan itu lagi! Sudah bagus keluarga ini mau menolong kita, kalau tidak keluarga kita sudah di buat malu sama perempuan itu!""Ma, biar Aku cari Evita malam ini Ma.""Enggak! Jangan bikin gara-gara lagi kamu Ka! Jangan bikin malu Mama sama Papa di depan keluarganya Pak Mustafa! Mereka sudah sangat baik mau membantu kita!" Aku menempelkan satu
Baca selengkapnya
Bab 4. Pisah Kamar
"Bagaimana?"Aku mengangkat kepalaku menatap laki-laki yang sejak kemarin sudah sah menjadi suamiku itu, tapi sikapnya sangat cuek dan dingin.Aku terperangah. Apa maksudnya dia memberiku surat perjanjian seperti ini?"Oke."Aku pun membubuhkan tanda tangan di bawah, lalu memberikannya kembali surat itu pada Raka.Ia mengangguk."Ini, simpanlah. Dan mulai sekarang kau bisa menempati kamar depan ini, dan aku di kamar itu, ucapnya sambil menunjuk dua kamar yang masih tertutup pintunya. Aku mengangguk. Kemudian bangkit seraya menarik koperku.Raka pun bangkit dan masuk ke kamarnya. Tatapan Raka sejak kemarin masih tak berubah, jangankan tersenyum, melihatku rasanya enggan. Ia hanya bicara seperlunya saja seperti tadi saat memberikan surat perjanjian itu.Aku mengerti, saat ini pasti hatinya tidak baik-baik saja.Aku memperhatikan ruangan yang akan menjadi kamarku ini. Sebuah ruangan yang tidak lebih besar dari kamarku di rumah, dengan nuansa serba putih dan dua jendela berukuran sedang.
Baca selengkapnya
Bab 5. Menyebalkan
Tak membuang waktu lama, aku langsung mengambil laptop dan beberapa barang-barangku yang tertinggal. Aku melirik jam di pergelangan tanganku sudah jam delapan malam, aku harus cepat kembali ke rumah Raka, sebelum hari semakin malam."Amira pamit pulang dulu ya Bu, Yah!" pamitku pada ayah dan ibu, yang masih ada di ruang tengah. Kulihat Mas Faisal juga sudah bersiap, dengan satu koper miliknya teronggok di dekatnya, sepertinya Mas Faisal pun akan pulang ke Bandung malam ini."Nggak makan dulu, Mir?" tanya ibu saat aku mencium punggung tangannya."Nggak usah, nanti di rumah aja, Ma. Keburu kemalaman soalnya." "Cie! Yang sudah jadi istri, nggak berani pulang larut malam lagi deh sekarang! Hahaha!" Mas Faisal kembali meledekku. Aku hanya memutar bola mataku, jengah.Padahal, mau aku pulang malam atau pulang pagi sekalipun, Raka nggak akan komplain, karena jelas tertulis di surat perjanjian itu, kalau diantara kami tidak boleh ikut campur urusan masing-masing."Ya nggak gitu juga, sih. Da
Baca selengkapnya
Bab 6. Terabaikan
Dua box berisi nasi dan ayam goreng krispi lengkap dengan saus sambal ada di meja makan. Aku langsung membuka satu box, toh juga tadi Raka sudah menawariku.Sekarang entah dia ada dimana, aku tak peduli. Karena perutku sudah sangat lapar, aku langsung melahap nasi milikku. Rasa kesal, emosi, juga hati ini yang belum menerima keadaan ini, tentu sangat menguras energi. Dan itu membuat nafsu makanku bertambah. Hanya beberapa menit saja makananku sudah habis tak tersisa. Tersisa satu box nasi milik Raka.Perutku masih terasa lapar, karena porsi nasinya sangat sedikit menurutku. Satu kepalan tangan. Aku mengusap perutku yang masih terasa lapar."Raka! Mau di makan nggak nasinya?" tanyaku setengah berteriak.Hening. Tak ada jawaban. Lagi ngapain sih tuh orang?"Raka! Kamu mau makan nggak? Kalau nggak di makan, aku yang makan ya!" teriakku lagi. Tapi masih tak ada jawaban.Daripada mubadzir 'kan? Mendingan aku makan, perutku masih lapar. Aku membuka lagi kotak nasi dan memakannya. Setelah h
Baca selengkapnya
Bab 7. Ibu Mertua
