Semua Bab Gairah Liar Keponakanku: Bab 61 - Bab 70
138 Bab
Bab 61
Lelaki muda itu melangkah cepat dan mencoba menyarangkan pisau itu ke tubuh Cassandra. Cassandra bahkan tak menyadari bahwa seseorang hendak mencelakainya di belakangnya. Namun dewi fortuna sepertinya sedang menaunginya. Lelaki muda itu terhuyung dan tanpa sengaja menjatuhkan pisaunya saat rombongan turis tanpa diduga berjalan melalui jalan itu. Lelaki muda itu mulai panik. Sepasang matanya mencari pisaunya yang terjatuh di antara kaki-kaki rombongan pejalan kaki. Dan ia semakin panik ketika menyadari bahwa gadis yang menjadi sasarannya telah berjalan semakin jauh darinya. “Sial!” makinya. Beberapa orang menoleh karena suara keras makiannya. Lelaki muda itu menarik penutup di kepalanya dan memilih untuk kembali melangkah mengikuti Cassandra. Ia menghentikan langkahnya dan menatap dari kejauhan tatkala gadis itu tampak melambaikan tangannya pada seseorang. Cassandra tersenyum saat melihat pamannya merapatkan mobilnya ke trotoar. Ia melangkah cepat menghampirinya dan segera masuk k
Baca selengkapnya
Bab 62
“Jangan bunuh aku,” pinta Cassandra. Ia sangat ketakutan. “Aku benar-benar nggak tahu siapa orang yang kamu sebutkan.” Lelaki muda itu tidak menampakkan rasa kasih dari sorot matanya. “Heh! Siapa kamu?” Teriakan yang sangat keras itu berhasil membuat lelaki muda yang sedang mengarahkan pisaunya ke batang tenggorok gadis di depannya itu terkejut. Lelaki muda itu menoleh dan dengan cepat ia menarik turun penutup kepalanya untuk menutupi sebagian wajahnya. Sepasang kakinya bergerak mundur dengan pisau terarah di leher Cassandra. “Jangan mendekat!” ancamnya. Cassandra menahan napasnya. Ia merasa pisau itu akan menggores kulitnya jika ia bernapas. Ia merasa tertekan dan ketakutan. “Om, tolong aku,” lirihnya. Tanpa terasa air mata menetes di pipinya. Lelaki muda itu menariknya pergi tanpa bisa dicegah oleh Marco. Mereka masuk ke dalam lift dan menghilang dari pandangan Marco. “Tolong lepaskan aku,” pinta Cassandra dengan suara gemetar. “Sungguh, aku tidak akan mempermasalahkan masa
Baca selengkapnya
Bab 63
Suara desah lolos dari bibir gadisnya saat Marco menyentuh salah satu titik sensitif di tubuhnya, di bagian lehernya. Marco mengangkat tubuh gadis itu dan meletakkannya ke atas sofa panjangnya. Dirasakannya sepasang tangan itu melingkar di lehernya, mengunci tubuh lelaki itu agar tetap berada dekat dengannya. “Jangan pergi, Om. Aku nggak mau sendirian,” pinta gadis itu. Marco tersenyum. Ia kembali mengecup lembut bibir gadis itu. Cassandra membalasnya dengan penuh gairah. Ia membuka bibirnya, membiarkan lelaki yang dicintainya mengambil bagian dalam permainan hasratnya yang tiba-tiba menyala. Sebagai seorang laki-laki normal, Marco tak sanggup mengendalikan lagi hasratnya. Gadis itu benar-benar menggoda imannya. Bibirnya yang terasa semanis strawberry dan aroma manis vanila yang menguar dari nadinya, membuatnya semakin tak dapat menguasai diri. Napas lelaki itu semakin memburu. Sepasang tangannya bahkan tak sabar untuk membiarkan tubuh molek itu tetap dalam balutan kemeja yang d
Baca selengkapnya
Bab 64
