Lahat ng Kabanata ng Gairah Liar Keponakanku: Kabanata 41 - Kabanata 50
123 Kabanata
Bab 41
Lelaki itu sangat kuat. Tenaganya sungguh tak seimbang jika dibandingkan dengan Cassandra. Gadis itu sama sekali tak berkutik di dalam dekapannya.Sayup terdengar dari kejauhan, suara Fritz memanggil namanya. Suara itu menggugah Cassandra untuk berteriak meminta bantuan. Namun saat ia hendak berteriak, tangan lelaki itu dengan sigap membungkamnya. Dengan tenaganya yang kuat, lelaki itu mampu menyeret Cassandra yang meronta ke balik rimbunnya semak di tepi jalanan sepi itu. Suara derik kerikil terdengar saat Fritz melangkah mendekat. Namun mulut Cassandra terkunci oleh tangan besar lelaki itu. Ia menjejak apapun yang ada di sekitarnya untuk menunjukkan keberadaannya. Tapi semuanya sia-sia. Fritz memang melihat semak itu bergerak. Tapi justru karena itu ia berlari menjauh. Kegelapan terlalu menakutkan bagi lelaki muda itu. Apapun bisa menjadi ancaman baginya.Kini tak ada lagi harapan bagi Cassandra. Menyesal pun tak akan ada gunanya. S
Magbasa pa
Bab 42
Fritz tiba-tiba saja muncul di tengah-tengah mereka. Bukan hanya rambutnya yang berantakan. Pakaiannya juga tampak kacau dan beberapa lebam terlihat di lehernya. Lelaki muda itu segera menutup pintu kamarnya dengan wajah gelisah ketakutan. Namun sesaat kemudian, ia baru menyadari kehadiran Marco di dalam kamar itu. “Hei! Kenapa dia ada di sini?” protesnya dengan kesal. Baru saja ia merasa mimpinya menjadi kenyataan, tiba-tiba saja lelaki itu seolah memaksanya untuk bangun. Ia merasa kehadiran Marco hanya seperti wasit di antara sepasang kekasih. Dan itu terasa sungguh menyebalkan.“Om Marco nyusul kemari karena perintah papa,” sahut Cassandra datar. “Sekarang katakan padaku, kamu kenapa? Apa terjadi sesuatu?” “Eh … itu. Tadi sewaktu aku mencarimu, tau-tau ada perempuan gila yang menyerangku. Dia tiba-tiba mendekapku dan menciumiku,” omel lelaki muda itu. “Dia melecehkan aku.” Cassandra mengerutkan keningnya. Ia cukup merindi
Magbasa pa
Bab 43
Marco memeluknya dan terus memagut bibir gadisnya dengan penuh hasrat. Ia melepaskan semua kerinduan yang membuncah di dadanya. Menekan perasaan cintanya, terasa begitu menyiksa bagi lelaki itu. Sesaat Cassandra teralihkan. Ia merasakan gelenyar perasaan yang berbeda. Perasaan yang ingin dinikmatinya lebih lama. Ia balas memagut sementara kedua tangannya melingkar di leher Marco. Dirasakannya tangan besar itu menggerayangi tubuhnya. “Non Sandra!” Tiba-tiba suara Bik Sum terdengar dari dalam rumah. “Non, dimana?”Marco menarik tubuh gadis itu masuk ke dalam air, sengaja untuk menghindar dari pandangan Bik Sum. Apa jadinya jika wanita itu mengetahui hubungan aneh di antara keduanya.“Non Sandra dimana sih?” Bik Sum mengedarkan pandangannya ke sekeliling halaman samping. Tidak ada tanda-tanda nona majikannya berada di sana. Ia menggaruk kepalanya dan berbalik ke dalam rumah. “Apa masih di
Magbasa pa
Bab 44