"Heh, pengantin baru kok udah kerja aja sih?" ledek Mita, asistenku saat aku tiba di kafe.Mita dan beberapa karyawan kafe milikku, memang datang ke acara tasyakuran walimah yang diadakan di rumah kemarin. Ayah yang memintaku untuk mengundang mereka. Ayah bilang, mereka juga kerabat, dan sebaiknya diundang agar tahu kalau aku memang sudah menikah. Aku tak mampu membantah."Ish, apaan sih Mit!" Aku menanggapinya dengan malas. Mita sudah lebih dari seorang asisten bagiku dia sudah seperti sahabatku. Karena dia ikut kerja denganku sejak awal aku membuka Kafe."Kenapa? Ngomong-ngomong suamimu ganteng juga ya Mir, kenal dimana? Aku kemarin sempat kaget juga lho, nggak ada angin nggak ada hujan, tau-tau di undang ke acara pernikahan kamu." ucapnya lagi yang sepertinya penasaran.Aku hanya mengibaskan tangan di depan wajah. Tak penting membahas itu, yang ada hanya membuatku badmood."Lah, ditanya kok gitu, mana dong, Amira yang biasanya cerewet." Mita masih saja berusaha menggodaku."Mita, s
Baca selengkapnya
Bab 8. Makan siang
"Mama? Mama ngapain di sini?" tanya Raka begitu sampai di meja tempat kami duduk menunggunya. Sekilas kedua netra kami beradu."Ngapain? Main-main ke tempat usaha menantu Mama memang nggak boleh?" Raka hanya mengerutkan dahi. "Kamu pasti nggak tahu ya, kalau Amira ini ternyata pengusaha kuliner, nih lihat kafe-nya aja bagus, bersih, Dia sendiri lho yang merintisnya dari nol."Raka hanya diam, tak menanggapi apapun kata-kata mamanya. Melihat tak ada tanggapan apapun dari putranya, membuat menatap serius Wajah Raka.Raka yang merasa ditatap oleh mamanya langsung mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan ini, dimana ada banyak pengunjung yang tengah menikmati makan siang, atau sekedar nongkrong di jam istirahat mereka.Kemudian ia tersenyum seraya mengangguk."Iya Mama benar. Mantu Mama memang hebat," ucap Raka yang aku yakini itu hanya pura-pura, tak lebih hanya untuk menghibur hati mamanya. Seulas senyum langsung terbit di wajah Mama Rita."Oh ya jelas! Sudah cantik, pinter us
Baca selengkapnya
Bab 9. Di rumah mertua
"Kamu nggak apa-apa kan Mir, ninggalin Kafe dan main ke rumah Mama?" tanya Mama ketika kami bertiga sudah beranjak dari keluar Kafe. Ya, hari ini Mama mengajakku untuk ke rumahnya. Ini adalah kali pertama aku bertandang ke rumahnya setelah menyandang status menantu Mama."Nggak apa-apa Ma, ada Mita, yang akan membantu pekerjaan Mira, kalau Amira sedang nggak ada di Kafe."Mama Rita mengangguk lalu mengajakku berjalan ke mobil.Aku tak menyangka hidupku selucu ini. Di saat wanita lain akan sibuk mencari perhatian pada calon mertua sebelum janur kuning melengkung. Tapi aku, justru baru akan menginjakkan kaki di rumah ibu mertuaku setelah sah menyandang status menantu.Aku dan Mama Rita berjalan bersisian. Sedangkan Raka, ia sudah lebih dulu berjalan menuju ke mobilnya."Raka! Lain kali kalau jalan gandeng tangan istrimu!" tegas Mama Rita saat kami bertiga sudah duduk di dalam mobil. Hanya helaan napas Raka yang terdengar. "Raka! Kamu denger nggak, yang Mama bilang!" ucap Mama Rita la
Baca selengkapnya
Bab , 10. Gara-gara mie
"Raka dan Amira pulang dulu ya Ma" ucap Raka membuat Mama tercenung."Ehm, nggak apa-apa kalau kita pulangnya nanti dulu, Mas." kataku saat melihat Mama Rita tak menjawab ucapan Raka."Ah, nggak apa-apa Mir, kalau kalian mau pulang sekarang, tidak apa-apa, tak perlu mengkhawatirkan kondisi Mama. Mama nggak apa-apa." Mama Rita berkata seraya menyentuh lembut jemariku."Benar Mama nggak apa-apa? Apa perlu kita panggilkan dokter Ma?" tanyaku yang merasa khawatir akan kondisi kesehatan Mama. Tapi, Mama Rita menggeleng."Tidak perlu Mir. Mama hanya butuh istirahat saja." Akhirnya aku mengalah, kami berdua pamit. Raka lebih dulu keluar kamar Mama. "Amira, ingat ya, kalau Raka berbuat sesuatu yang tidak baik padaku, bilang sama Mama," ucap Mama menatapku dalam. Aku pun mengangguk kemudian mengikuti langkah kaki Raka keluar rumah ini."Sebenarnya Mama Rita sakit apa, Raka?" tanyaku saat kami berdua sudah berada di dalam mobil. "Kondisi kesehatan Mama sedikit terganggu semenjak kecelakaan ya
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status