Suara notifikasi pesan masuk terdengar dari ponsel Marco, membuat Cassandra merasa penasaran. “Siapa sih yang kirim pesan malam-malam gini? Hmm … itu Bu Zissy, ya? Atau cewek cantik itu lagi?” cecarnya.Marco mencubit hidung keponakannya. “Kenapa? Kamu cemburu?” Gadis itu melancipkan bibirnya. “Siapa juga yang nggak bakal cemburu,” sahutnya. “Ini … ini dan ini,” lanjutnya sembari menunjuk bibir, dada dan bagian intim Marco. “Semua ini punya aku. Nggak boleh ada yang sentuh, selain aku.” Marco tertawa geli melihat tingkah kekanakan Cassandra. Tapi keceriaan dan keluguannya selalu membuat hidup Marco berwarna. “Sebaiknya kamu mandi dulu,” tuturnya. “Aku akan segera menyusulmu. Ada hal penting yang harus aku selesaikan dulu.” Cassandra mendecak kesal. “Tapi kakiku masih sakit, Om,” rengeknya. Diulurkannya kedua tangannya pada Marco, berharap agar lelaki itu menggendongnya. Marco menghela napas. Ia tahu Cassandra tidak suka sebuah penolakan. Ia akan mencari cara agar keinginannya s
Baca selengkapnya
Bab 65
“Bukan sesuatu yang penting,” sahut Marco sembari menggaruk puncak hidungnya yang tidak gatal. “Cuma … aku masih mengkhawatirkan kamu setelah adanya insiden tadi. Apa kakimu sudah membaik?” Marco mengulurkan tangannya, hendak menyentuh pergelangan kaki bagian kanan gadisnya yang sempat dioleskan dengan minyak. Tapi Cassandra dengan cepat memegang tangannya. “Jangan Om,” tolaknya. Ia takut jika sentuhan itu akan kembali menyakiti kakinya. “Masih sakit?” tanyanya. Gadis itu menganggukkan kepalanya. “Sedikit,” sahutnya. “Maaf, gara-gara insiden tadi, pekerjaan Om jadi terbengkalai.” Marco menarik sudut bibirnya. “Semua sudah diatasi oleh Niken. Pertemuan-pertemuan itu sudah dijadwalkan ulang olehnya.” “Syukurlah.” Cassandra merasa sangat lega. Setidaknya ia tidak membuat ayahnya marah karena mengganggu pekerjaan Marco. Gadis itu bangkit dari kursinya. Ia melangkah sambil menyeret satu kakinya yang masih terasa sakit. “Kamu mau kemana?” tanya Marco pada keponakannya itu.“Kembali
Baca selengkapnya
Bab 66
Reana mengepalkan tangannya dan tanpa disadarinya, tangan itu melayang dan mendarat di pipi lelaki di hadapannya. Belum pernah ia merasa sekesal ini. “Kamu benar-benar pengecut,” ucapnya meluapkan emosinya. “Kenapa kamu harus menjanjikan sesuatu yang tidak bisa kamu tepati? Kenapa kamu memberinya harapan, di saat kamu tak yakin bahkan dapat menjalaninya? Dan setelah itu ….”Reana menghela napas panjang, memperlihatkan perasaan kecewanya yang teramat. “Kamu meninggalkannya tanpa berita,” sambungnya. “Tak bisakah kamu memikirkan sedikit saja perasaannya?” Sensasi panas yang terasa di pipinya, tak membuat emosi Marco meningkat. Ia sadar bahwa semua yang dilakukannya memang sepenuhnya salah. Lelaki itu hanya menggerakkan otot rahangnya untuk meredakan nyeri yang dirasakannya. Lalu ia menarik sudut bibirnya untuk membentuk sebuah senyuman. “Semua kulakukan karena dia mendesakku. Dia memaksaku menjanjikan semua itu. Dan satu hal yang lagi yang perlu aku sampaikan, kisah sepuluh tahun ya
Baca selengkapnya
Bab 67
“Kenapa? Apa kakimu sakit lagi?” tanya Marco dengan wajah cemasnya. Gadis itu menarik sudut bibirnya sambil menggelengkan kepalanya. Jantung Marco yang seakan mau copot, tiba-tiba terasa lega. “Sepertinya kamu memang perlu dihukum,” bisiknya di telinga gadis itu. “Aku tidak akan mengampunimu, bocah nakal.” Sepasang tangan besar itu pun menggelitik di pinggang Cassandra, membuat gadis itu tertawa sambil menggeliat layaknya cacing kepanasan. Tapi Marco seakan tak ingin berhenti menggelitik. Ia terus menggelitik tanpa mengindahkan keponakannya yang berteriak minta ampun. Tak kehilangan akal, Cassandra melingkarkan kedua tangannya, memeluk leher Marco. Namun karena Marco tetap menggelitik, Cassandra menyerangnya dengan sebuah kecupan. Dan ia berhasil, perhatian Marco teralihkan. Keduanya kembali saling memagut dengan penuh hasrat. Sementara tangan-tangan mereka sibuk membuka pakaian pasangannya, seakan berlomba adu cepat, untuk menikmati sesuatu yang tersembunyi di baliknya. Marco
