All Chapters of Dari Sekretaris Jadi Istri Pewaris: Chapter 41 - Chapter 50
172 Chapters
Bab 41
Zyan memeluk lalu menarik Zahra agar lebih dekat hingga sebagian badan mereka menempel. Tiba-tiba kehangatan menyelimuti keduanya. Mata mereka pun saling menatap seolah menyelami isi hati masing-masing.Perlahan tapi pasti wajah Zyan mendekat. Bibirnya menyentuh bibir Zahra. Dia lantas diam, sengaja tak bergerak untuk menunggu rekasi gadis itu. Karena tak mendapat penolakan, pria itu mulai menggerakkan bibirnya dengan lembut karena tidak ingin memberi kesan buruk pada ciuman pertama mereka. Zyan ingin istrinya mengenangnya dengan indah.Zahra yang awalnya diam karena terkejut jadi tersadar begitu sesuatu yang lembut dan kenyal bergerak di bibirnya. Sebagian dari dirinya ingin menolak, tapi rasanya enggan menjauhkan diri. Sentuhan lembut itu berhasil menimbulkan sensasi aneh dalam dirinya. Hingga tanpa sadar dia memejamkan mata, menikmati sentuhan tersebut.Zyan diam-diam tersenyum saat melihat sang istri menerima sentuhannya. Buktinya bukan menolak tapi malah memejamkan mata. Dia pun
Read more
Bab 42
“Good morning, My Love.” Sapaan mesra dari Zyan menyambut Zahra saat gadis itu membuka mata.“Morning,” balas Zahra dengan suara serak khas bangun tidur. Dia tersenyum malu kala mendapati Zyan menatapnya dengan intens.“Bang Zyan kok sudah bangun. Jam berapa sekarang?” tanyanya untuk mengalihkan perhatian suaminya.“Jam setengah lima. Aku sengaja bangun lebih pagi biar bisa puas memandang wajahmu saat tidur,” jawab Zyan.“Pagi-pagi sudah menggombal,” celetuk Zahra dengan pipi yang merona merah.“Halal ‘kan menggombali istri sendiri? Yang penting bukan menggombali wanita lain,” timpal Zyan sambil memainkan kedua alis tebalnya.“Sudah azan, kita salat dulu, Bang.” Zahra mengganti topik pembicaraan karena saat itu terdengar kumandang azan Subuh dari masjid terdekat.“Boleh minta morning kiss dulu?” Zyan menahan tubuh istrinya yang ingin bangun.Gadis itu terkejut mendengar permintaan suaminya. “Hah? Morning kiss?”Zyan mengangguk. “Iya. Begini morning kiss-nya.” Pria itu mengecup pipi, k
Read more
Bab 43
Rania menatap lekat putra sulungnya. “Jadi karena itu? Seumpama tidak ada yang menggoda dan mendekati Zahra, kamu tidak akan pernah mengumumkan pernikahan kalian dan mengadakan resepsi ‘kan? Kenapa kamu egois sekali, Zy?”Zyan langsung kicep mendengar kata-kata sang mama yang sangat menohok. Dia seperti ditampar dengan keras.“Sekarang kamu baru sadar ‘kan bagaimana berharganya Zahra? Di luar sana banyak pria yang menginginkan istrimu. Kamu saja yang bodoh dan menutup mata hanya gara-gara artis itu.” Rania kembali memojokkan putranya.“Aku sudah putus sama Mila, Ma. Zahra juga tahu soal itu. Iya ‘kan, Ra?” Zyan menoleh pada istrinya, meminta dukungan.Zahra pun mengangguk. “Iya.”“Kenapa kamu memutuskan artis itu? Bukannya selama ini kamu diam-diam tetap berhubungan dengan dia di belakang kami?” Ucapan Rania membuat wajah Zyan menjadi pias. Dia seperti disambar petir di siang bolong yang panas. Sangat tidak terduga dan mematikan.Pria bercambang tipis itu lantas memutar otak. Mencari
Read more
Bab 44
