All Chapters of SUGAR DADDY TERAKHIRKU: Chapter 201 - Chapter 210
286 Chapters
Aku Tidak Menderita
“Tapi … Kenapa?” Pertanyaan yang datang amat lambat, dan fokus Mae kembali terpecah.Ia menatap Daisy, lalu pintu masuk unit observasi itu—baru kembali pada Stone dan Ash.Bahkan setelah semua itu, Mae masih perlu merasa mencari Carol dan dokter Faraday.“Mary.” Ash menepuk pelan pipi Mae, lebih lega karena paling tidak Mae tidak menolak sekitar, dan masih bisa diajak bicara meski sulit menerima. “Kau percaya padaku bukan? Kau tahu aku akan melakukan apapun untukmu bukan?” tanya Ash dengan senyum. Akan melakukan apapun hal positif untuk mengalihkan emosi Mae dari Carol.“Ya… Kau mencintaiku.” Mae bergumam dan menyentuh pipi Ash. Ia tahu Ash tidak akan berbohong. Ia membutuhkan orang yang tidak berbohong saat ini.Semua serba membingungkan—Mae tidak tahu harus mempercayai apa, tapi Ash tidak akan berbohong, tidak akan menyakitinya. “Ya, aku selalu menginginkan kebahagiaan untukmu. Selalu.” Ash mengangguk, sambil meremas tangan Mae yang ada di pipinya.“Tapi kenapa? Kenapa berpura-pura
Read more
Selama Ini Aku Melakukannya Untuk Apa?
“TIDAK!” Mae kembali berteriak dan hampir saja berlari pergi, tapi Ash berhasil merangkul tubuhnya, dan memeluk erat.“Maaf… maaf…,” bisik Ash, menyesal membuat Mae mengingat kejadian itu, tapi tidak berhenti. Sedikit lagi.“Kau korban, Mary. Kau yang menderita. Kau yang memberi uang untuknya. Mama Carol dan Dokter Faraday, mereka meminta uang darimu. Kau yang mencarinya, mereka yang menikmatinya.” Ash mengulang kalimat panjang itu, paling tidak tiga kali, sambil melawan keinginan Mae untuk memberontak.“Tidak begitu! Aku melakukannya untuk Daisy, semua uang itu untuk Daisy! Agar dia sembuh! Aku rela! Untuknya!” Mae tidak mau mendengar, tidak ingin menerima.Bagaimana bisa? Mae hanya tahu kenyataan itu. Mae mencurahkan seluruh hidupnya untuk itu. Mae tidak pernah memikirkan masa depannya, hanya Daisy—dan Daisy.“Aku rela… Daisy sakit…” Mae kembali menepuk dadanya—karena semakin sesak. Masih enggan menerima kalau dirinya korban, karena hal itu sama saja mengakui kebodohan seumur hidup.
Read more
Aku Tahu Sejak Lama
“Aku tidak tahu kau sudah sadar.” Ash terkejut saat melihat Daisy dalam keadaan membuka mata. Ia baru saja meninggalkan sisi Mae.Mata Daisy bergulir menatap Ash. Awalnya biasa saja, tapi dengan cepat menjadi merah dan air mata turun di pelipisnya.“Maaf, apakah maskernya bisa dilepaskan?” Ash bertanya pada perawat yang kebetulan lewat di dekat ranjang Daisy.“Oh? Tentu, asalkan pasien tidak merasa sesak napas lagi. Apa Anda bisa bernapas lega?” Perawat itu bertanya dengan ramah, tentu berpura-pura tidak melihat air mata Daisy, karena itu privasi.Daisy mengangguk dan perawat itu membantunya melepaskan masker, lalu memasang selang oksigen menempel di bawah hidungnya. Masih membantu Daisy bernapas dengan lebih lega meski tanpa masker. “Panggil saya lagi kalau memang terasa sesak.” Begitu perawat itu berpamitan dan pergi, maka Daisy tidak lagi menahan isakannya. Ash meraih tisu dan membantunya menghapus air mata, karena tangan Daisy terlalu lemas untuk menggenggam apapun. Tangannya den
Read more
Aku Akan Diam
