Tepat sudah seminggu Rivano tidak pulang. Seminggu tanpa kabar, tanpa jejak, tanpa satu pun penjelasan. Bagi Helena, ini bukan hal baru. Setiap kali ia sedikit saja mendebat Rivano, lelaki itu akan selalu memilih pergi—menghilang begitu saja, seakan menjadikan diam dan menjauh sebagai cara paling mudah untuk memenangkan pertengkaran. Entah apa maksudnya, hanya Rivano yang tahu.Namun bagi Helena, itu adalah luka.Sebab mendiamkan pasangan, membiarkan ia berteman dengan sepi, sama kejamnya dengan perselingkuhan. Ada rasa tersakiti yang tak terucap, seolah ia dipaksa meromantisasi kesendirian. Padahal, hatinya kian tergerogoti; sisi femininnya dipaksa menjadi maskulin, hanya karena ia harus memeluk dirinya sendiri. Menenangkan badai seorang diri, tanpa bahu tempat bersandar, tanpa pelukan tempat berlabuh.Padahal, apa sih yang Helena inginkan? Sesederhana dibujuk saat ia merajuk. Sesederhana dipeluk ketika air matanya jatuh. Ia ingin dim
Last Updated : 2025-09-28 Read more