Cassandra mendorong Marco. Ia tak ingin Marco menginjak harga dirinya lagi hanya karena rasa cintanya. Ia tak ingin dimanfaatkan lagi. Betapa jahat dan egoisnya Marco karena selama ini mempermainkan perasaannya. Dan betapa bodohnya dirinya, karena telah memberikan segalanya pada lelaki bunglon seperti Marco.“Aku benar-benar bodoh, kan? Aku sudah kasih raga aku sepenuhnya sama Om. Sama laki-laki yang sebenarnya nggak cinta sama aku,” isaknya. “Dan apa yang aku dapat? Bukan cinta, bukan bahagia. Tapi sebuah penderitaan.”Marco menatapnya dengan frustasi tanpa bisa berkata apa-apa. “Aku rasa Om benar,” ucap Cassandra. “Kita harus hentikan semua ini. Sebaiknya kita tidak usah ketemu lagi.” Gadis itu membuka pintu mobil dan membantingnya dengan keras. Marco masih tercengang saat melihat punggung gadis itu semakin menjauh. Dia benar-benar sudah pergi.Setelah cukup lama sibuk dengan pikirannya, Marco tersentak. Bagaimana mungkin ia membiarkan keponakannya keluyuran dengan pakaian seper
Magbasa pa
Bab 45
“Menikah?” Irfan membelalakkan matanya. Berita yang disampaikan oleh adiknya itu sungguh membuatnya terkejut. “Jadi kalian mau melangsungkan pernikahan di saat Cassandra hilang entah kemana? Kamu mau berbahagia di tengah bencana yang melanda keluarga kita?” Marco mengeraskan rahangnya. Ia tahu dengan pasti bahwa semua ini adalah kesalahannya. Bagaimanapun Cassandra hilang saat bersamanya dan adalah tanggung jawabnya untuk membawanya kembali pulang. “Apa kamu sudah kehilangan kewarasan? Dimana otakmu? Apa wanita itu sudah membuatmu kehilangan akal sehat hingga kamu mau menikahinya di saat situasi sedang sekacau ini?” omel Irfan. “Aku ingin tahu, apa kamu masih bisa tertawa di pesta pernikahanmu jika putriku diketemukan sudah dalam keadaan mati!” Wajah Irfan memerah saking marahnya. “Gila! Tidak akan ada pernikahan sebelum putriku ditemukan!”Raut wajah Bik Sum memucat. Bahkan ketika Irfan membanting kain serbetnya ke atas kursi dan pergi meninggalkan mereka berdua. Ruang makan kelu
Magbasa pa
Bab 46
Mendengar nama itu disebut, sungguh membuat Zissy kesal. Perasaannya jadi tak karuan. Namun ia tak ingin mengacau di kesempatan seperti ini. Ia menahan perasaannya, namun ia tubuhnya tak dapat berbohong. Hasratnya tiba-tiba saja lenyap. Ia sadar bahwa tidak ada ruang bagi dirinya dalam hati lelaki itu. Walaupun raganya bisa dimilikinya, namun tidak dengan hatinya. Ia hanya mendapatkan cangkang tanpa jiwa. Marco menghujamkan batangnya yang mengeras ke bagian intim wanita itu. Cairan hangat meleleh dari sudut mata wanitanya. Zissy merasakan sakit, bukan hanya di bagian intimnya, tetapi juga di dalam hatinya. Ia merasa semua perjuangannya sia-sia, namun tak ingin melepaskan lelaki yang disukainya itu. Marco tetap memejamkan matanya, sengaja membiarkan fantasi liarnya terpuaskan. Ia terus mengayunkan pinggangnya dengan ritme yang sama, sengaja melepaskan hasrat yang terpendam cukup lama. Namun suara rintihan Zissy membuyarkan fantasinya. “Menjauhlah, jika ada perempuan lain di dekat
Magbasa pa
Bab 47
“Bapak tidak punya kuasa untuk ikut campur dalam hal ini,” ucap lelaki tua itu. “Mungkin justru teman-teman mereka yang lebih paham tentang hubungan mereka.” Sekali lagi Marco hanya menganggukkan kepalanya. Ia tak tahu lagi bagaimana lagi untuk mencari tahu kebenaran yang terjadi dua puluh tahun silam. Semua fakta benar-benar tertutup rapat. Bahkan ingatannya tentang semua hal yang menyangkut Irfan, sama sekali tak berguna. Ia terlalu acuh pada kakaknya saat itu. Ia terlalu sibuk dengan urusannya sendiri dan mengabaikan semua urusan orang dewasa yang sama sekali tak dipahaminya saat itu. “Mungkin Bapak bisa memberikan beberapa alamat teman seangkatan Kak Irfan? Ada beberapa hal yang ingin saya tanyakan pada mereka.” Marco masih menyimpan sebuah harapan bahwa semua data lama sekolah ini masih lengkap dan tertata rapi.“Ada … ada! Sebentar saya ambilkan,” sahut lelaki tua itu sembari berdiri dari kursinya.Namun harapan itu langsung sirna saat Pak Munir membawa sebuah buku tulis ber