Ash menggeleng. “Perbedaan itu bukan tidak mungkin. Bisa jadi orang tua kalian—”“Ayahku O dan ibuku A. Aku melihat catatannya di dokumen dulu. Aku tidak amat paham saat pertama melihatnya, tapi saat mempelajarinya di sekolah, aku akhirnya paham. Aku dan Mae tidak mungkin berasal dari orang tua yang sama.”Ash memejamkan mata, ingin memproses tapi otaknya terasa terlalu aktif. Ia berpikir terlalu jauh, padahal jawabannya mudah. Hanya perlu hal sederhana untuk membuktikannya.“Mae tidak menganggapnya aneh, karena tidak pernah melihat dokumen kematian orang tua kami—orang tuanya. Aku dulu meminta pada Mama Carol untuk memperlihatkannya karena penasaran kenapa mereka meninggal, Mae tidak pernah mempertanyakannya.”Daisy menghapus butir air matanya yang turun, lalu melanjutkan dengan nada datar.“Tapi aku malah bersyukur saat menyadari kalau Mae tidak akan pernah tahu. Dokumen itu sudah ikut terbakar bersama rumah Mama Carol. Aku lega saat menyadarinya.”“Apa kau waras? Kenapa kau diam? Ke
Read more
Aku Ingin Bertanya Langsung
“Jangan memaksa kalau masih lemas. Tidak ada yang memburumu, Mary.” Ash berdiri dan menahan bahu Mae yang tampak ingin bangkit begitu membuka mata.“Aku—dimana…” Mae menatap sekitar.“Rumah sakit. Kau pingsan.” Ash menekan remote, sedikit menegakkan ranjang agar Mae bisa lebih tegak tanpa harus duduk.“Oh—ya.” Mae menerjemahkan kenyataan saat pandangannya menemukan polisi berseragam, tampak berjaga tidak jauh dari pintu.“Stone meninggalkannya agar bisa melaporkan perkembangan keadaanmu dan Daisy secara langsung.” Ash menjelaskan alasan keberadaan polisi itu. Stone sudah meninggalkan rumah sakit beberapa saat lalu.“Daisy!” Mae berpaling dengan sangat cepat, tapi ranjang Daisy kosong. “MANA…”“Jangan panik. Daisy hanya sedang menjalani serangkaian tes. CT-scan dan lain-lain. Aku kurang tahu apa saja, tapi banyak. Dokter melakukan pemeriksaan menyeluruh untuk memastikan keadaannya.”Ash memandang lantai saat mengatakan itu, karena dirinya kurang lebih berkontribusi atas kegawatan keadaa
Read more
Aku Akan Sembuh
“Jangan bodoh! Kau sakit, tidak seharusnya berpikir sejauh itu! Aku—” Mulut Mae terbungkam, oleh tangan kurus Daisy. “Aku tidak mau mendengarnya lagi.” Daisy mencegah Mae menyebut tentang tanggung jawab lagi.Mae tadi mencela setelah Daisy mengaku kalau semua hinaan itu ada untuk menjauhkan Mae. “Tapi benar—meski… itu… Dibuat—”“Aku tahu. Bob—maksudku Inspektur Stone, sudah menceritakannya padaku.” Daisy mengambil alih. Mae ragu karena tidak tahu seberapa banyak Daisy tahu tentang keadaan yang sebenarnya.“Kau baik-baik saja?” Mae meraih tangan Daisy. Sejak tadi ia mengkhawatirkan bagaimana reaksi Daisy.“Mereka… mereka…”“Aku baik, Mae. Aku malah merasa lebih baik. Aku rasa, dokter Faraday memang penipu. Aku langsung merasa lebih baik begitu berhenti meminum obat darinya.” Daisy menghela napasnya yang nyaring itu, dan hanya itu.Mae sampai menatapnya dengan heran. Ia mengira Daisy akan menangis setidaknya, atau marah—apapun, bukan hanya sekadar menghela napas.“Kau yakin baik-baik
Read more
Aku Penasaran
“Aku tidak tahu! Aku bukan ahli obat!” Carol menggeleng dan membentak.Bahkan lebih keras dari detektif yang Sejak tadi menginterogasinya. Tentu saja Carol tidak mengakui satupun kejahatan yang dituduhkan padanya“Kau tahu semua penolakan ini akan menjadi catatan jaksa dan akan memperberat tuntutan hukumanmu bukan?” Detektif yang sebenarnya memiliki kesabaran cukup tebal itu sudah tampak lelah. Bukan hanya hari ini saja, kemarin sikap Carol kurang lebih sama. Tidak mengatakan apapun—tidak menyebutkan hal yang penting.Carol kurang lebih hanya mengeluh tentang sakit punggungnya yang fiktif—tidak ada lagi yang percaya. Atau berpura-pura tidak mendengar, mengantuk dan lain sebagainya. Carol memakai segala cara untuk menghindari pertanyaan.“Aku tidak mengerti apa yang kau katakan.” Carol menggeleng dan bersandar di kursinya.Kata-kata yang mungkin sudah diulangnya ratusan kali semenjak sampai di kantor polisi adalah itu.“Sebenarnya apa yang kau inginkan?” Detektif itu menggelengkan ke