Baca selengkapnya
Bab 68
“Tolong jangan katakan kalau kakakku adalah pelakunya,” potong Marco. Ia mendadak gugup. Jantungnya berdebar karena tak sanggup menghadapi kenyataan seandainya saja Irfan benar-benar ayah biologis kekasihnya. Suara tawa terdengar dari dalam ponselnya, seolah lelaki itu sedang menikmati rasa penasaran dari orang yang membayar jasanya. “Tidak … tidak. Pada kenyataannya kasus ini tidak pernah tersebar ataupun diberitakan. Semua saksi bungkam karena ayah Marini menginginkannya.”“Mustahil!”“Itu hal biasa yang dilakukan oleh orang-orang kaya pada umumnya. Mereka tidak mau reputasinya hancur hanya karena kesalahan yang dibuat oleh anaknya.” Marco merasa kesal. Lagi-lagi ia tak mendapat informasi yang cukup berarti. Semua penyelidikannya seperti berjalan di tempat. “Menurut kesimpulanmu, apa yang sebenarnya terjadi pada mereka berempat?” tanya Marco saking frustasinya. “Bisa saja setelah semua kejadian itu, Marini mengakui jika ayah dari putrinya adalah Irfan. Sehingga ayahnya memutus
Baca selengkapnya
Bab 69
Buk!Kepalan tangan Irfan mendarat begitu saja di wajah Marco. Wajah lelaki lima puluhan itu memerah karena emosinya. “Dasar keparat!” teriak Irfan. Ia mendekati Marco dan kembali menyarangkan tinjunya ke wajahnya. Marco bergeming di tempatnya. Ia sama sekali tak memberikan perlawanan. Ia merasa bagaimanapun juga ini adalah kesalahannya dan dia pantas menerima hukuman itu. “Cassandra … anakku,” ucapnya dengan suara gemetar. “Aku sudah membesarkan dan menjaganya baik. Dan karena kelalaianmu, dia harus menderita seperti ini.” Marco mengeraskan rahangnya. “Maaf.” Hanya kata itu yang terucap dari bibirnya. Ia terduduk dengan lesu di ruang tunggu. Tak dihiraukannya semua ucapan kakaknya. Yang ada dalam pikirannya hanyalah keadaan gadis itu. Ia hanya dapat menunggu kabar dari dokter yang belum juga selesai memeriksanya. “Marco, jawab aku. Apa sebenarnya yang membuat dia bertindak ceroboh seperti itu?” cecar Irfan. “Ada seseorang yang berusaha menyingkirkan dia,” sahut Marco. Ia menga
Baca selengkapnya
Bab 70
Marco menatap wajah pucat yang terbaring lemah di dekatnya. Digenggamnya tangan gadis yang seolah lelap dalam tidurnya itu. Kepalanya yang terbalut perban dan selang infus yang menempel di pergelangan tangannya, membuat kondisi Cassandra semakin dramatis. Semenjak peristiwa itu, Marco sama sekali tak beranjak dari ruangan itu. Lelaki itu merasa bertanggung jawab atas semua yang dialami oleh Cassandra. Ia merasa bersalah dan juga tak tega untuk meninggalkannya bahkan untuk sekejap saja. Tak ada lagi wajah ceria nan manja yang memanggilnya Om. Tak terdengar lagi suaranya yang merdu merayu saat meminta sesuatu. Marco menundukkan kepalanya. Matanya terasa berat karena tak dapat dipejamkan beberapa hari terakhir. Dengan tangan masih menggenggam erat gadisnya, ia pun berusaha memejamkan mata. Namun seperti sebuah mimpi, jemari yang digenggamnya terasa bergerak. Marco menegakkan kembali kepalanya. Ia menatap wajah pucat gadis yang masih tampak lelap dalam tidurnya itu. Ia merasa kecewa
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
14
DMCA.com Protection Status