All Chapters of Pesona Istri Bayaran CEO Arogan: Chapter 21 - Chapter 30
104 Chapters
BAB 21 Cinta Lama
Amanda terkejut dengan pernyataan Ronald, meski dia tak mengerti apa benar yang dikatakan oleh suaminya.“Oops…” Ronald menjatuhkan isi air mineral yang dibawanya dari botol.Baju dan kain yang dikenakan Amanda basah. Dia langsung berdiri dan pergi dari tempat acara.Ronald tersenyum akhrinya bisa mengacaukan acara Amanda di sini. Bagaimana bisa seorang istri menebar pesona pada lelaki asing sementara suaminya tidak ada di situ?Dia berjalan keluar dan bermaksud menyusul Amanda.“Nak Ronald?”Sial. Ibu mertuanya mengenalinya dan menyapa di saat dia akan keluar.“Ibu?”“Lah kapan datangnya, kok ibu tidak tahu?” sapanya lagi ramah. “Sudah ketemu sama Amanda?”“Sudah, Bu. Tadi dia pulang dan menyuruh saya menyusulnya.” Tak lupa Ronald menyalami dan mencium tangan ibu mertuanya.Seluruh mata tertuju pada mereka berdua.Sosok tinggi,
Read more
BAB 22 Telah Menyatu
“Pak Ronald?”Terang saja ini membuat Amanda merasa tidak enak. Bukannya menjawab sapaan istrinya, Ronald justru terus bermain dengan spatula dan pan-nya.Dari aromanya, Amanda sudah bisa menebak kalau masakan itu akan terasa enak. Tapi, dia tak berani bilang ingin mencicipi.“Pak Ronald tadi tidak ikut ke acara ya? Maaf saya tinggal di rumah karena terlihat pulas tidurnya.” Amanda seperti bicara dengan dinding tembok. Tidak ada jawaban atau sahutan.Yang ditanya justru makin terlihat sibuk dan tak menggubris.“Pak Ronald sedang masak apa ini?” Amanda benar-benar ingin meluapkan emosinya karena demi lelaki ini tadi dia harus buru-buru kembali ke rumah.Dia tak mendapatkan respon sebagaimana yang diharapkan malah diacuhkan. Sia-sia sudah usahanya tadi. Kalau tahu begini, mungkin lebih baik dia lanjut mengobrol saja tadi dengan Mas Dani.Setelah mematikan kompor gasnya, Ronald menyajikan masakan itu di atas piring lalu membawanya ke meja makan.Dia mulai menyantap nasi goreng dengan top
Read more
BAB 23 Memasuki Alam Liar
Semakin lama sentuhan itu semakin terasa panas. Tubuh Amanda kini sudah benar-benar sedekat itu dengan bosnya.Siapa sangka pertengkaran yang tadinya memanas, kini berubah sehingga mereka bersatu di balik selimut berwarna abu-abu.“Amanda, apa aku boleh?” di saat Amanda sudah menggeliat tidak sadar akan apapun yang terjadi di sekitarnya, bagaimana bisa Ronald masih meminta ijin!Rasanya sesuatu yang ada di dalam dirinya ingin meledak.“Hm, iya Pak. Boleh banget…” itu saja kalimat yang masih dia ingat.Selainnya, dia lupa akibat rasa yang ditawarkan oleh sentuhan Ronald kepadanya.“Pak Ronald, saya… di situ… iya…”“Aku tidak menyangka kamu seberisik ini, Amanda.” Kini ibu jari Ronald menelusuri bibir gadis yang sebentar lagi akan menyerahkan sesuatu yang paling berharga dari dirinya. “Kamu masih rapat sekali ya?”Nafas Amanda semakin terengah-engah. Melihat wanitanya memohon lewat kedua mata indah itu, Ronald segera beraksi.Dia tahu apa yang harus dilakukan sekarang. Serangan yang ses
Read more