Magbasa pa
Bab 48
Cassandra tersenyum lebar. Dengan langkah yang mantap, ia memasuki Riverside Garden Apartemen, yang merupakan rumah baru baginya saat ini. Gadis itu menautkan tangannya di lengan Marco, seolah tak ingin lagi terpisah dari pamannya itu. Ruang apartemen dengan gaya minimalis itu, masih terlihat sama seperti saat ditinggalkannya dulu. Masih tetap rapi, seolah tak ada seorangpun yang tinggal di tempat senyaman ini. Cassandra menatap sekelilingnya dan mata itu masih sama, tetap terpaku melihat keindahan pemandangan di balik jendela besar kamar itu. Tiba-tiba terdengar suara lirih terdengar.Marco mengerutkan keningnya. “Kamu … lapar, ya?” Gadis itu menganggukkan kepalanya. “Aku belum makan dari pagi tadi.” “Sudah … sudah.” Marco mendorong tubuh mungil keponakannya masuk ke dalam kamar. “Kamu mandi dulu. Sementara pakai saja apapun yang ada di dalam sana.”Cassandra mencengkram daun pintu, menahan dirinya untuk masuk ke dalam satu-satunya kamar tidur di tempat itu. “Lalu Om mau kemana?
Magbasa pa
Bab 49
Zissy menatap gadis dihadapannya tanpa berkedip. Ia sama sekali tak menduga akan bertemu dengan salah satu siswanya di apartemen calon suaminya. Ia sangat terkejut, apalagi saat ia melihat gadis itu memakai kemeja pria yang bisa ditebak dengan mudah siapa pemiliknya. Zissy merasakan sakit di dadanya. Ia merasa Marco telah mengkhianatinya. Marco telah mempermainkan perasaannya. Bukankah dia sudah berjanji untuk menikahinya. Cassandra tidak kalah terkejutnya. Ia tak mengira jika dosennya itu bakal berkunjung ke apartemen pamannya. Walau ia tahu itu bukan yang pertama kalinya, tapi ia tidak menduga bahwa ia akan muncul kali ini.“Kenapa kamu ada di sini? Dan … baju itu, kenapa kamu pakai bajunya?” teriak Zissy penuh amarah. “Apa yang sudah kalian berdua lakukan?” Mendengar keributan itu, Marco pun keluar dari kamarnya. Lelaki itu masih menggunakan kimononya dengan satu tangan memegang handuk untuk mengeringkan rambutnya. “Zissy? Kenapa kamu kemari?” tanya Marco yang juga terkejut. La
Magbasa pa
Bab 50
“Mona Salimar!” ucap Marco. Tangannya mengetuk sebuah foto yang tertera pada yearbook di hadapannya. Sederetan wajah dalam pasfoto berwarna hitam putih itu menjadi pusat perhatiannya saat ini. “Jadi … sekarang kamu mencurigai kakak kamu bukan ayah kandung Cassandra?” tanya Rexy. “Aku rasa yang diucapkannya saat itu hanya kalimat yang didasari oleh emosi sesaatnya.”“Aku masih tidak yakin,” ungkap Marco. “Biasanya sesuatu yang terucap dengan emosi, adalah sebuah kebenaran.”Rexy berdiri dari kursinya dan melangkah menuju jendela besar di belakang meja kerja Marco. “Sekarang coba kamu pikir. Bagaimana mungkin Irfan akan membesarkan Cassandra seandainya ia bukan putri kandungnya? Kenapa ia tidak mengirim gadis itu ke panti asuhan saja?”“Tapi faktanya, Irfan membesarkannya sendiri tanpa Marini, istrinya,” lanjut Rexy. “Terlepas dari kesibukannya, dia tetap memperhatikan gadis itu hingga ia beranjak dewasa.”Marco tetap mengetuk-ngetukkan penanya ke satu wajah di dalam buku itu. Ia terli
Magbasa pa
PREV
1
...
34567
...
13
DMCA.com Protection Status