All Chapters of Mendadak Jadi Pengantin Kekasih Sahabatku : Chapter 51 - Chapter 60
94 Chapters
Bab 51. Dia Teman yang Baik.
"Memang sebelumnya kamu nggak pernah gitu, makan di pinggir jalan kayak tadi?" Aku iseng bertanya.Raka yang sedang fokus mengemudi pun menoleh sekilas ke arahku."Hem." Ia mengangguk."Tapi setelah tadi makan di situ, kamu nggak apa-apa kan?" tanyaku lagi, khawatir juga kan, kalau tiba-tiba dia alergi atau apa gitu, gara-gara makan di pinggir jalan tadi."Nggak. Nggak apa-apa. Ternyata enak juga ya," sahutnya kemudian."Alhamdulillah kalau gitu. Kalau nggak kenapa-napa berarti boleh dong, nanti sering-sering jajan di pinggir jalan.""Hah! Ehm, nggak lah, kalau memang ada tempat yang lebih baik, kenapa harus beli yang di pinggir jalan." "Maksud kamu makan di restoran gitu?""Ya, tempatnya lebih nyaman, lebih bersih.""Memangnya kamu bisa jamin mereka lebih bersih dalam mengolah makanan, daripada yang di pinggir jalan.""Ya nggak juga, setidaknya kan mereka punya standar kebersihan sendiri dan SOP-nya jelas karena ada management yang mengontrol pekerjaan mereka.""Iya juga sih, tapi b
Read more
Bab 52. Bertemu seseorang
"Ehm, apa kau ingin kita berpisah?" Aku balik bertanya. Tiba-tiba saja dada ini berdenyut nyeri mendengarnya.Raka terdiam, bahkan ia masih sempat tersenyum menanggapi keterkejutanku."Amira, apa kau punya pacar, sebelum menikah denganku?" tanyanya lagi. Bukannya menjawab pertanyaanku tadi ia justru kembali bertanya hal yang tidak penting."Dulu. Saat aku masih kuliah, aku pernah mencintai seseorang, tapi ternyata dia ....""Dia meninggalkanmu?"Aku mengangguk kecil, mengingat masa saat dulu aku menjalin hubungan dengan Billy, teman satu kampus."Lalu sekarang dimana dia? Maksudku, laki-laki itu?"Aku bangkit dari dudukku, rasanya malas saja membahas tentang dia, dan tiba-tiba saja obrolan kami jadi membuatku bad mood."Hei, mau kemana? Aku kan sedang bertanya," cegah Raka."Aku mau tidur. ngantuk," ucapku ketus."Apa kau marah karena aku bertanya soal mantanmu?""Memangnya itu penting bagimu? Membahas masa lalu itu nggak penting, Raka.""Itu penting buatku, karena kau istriku sekaran
Read more
Bab 53. Lelaki masa lalu.
"Billy," bisikku lirih. Aku tercekat, tak menyangka akan bertemu dengan dia lagi, di sini, di tempat usahaku sendiri. Padahal sudah beberapa tahun aku merintis Kafe ini, tapi Tuhan mentakdirkan kami bertemu di hari ini."Hei Mir, apa kabar? Kamu, mau di makan di sini juga?" tanyannya memecah keheningan diantara kami. Setelah hampir lima tahun ini kami tak bersua, tentu saja yang ada kini rasa canggung.Aku masih diam, lidahku terasa kelu, tak mampu berkata apapun, hanya degup di dada yang terasa makin tak menentu.-"Setelah wisuda nanti aku akan datang ke rumahmu untuk melamarmu, Amira, dan selang tiga bulan, kita akan menikah. Kamu mau kan jadi istriku?" tanya Billy waktu itu kita sedang sama-sama menyusun skripsi.Tentu saja aku langsung mengangguk cepat dengan senyum merekah, aku mencintainya, sudah tentu aku sangat bahagia mendengar kepastian darinya itu."Aku mencintaimu, setelah kita nikah nanti nggak apa-apa kan, kita mulai semuanya dari nol, Papa bilang kalau aku nikah dulu
Read more
Bab 54. Cemburu