BAB 24 Gara-gara Diary Lama
Siapa yang tidak sakit hati kalau dituduh macam-macam oleh suami sendiri? Meski sampai sekarang Amanda harus ingat kalau Ronald bukanlah suaminya seratus persen.“Pak Ronald, apa maksud Bapak?”“Aku tahu Amanda. Mengapa bagimu sangat sulit bahkan untuk memanggilku ‘sayang’ atau ‘mas’.” Dia mendengus kesal dan melampiaskan kemarahannya. “Itu karena kamu hanya mencintai Dani sialan itu! Benar bukan?”Amanda terkejut.Dari mana datangnya kesimpulan membabi buta seperti ini di saat malam mencekam yang akan hujan?“Itu tidak benar, Pak. Bapak salah sangka.” Amanda dengan mata penuh khawatir menjawab.Akankah Ronald menerima pembelaan ini? Selalu saja Ronald mendahulukan asumsinya daripada sebuah fakta.“Ah, sudahlah. Aku sudah lihat sendiri dengan mata kepalaku. Perjanjian kita, tidak boleh saat masih dalam masa pernikahan kita, salah satu berpacaran dengan orang lain. Apa sebegitu susahnya kamu menjaga dirimu!?”PLAAK!Sebuah tamparan mendarat di pipi kanan Ronald. Tentu saja terasa panas
Read more
BAB 25 New Day
Mila yang awalnya terlihat kusut, kini langsung tersenyum kembali.“Yeaaay! Aku diantarkan oleh Papa!” dia melompat-lompat kegirangan sambil memegangi tangan Amanda.Sudah dua tahun ini dia tak pernah bersama Papanya. Mendengar apa yang disampaikan oleh Simon, Mamanya pun ikut senang.“Simon, lihatlah, anakmu terlihat sangat gembira sekarang! Terima kasih, Simon.” Mamanya ikut senang dan mengelus cucunya.Simon tersenyum dan memutar kursi rodanya ke depan. “Ayo kita cepat berangkat. Nanti kamu telat!”Amanda akhirnya mengikuti Simon sambil menggandeng tangan keponakannya. Mama menyaksikan adegan itu layaknya sebuah mimpi.Simon yang setelah kepergian istrinya selalu murung dan mengunci diri di kamar, untuk pertama kalinya dia mau keluar dari sangkar.“Papa, sudah lama tidak ke sekolahku ya?”Mamanya mendengar suara celotehan cucunya namun Papanya masih diam saja. Setelah dibantu o
Read more
BAB 26 Penampilan Baru
“Aku akan membuat wanita yang membersamaimu semakin jatuh hati padamu!”Kenapa harus muncul kalimat itu saat dia akan melakukan make over? Tujuan utama Simon melakukan ini adalah demi sebuah perubahan.Dia ingin kembali seperti Simon yang dulu, setidaknya secara fisik jika hatinya masih belum bisa disembuhkan.“Oh really?” itu saja sekarang yang bisa dia katakan.Diamatinya wajahnya yang sudah banyak berubah. Waktu dua tahun telah memakan ketampanan dan kegagahannya. Selain kakinya yang memang terdapat masalah setelah kecelakaan.“Iya, kamu tahu Simon. Kamu adalah pelanggan favoritku sejak dulu. Too bad, dua tahun ini kamu tidak datang ke sini.” seloroh pegawai barbershop itu.“Aku minta maaf. Dua tahun terakhir ini adalah masa-masa paling berat dalam hidupku.” Dengan tatapan sayu, Simon menjelaskan perasaannya.Sejak dulu dia memang sering bercerita atau sekedar ngobrol dengan orang-orang yang mencukur rambutnya di sini. Simon juga terkenal sering memberikan tip yang lumayan untuk pa
Read more
BAB 27 Lelah di Ranjang?