Zahra seketika menoleh setelah mendengar pertanyaan Zyan. “Kenapa Bang Zyan tanya sama saya?” Pria yang sedang memegang kemudi itu mengernyit. “Aku harus tanya sama siapa kalau bukan sama kamu, Ra. Istriku ‘kan kamu. Aku pergi bulan madu sama kamu. Ya otomatis kalau membuat anak juga sama kamu? Memangnya sama siapa lagi?” “Mana tahu Bang Zyan ingin punya anak dari wanita lain,” timpal Zahra. “Astaghfirullah. Hilangkan pikiran seperti itu, Ra. Saat aku memutuskan menjalani pernikahan kita dengan semestinya, aku sudah tidak punya pikiran untuk bersama wanita lain. Kamu istriku, tentu saja kamu yang akan menjadi ibu dari anak-anakku, bukan wanita lain,” tukas Zyan. “Aku sudah bilang tidak akan memaksa, karena itu aku minta persetujuanmu. Kalau kamu setuju, tentu saja aku akan sangat bahagia membuat cucu untuk orang tua kita,” sambung Zyan. “Kalau saya tidak setuju bagaimana?” Zahra sengaja memancing suaminya. “Jujur, aku pasti kecewa. Tapi aku menghormati keputusanmu. Kita nanti tin
Read more
Bab 45
Zyan terus tersenyum sejak mendengar keputusan istrinya. Bahkan pada para karyawan yang berpapasan dan menyapanya saat tiba di kantor. Membuat mereka agak heran dengan perubahan sikap sang pimpinan. Selama ini jangankan tersenyum, mengangguk saja, itu sudah respon bagus yang diberikan oleh Zyan pada mereka.CEO itu terkenal dingin dan tidak pernah tersenyum. Raut wajah datar dan tatapan yang tajam membuat siapa saja yang berpapasan dengannya merasa segan. Tidak disapa, tapi dia pimpinan. Begitu disapa, jarang ada tanggapan. Serba salah jadinya.Pucuk pimpinan tertinggi di perusahaan itu terus memegang tangan istrinya mulai saat keluar dari mobil sampai ke ruangannya. Zahra bahkan tidak dberi izin bekerja di mejanya yang ada di depan ruangan Zyan. Pria itu ingin Zahra bekerja di ruangannya. Sampai Faisal harus meminta tolong OB dan juga teknisi untuk memindahkan meja, komputer, dan telepon yang biasa Zahra gunakan, ke dalam ruangan sang pimpinan.Saat Zahra melayangkan protes, Zyan bil
Read more
Bab 46
Zyan tertawa mendengar ucapan istrinya. Menggoda Zahra jadi hobi barunya sekarang karena wajah itu jadi terlihat menggemaskan kalau sedang kesal. “Kok malah masuk angin sih, Ra. Kamu tahu tidak. kalau salah satu cara untuk mengatasi hipotermia itu dengan melakukan kontak kulit ke kulit atau skin to skin? Jadi tidak perlu pakai baju biar ga kedinginan,” ujarnya sambil memainkan kedua alisnya.“Astaghfirullah. Masuk angin dan hipotermia ‘kan beda, Bang.” Zahra melirik suaminya yang modusnya terlihat dengan jelas.Zyan kembali terkekeh-kekeh. “Anggap saja sama, Ra,” timpalnya.“Bang Zyan, packing sendiri saja deh.” Zahra meletakkan pakaian yang sudah dipilih ke dalam koper tanpa dilipat.“Loh kok jadi ngambek. Mau ke mana, Ra?” Zyan menahan lengan Zahra yang akan pergi.“Mau ambil sesuatu di ruang cuci,” sahut Zahra.“Aku ikut,” tukas Zyan.“Ngapain ikut? Ga usah. Bang Zyan di sini saja.” Zahra menolak keinginan suaminya.“Ga mau. Pokoknya mulai sekarang ke mana saja kamu pergi, aku ikut
Read more
Bab 47
Zahra membelalakkan mata begitu mendengar jawaban suaminya. Apa-apaan pria itu mengajukan syarat segala padahal tadi mereka sudah sepakat akan pergi ke rumah Umar setelah Magrib. “Bang, tadi ‘kan sudah janji mau ke rumah Ayah sebelum kita pergi besok. Kenapa sekarang kaya gini? Ngasih syarat segala,” protesnya.Zyan tersenyum menyeringai. “Di dunia itu ga ada yang gratis, Ra. Kalau ga mau ya kita ga jadi ke rumah ayahmu,” timpalnya.“Kalau Bang Zyan ga mau, ya sudah saya pergi sendiri sekarang. Besok saya juga tidak akan pergi bulan madu. Saya akan terus tinggal di rumah Ayah,” tegas Zahra.Wajah Zyan yang tadinya tengil seketika berubah panik. Pria itu tidak menduga Zahra akan melakukan serangan balik yang membuatnya langsung kelimpungan dan tak berdaya.“Ga bisa kaya gitu dong, Ra. Kita tetap harus pergi bulan madu. Kamu juga ga boleh tinggal di rumah Ayah. Harus tinggal di sini sama aku. Katanya mau buat cucu buat orang tua kita,” ujarnya.“Saya tidak mau hidup sama orang yang egoi