"Apa? Amira, maksudnya, kamu, sudah menikah?""Hei Bung kenapa kaget gitu? Sebenarnya ada perlu apa Anda dengan istri saya?" tanya Raka menatap lekat ke arah Billy."Oh, nggak. Nggak ada apa-apa sih, tadi kami cuma nggak sengaja ketemu di sini." Raka mengangguk kemudian menoleh padaku."Oh, apa ada sesuatu yang penting yang ingin dibicarakan? Kalau tidak ada, saya ingin mengajak istri saya pulang," pungkas Raka membuat Billy tak mampu berkata-kata lagi."Ayo Sayang, kita pulang," ucap Raka menatapku datar. Aku mengangguk dan ikut dibelakangnya."Tunggu Raka, tas-ku masih di dalam.""Biar aku yang ambil, Kau tunggu di mobil," ucapnya membuatku tak bisa membantah.Baru kali ini aku melihat netranya menatap lain ke arahku, seperti kesal, tapi juga ada kekhawatiran terlihat di sana.Raka melangkah memasuki Lobby restoran kembali. Dimana masih ada Billy duduk di sana.Tapi Raka terlihat melewatinya begitu saja, dan menemui Mita. Sepertinya ia meminta Mita untuk mengambilkan tas-ku.Tak be
Read more
Bab 55. Semakin dekat
"Raka?""Nomornya sudah aku blokir dan sudah aku hapus pesannya!"Aku ternganga menatap Raka yang tengah santai mengambil kaos yang sudah kusiapkan lalu memakainya."Apa Kau mau melihatku memakai celana di sini?" tanyanya membuatku netraku mendelik.Tentu saja aku tak mau. Ada-ada saja ini orang. Bergegas aku langsung mengambil pakaian ganti dan berlari masuk ke kamar mandi untuk mandi."Hah, ada-ada saja Raka, yang benar saja mau pakai celana di depanku. Ya walaupun kami suami istri tapi untuk hal satu itu, otakku masih suci." Aku bermonolog sendiri di dalam kamar mandi.Selesai mandi aku keluar kamar, sepi. Raka sepertinya sudah keluar kamar tadi.Kembali aku menatap benda pipihku yang tergeletak di atas nakas. Hah! Otakku kembali teringat tentang Billy. Mungkin tindakan Raka benar, memang sebaiknya nomornya di blokir. "Amira! Buatkan minuman untukku!" Raka tiba-tiba memasuki kamar ini."Bukankah tadi sudah kau buatkan?""Satu cangkir tadi tak sengaja kesenggol sama Mama. Cepat ka
Read more
Bab 56. Pengakuan Cinta
"Ijinkan aku tunaikan kewajibanku malam ini?" tanyanya sambil mengecup jemari tanganku. Aku tercekat, tak percaya dengan apa yang kudengar saat ini, benarkah Raka handak menyentuhku malam ini? Aku menatap nanar kedua iris hitam itu, hampir satu tahun waktu yang sudah kami jalani sama-sama, benarkah hari ini adalah saatnya aku benar-benar menjadi istri yang sesungguhnya bagi Raka?Lalu bagaimana dengan hatinya? Benarkah ia mengatakan itu karena telah tumbuh cinta di hatinya untukku? Atau hanya sebatas nafsu belaka? Atau hanya sekedar ingin memenuhi nafkah batin untukku saja?Aku masih terdiam menatapnya dalam."Amira, apa yang kau pikirkan?" tanyanya menarikku dari lamunan."Apa kau tak percaya padaku? Aku tak akan memaksa jika memang kau belum siap," ungkapnya lagi. Lalu mulai menarik diri hendak turun dari ranjang ini.Buru-buru aku menahan lengan kekarnya. Netra kami kembali beradu membuat aku seperti tersihir oleh tatapan matanya, pelan Raka mulai mendekatkan wajahnya dan terus m
Read more
Bab 57. Raka Pov
Raka POV.Aroma wangi shampo seketika menguar menusuk indera penciumanku ketika hijab yang menutupi kepalanya benar-benar terlepas. Rambut hitam dan tebal itu tampak sedikit berantakan, tapi justru membuatnya terlihat cantik.Aku mengusap pelan kepalanya, Amira hanya diam menatapku.Cantik. Satu kata untuk wanita yang kini duduk berhadapan denganku. Aku seperti tersadar, kecantikannya berkali-kali lipat ketika tanpa hijab."Kenapa selama ini kau tutupi, keindahan ini?" tanyaku kemudian, menikmati keindahan makhluk ciptaan Allah ini."Aurat ya harus di tutup 'kan," sahutnya membuatku tersenyum. Ya benar juga, bukankah seharusnya begitu, dan aku ingin keindahan ini hanya aku saja yang menikmati, tak kan kubiarkan laki-laki melihatnya. Aku tak rela.Satu tahun bukan waktu yang sebentar, selama beberapa bulan belakangan ini, hubungan kami semakin dekat, dan aku mulai nyaman berada didekatnya, perhatiannya, ketulusannya dalam menyiapkan semua keperluanku. Semua itu membuatku tersadar, da