“Sampai kapan kamu memanggilku dengan sebutan ‘pak’ itu? Apa perlu kamu aku ajari bagaimana panggilan yang lebih tepat keluar dari bibir menawanmu ini?”Saat Ronald mengucapkan itu, Amanda merasa sedikit canggung karena sampai detik ini begitu sulitnya lisannya untuk menyebut panggilan ‘mesra’ dan khusus untuknya.Mau dipanggil ‘Mas Ronald’ kesannya terlalu intim, kalau dipanggil ‘sayang’ kok itu seperti membohongi diri sendiri.“Ya saya akan mencobanya nanti, Pak.” Begitu kalimat yang keluar secara reflek dari dirinya. “Ehm, maksudku…Mas Ronald.”“Aku tidak suka kamu panggil ‘pak’ atau ‘bapak’. Seperti orang sudah tua saja.” Perhatian Ronald kini berubah ke kening Amanda.Dikecupnya dengan mesra lalu tibalah saat untuknya melancarkan gerakan demi gerakan yang akan membuat Amanda tak lagi ingat siapa namanya.“Ahhh…” sebentar saja dia sudah mengeluarkan erangan-erangan yang menjadikan Ronald ikut hanyut dalam aktivitas fisik itu.Tok, tok, tok…Sayangnya, mereka tak bisa melanjutkan m
Read more
BAB 28 Api Cemburu
Sekembalinya di kamar, Amanda melihat Ronald masih malas-malasan di atas tempat tidur. Dia hanya membolak-balikkan badannya ke kanan dan ke kiri.“Aarrghhh…” dia berteriak seolah-olah mengaduh.Amanda tak peduli dan menyantap makanannya di atas sofa di dekat jendela.“Aduh, aduh!” kali ini Ronald meringkuk dan mengeluh kesakitan.Tak juga digubris oleh istrinya, dia terdiam.Sedangkan Amanda sesekali terdengar bersin dan berhenti makan sejenak.“Amanda, suapi aku!” ia memohon pada istrinya untuk menyuapi sarapan sementara dia hanya terbaring manja.“Maaf, aku hanya mengambil porsi untukku sendiri.” Jawabnya datar.Amanda sudah tidak mau tahu apapun yang dilakukan oleh Ronald. Begitu pula dengan jadwal seminar yang katanya harus dijalankan hari ini.Setelah mengunyah pelan-pelan roti yang dibawanya lalu meneguk segelas susu, dia memutuskan untuk melepas pakaiannya sem
Read more
BAB 29 Alasan Palsu
Simon menunggu sampai hampir satu jam. Amanda yang dinantinya sejak tadi tak kunjung datang. “Ke mana Amanda kok lama sekali tidak muncul?” Mulai merasa ada yang janggal, diapun mencari adik iparnya itu ke dalam rumah lagi. Tidak ada juga. Di dapur hanya ada pembantunya yang tengah bersih-bersih. Sementara di taman depan, hanya ada dua orang sekuriti dan tukang taman yang bersih-bersih tanaman. “Bibi, Amanda di mana?” Simon melihat pembantunya itu membersihkan gelas yang pecah dan berserakan. “Anu Tuan, tadi Non Amanda naik lagi ke kamar atas. Katanya saya disuruh bilang ke Tuan kalau dia sedang ada telepon penting mendadak.” Pembantunya menjawab dan masih melanjutkan pekerjaannya. Telepon dari siapa kok sampai Amanda melupakan dirinya yang sudah menunggu di taman? Pasti dari orang penting semisal keluarganya mungkin. “Nanti kalau Non Amanda sudah turun lagi, bilang saya tunggu di kamar ya?” Simon bergegas kembali ke kamarnya. Dia ingin beristirahat. “Baik, Tuan.” “Sekalian to
Read more
BAB 30 Kado dari Ipar
Tak habis pikir dengan pernyataan Amanda, Mama mertuanya hanya bisa melampiaskan kekecewaan karena tak diberi tahu soal hari paling penting dalam hidup menantunya.“Amanda, kenapa kamu tidak memberi tahu kami? Setidaknya kita bisa merayakan secara privat dengan seisi rumah saja!” Mamanya merasa tersinggung juga karena hanya Simon yang tahu soal ini.“Saya tidak terbiasa merayakan ulang tahun, Ma. Semua mengalir apa adanya di keluarga saya.” Papar Amanda pelan. Dia tak ingin membangunkan seisi rumah jika terus menerus mengikuti nada tinggi mertuanya.“Tapi, Simon tahu soal itu. Bagaimana dengan suamimu, apa dia tahu soal ini lalu merahasiakannya?” ketika mertua memberi pertanyaan yang ini Amanda tak bisa menjawab.Tentu saja Ronald tahu seharusnya, dia membuat surat perjanjian pernikahan dan di sana tertera nomor identitas, passport bahkan tanggal lahir milikku dengan jelas. Batin Amanda gusar.“Seb
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status