Read more
Bab 48
Zahra mengernyit mendengar ucapan suaminya. “Kenapa Bang Zyan tiba-tiba ingin menginap di sini?” Tatapan menyelidik dia layangkan pada sang pria.Zyan mendadak gugup tapi mencoba tetap bersikap biasa. “Ya, pengin aja. Memangnya ga boleh? Kita ‘kan belum pernah menginap di sini sejak menikah, Ra,” ujarnya.Gadis berhijab itu masih belum menghilangkan rasa curiganya. Tidak ada angin, tidak ada hujan, tiba-tiba saja Zyan ingin menginap di rumah orang tuanya. “Kita saja menikah belum ada seminggu, Bang. Setelah dari hotel, kita langsung ke rumah Bang Zyan. Sekarang saja kalau saya ga maksa datang ke sini, mungkin Bang Zyan tidak akan pernah ke sini dengan inisiatif sendiri. Terus tiba-tiba ngajak saya menginap di sini? Rasanya kok jadi aneh,” bebernya.“Apanya yang aneh? Aku itu ingin jadi suami yang baik, Ra. Aku tadi lihat kamu kangen banget sama Ibu. Makanya aku nawarin kamu menginap di sini sebelum kita pergi bulan madu,” kilah pria tampan itu.“Kalau kita menginap di sini, terus bali
Read more
Bab 49
Zyan tersenyum pada sang ayah mertua. “Sebenarnya saya juga ingin begitu, tapi Zahra kurang setuju karena besok kami harus berangkat ke bandara pagi-pagi sekali,” ucapnya.“Kalian mau pergi ke mana kok pergi ke bandara?” Amir ikut menimpali setelah sejak tadi hanya jadi pendengar setia.“Insya Allah kami mau bulan madu, Mas,” jawab Zyan sambil menatap kakak ipar yang lebih muda darinya itu.“Saya tidak setuju karena ada alasannya. Tiket sama koper ada di rumah sana. Jarak ke bandara kalau dari sini juga lebih jauh. Tadi ke sini rencananya mau pamit sama minta doa Bapak, Ibu, dan Mas Amir saja, menginapnya besok setelah pulang dari bulan madu.” Zahra memberikan penjelasan agar keluarganya tidak salah paham.“Ya sudah kalau begitu. Lain kali saja menginapnya.” Meskipun menerima keputusan putrinya, tapi raut kecewa tetap terlihat walau coba disembunyikan Maryam.Sebenarnya dia ingin lebih lama berkumpul dengan putrinya untuk melepas rasa rindu. Selama ini mereka tak pernah terpisah lama.
Read more
Bab 50
Usai salat Subuh, Zyan dan Zahra langsung berangkat ke bandara diantar oleh sopir keluarga. Tentu saja setelah berpamitan dengan Rania dan juga Prabu. Saffa pun ikut mengantar kepergian pasangan pengantin baru itu sampai di depan rumah.Zyan menarik dua buah koper saat mereka menuju terminal tiga keberangkatan domestik di Bandara Soekarno-Hatta. Keduanya lantas melakukan check-in dan menyerahkan koper untuk ditimbang sebelum dimasukkan ke bagasi pesawat. Sesudah mendapat boarding pass, mereka masuk ke lounge. Menunggu sampai tiba waktunya dipanggil masuk ke pesawat.Di dalam lounge, Zyan mengajak Zahra minum kopi dan makan kudapan untuk mengisi perut karena tak sempat makan di rumah. Gadis berhijab itu ikut saja apa yang dilakukan oleh suaminya karena dia baru pertama kali masuk ke lounge. Kalau naik pesawat, Zahra biasanya menunggu di ruang tunggu umum. Dia bisa berada di lounge karena bersama Zyan. Suaminya itu tidak terlalu suka keramaian dan berbaur dengan banyak orang. Lagi pula
Read more
PREV
1
...
34567
...
18
DMCA.com Protection Status