Read more
Bab 58. Arya si Pengganggu
"Raka berangkat dulu Ma, Assalamualaikum!" ucapku buru-buru meraih tangan Mama, apalagi pagi ini aku harus menggantikan Papa untuk meeting dengan para semua kepala devisi."Lho nggak sarapan dulu? Amira mana?""Nggak sempet Ma! Gampang lah nanti makan di kantor!" seruku kemudian melangkah meninggalkan Mama."Eh, Amira mana?" tanyanya lagi mengulangi pertanyaannya, membuatku kembali menoleh."Masi Masih tidur Ma! Kecapekan kayaknya.""Kecapekan?" "Iya, masak iya harus Raka jelasin juga kecapekan kenapa!" ketusku, gemas sekali dengan pertanyaan Mama. Nggak tahu apa aku sudah telat, belum lagi harus macet-macetan di jalan.Mama justru tersenyum menatapku penuh arti, entah apa yang sedang dipikirkan, aku tak peduli, sekarang aku harus cepat ke kantor."Udah ya Ma, aku berangkat, Assalamualaikum!""Iya, wa'alaikum salam! Hati-hati ya Ka!"Bergegas aku kemudikan mobil membelah jalanan kota ini, hiruk pikuk keramaian kota seperti sudah jadi makanan sehari-hari bagi kami warga +62 apalagi d
Read more
Bab 59. Billy
Amira Pov.Aku terbangun ketika matahari sudah mulai meninggi, silau sinar matahari masuk melalui jendela kaca yang sebagian sudah tersibak tirainya. Aku menoleh ke samping, Raka sudah tak ada,Hah, aku kesiangan, aku melirik jam dinding sudah jam delapan pagi. Aku mencoba bangkit, tapi rasanya tubuhku sakit semua.Rasa nyeri begitu terasa di bagian bawah tubuhku. Namun seketika aku tersenyum sendiri mengingat momen semalam. Aku mencari kuncir rambut di atas nakas, namun yang kutemukan justru secarik kertas di sana. Aku mengulum senyum membaca pesan memo yang Raka tinggalkan.Aku tak menyangka pada akhirnya aku benar-benar menyerahkan diri ini, untuk Raka, laki-laki yang sudah sah menjadi suamiku sejak setahun lalu.Semoga ini akan menjadi awal kehidupan kami lebih baik lagi. Aamiin.Meski tertatih aku berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri.__"Selamat pagi Ma, ehm, maafkan Amira Ma, Amira bangun kesiangan," ucapku merasa tak enak dengan Mama sarapan sudah tertata di atas m
Read more
Bab 60. Masak sama-sama
"Assalamualaikum." Suara bariton yang sangat kukenal tiba-tiba saja memasuki ruang kerjaku, mengagetkan aku yang tengah sibuk di depan laptop.Seketika aku mengangkat kepala menatapnya tersenyum manis me arahku."Wa'alaikumussalam," sahutku balas tersenyum."Masih sibuk?""Oh, enggak juga sih, ini juga udah selesai, tinggal bikin list buat belanja besok apa-apa saja keperluan dapur yang harus di beli. Karena besok jadwalnya belanja bulanan keperluan Kafe."Raka mengangguk seraya mengedarkan pandangan ke seisi ruangan ini, lalu mendaratkan bobotnya di kursi berseberangan denganku terhalang oleh meja kerjaku."Enak juga jadi pengusaha, bisa santai kerjanya tanpa harus terikat seperti pekerja kantoran," ucapnya. Aku hanya mengulum senyum mendengarnya.Enak? Mungkin sekarang bisa di katakan enak, karena usahanya sudah jalan lancar, tapi jangan tanya ketika dulu aku mulai merintisnya, sampai harus jatuh bangun, bahkan aku harus pinjam modal yang tak sedikit pada Papa dan Mas Faisal.Papa
Read more
PREV
1
...
45678
...
10
DMCA.com Protection Status