Read more
Aku Akan Membuka Rahasiamu
“Kau menolak bicara padaku kemarin!” Carol menyahut dengan marah begitu mendengar jawaban dari seberang. Carol tahu pria itu sengaja menghindarinya.“Memang, dan kenapa juga aku harus mendengarmu?” Pria itu tidak terdengar gembira mendengar Carol marah padanya.“Aku dalam keadaan genting! Kau seharusnya membantuku!” Carol mendesis sementara matanya memandang sekitar. Ia berbisik amat pelan agar tidak ada yang mendengar. Polisi yang bertugas mengantarnya sudah berada dalam jarak aman karena memang peraturannya seperti itu, tapi Carol masih cemas kalau ada yang mendengar. Urusan ini harus ditangani dengan hati-hati.“Memang apa yang terjadi?” Pria itu akhirnya bertanya.“Aku tertangkap oleh Polisi,” kata Carol.“Lalu? Aku harus prihatin?” Pria itu tidak terdengar peduli.“Kau harus membantuku! Kau ingin aku membuka mulut tentang apa yang kau lakukan?” Carol langsung mengancam, dan terdengar geraman marah dari seberang.“Aku sudah membuatmu kaya raya dengan memberimu banyak uang—sesuai d
Read more
Aku Mengenali Kepalsuanmu
“Mrs. Mary, saya mohon jangan mendengar apapun permohonan darinya. Wanita ini licik dan akan berusaha untuk membuat Anda kasihan. Dia bersalah, tapi akan memohon pada Anda. Ingat ini.” Stone memberi peringatan saat Carol belum muncul.“Ya.” Mae mengangguk sementara mengeratkan genggaman tangannya yang gemetar.Ruang interogasi di kantor polisi itu terasa dingin dan kaku. Dindingnya putih polos, tanpa hiasan apapun, dan lampu neon yang menyala terang di atas kepala, otomatis memberikan suasana yang tegang. Ini bukan pertama kali Mae ada disana, tapi pengalamannya jauh berbeda. Mae dulu ada di sisi lain meja, dan tidak berusaha mengkonfrontasi wanita yang sudah dikenalnya seumur hidup. Mae separuh takut mendengar jawaban yang akan didengarnya dari Carol, tapi harus.“Datang juga.” Stone bergumam, saat pintu terbuka dan Carol masuk, dikawal oleh salah satu anak buahnya.Carol tampak tenang, tapi matanya melebar terkejut saat melihat Mae. Terkejut yang tidak lagi ditahan, karena cocok de
Read more
Aku Sudah Melihat Bangkainya
Carol menatap Stone dengan mata yang berlinang air mata. "Karena aku juga ditipu. Dokter itu mengatakan ada kelebihan uang dan menyuruh saya menyimpan, akan digunakan lagi bulan berikut. Saya berhemat dan menyimpan semua sesuai instruksi. Saya bahkan menambahkan uang itu saat Daisy membutuhkan biasa besar—saat operasi jantung dulu.”Ini adalah kisah paling panjang yang diberikan Carol selama ada dalam ruangan itu. Tapi Stone malah tersenyum geli.“Lucu juga. Dokter sudah memeriksa dan Daisy tidak pernah menjalani operasi apapun. Memang ada bekas jahitan di dadanya, tapi hanya dari luka biasa. Memang ada luka dibuat—dijahit, tapi tidak ada operasi yang terjadi.”Mae merasakan bisa merasakan hatinya mengerut. Seperti kempis begitu saja oleh sara kecewa yang menusuk, saat kenyataan yang benar itu datang. “Aku—aku harus mengiba dan merayu Barnet untuk mendapatkan sebagian uang itu. Apa kau tahu? Evelyn memanggilku Jalang Murahan setiap hari setelah itu, dan aku menerima. Karena benar.”S
Read more
PREV
1
...
1920212223
...
29
DMCA.com Protection Status