All Chapters of Pembantu Kesayangan Mas Mantan: Chapter 11 - Chapter 20
53 Chapters
Bab 11
Rasanya sudah sangat lama Alpha tak melihat Bastian secara langsung. Ia hanya melihat Bastian lewat layar televisi dan melihatnya dari tampak jauh ketika pria itu tak sengaja berkunjung ke kantor tempatnya bekerja. Sejauh ini, identitas asli Alpha masih terjaga dengan aman. Ia tetap dianggap sebagai budak gila uang yang akan selalu diinjak-injak. Bahkan oleh manusia angkuh yang kini berdiri di hadapannya."Selamat pagi, Alpha," sapa Bastian diiringi senyuman."Pagi," sahut Alpha seadanya. Mereka memang berteman, tapi Alpha tetap membatasi diri agar Bastian tidak terlalu semena-mena terhadapnya. Lagipula Alpha tidak begitu suka dengan Bastian. Berteman dengan Bastian hanya akan membuat diri sendiri tersakiti.Bastian tidak memberikan basa-basi. Dia langsung mengeluarkan sebuah brosur, lalu menunjukkannya pada Alpha. "Lo pernah liat perempuan ini di sekitar sini?"Brosur itu berisi foto Saras dan himbauan bahwa perempuan itu tengah dicari. "Gue pernah liat dia lari-lari di sekitar sini
Read more
Bab 12
Gani duduk di atas kursi dengan lutut berdarah. Tak hanya lutut, siku dan dahinya juga turut mengeluarkan cairan kental merah. Sedangkan Saras berjongkok di hadapan Gani, mengobati luka tak seberapa di lutut bocah itu. Hanya berupa goresan yang tak mengoyak dalam daging Gani. Tidak ada yang perlu ditakutkan sebetulnya. Sebab Gani tidak menangis. Bocah itu tampak santai saja seolah tidak terjadi apa-apa. Bahkan masih sempat menggoyang-goyangkan kakinya.Saras cukup bersyukur. Ia pikir Gani akan merengek lalu menangis sepanjang hari sembari berseru tidak ingin kakinya diamputasi. Namun nyatanya, anak itu tidak mempermasalahkan apa yang baru saja ia alami.Namun mama Alpha masih heboh dan histeris melihat cucu satu-satunya terluka. Wanita itu berkali-kali menawarkan Gani untuk dibawa ke rumah sakit. Tapi Gani menolak, katanya ia tidak suka dengan dokter di rumah sakit. Saras juga berusaha meyakinkan bahwa luka akibat berlari-lari diatas a
Read more
Bab 13
Alpha berdiri di atas balkon yang mengarah pada ruang tengah. Kedua tangannya terlipat di depan dada dengan pandangan tertuju pada perempuan berkemeja putih dengan tambalan berwarna hitam di bagian punggung. Saras ternyata tidak membuang kemeja rusak itu. Alpha tidak percaya Saras bangga memakai kemeja dengan tambalan yang cukup besar. Mungkin Saras kehabisan baju. Sebab setelah Alpha liat, baju Saras tidak pernah berganti. Hanya itu-itu saja.Akan tetapi tujuan Alpha berdiri di sini bukan untuk menilai penampilan Saras. Ia sedang memikirkan, apakah ia perlu turun dan menghampiri perempuan itu untuk mengucap maaf seperti yang diperintahkan mama. Alpha merasa dirinya tidak salah. Gani terluka karena pembantu yang seharusnya bertugas menjaganya bersikap lalai. Seharusnya Saras tidak mengiyakan ucapan mama kala wanita itu menyuruh Saras masuk dan membiarkan Gani berada dalam pengawasan mama. Seharusnya Saras bersikeras untuk menjaga Gani.Tampaknya perempuan itu memang tidak berbakat men
Read more
Bab 14
Alpha tidak tau kekuatan seperti apa yang telah menggerakkan hatinya sehingga pada siang ini dia membawa Saras serta anak tunggalnya ke sebuah mall besar. Tadinya Alpha ingin membawa Saras ke toko baju. Dia merasa terganggu dengan pakaian Saras. Perempuan itu terlihat sangat menyedihkan dengan kemeja dan tambalan berwarna hitam itu. Alpha seakan berdosa jika membiarkan Saras memakai baju tidak layak.Mereka belum turun dari mobil. Alpha masih menimbang-nimbang apakah dia ikut turun dan mengantar Saras ke toko baju seakan-akan dirinya adalah suami perempuan itu atau menunggu di sini saja. Mendadak Alpha enggan turun dari mobil. Agaknya saat ini Alpha menyesal karena memutuskan tidak membawa mama. Dan seharusnya sejak awal Alpha tidak membawa Saras beserta dirinya ke mall ini."Kita nggak turun, pa?" Gani menoel lengan Alpha. Diperhatikan sejak tadi, Alpha banyak melamun."Iya, kita turun," jawab Alpha seraya melepas sabuk pengamannya.Gani tersenyum, ikut melepas sabuk pengaman yang me
Read more
Bab 15
"Ini mahal banget, pak. Nggak ada yang murah? Gaji saya nggak mau dipotong cuma karena beli baju seharga dp rumah baru, pak," ujar Saras setelah melihat berapa harga kemeja yang kini melekat di tubuhnya. Alpha menghela napas pelan. Seberapa mahal yang nyata kerap menjadi pakaian sehari-hari Saras ketika masih menjabat sebagai presdir sukses? Alpha tidak mengerti kenapa jiwa perempuan itu semiskin ini."Bukannya kamu sering memakai pakaian mahal seperti itu?"Alpha mulai lagi. Saras malu jika Alpha harus mengingatkannya pada masa-masa itu. "Itu dulu, pak.""Apa bedanya dengan sekarang? Baju ini dibeli pakai uang saya. Kamu tidak usah banyak protes," sahut Alpha seraya menarik tangan Saras, lalu meletakkan sebuah kartu di sana. "Bayar sana.""Pak...""Saras."Dengan pasrah, Saras kembali ke bilik ganti untuk melepas kemeja yang melekat di tubuhnya. Lalu memakai kembali pakaian lusuhnya dan melangkah mendekati Alpha yang ternyata masih berdiri di depan bilik ganti."Ambil lima buah keme
Read more
Bab 16
Makan malam.Hari itu berakhir dengan makan malam bersama. Saras memasak sup ayam, sambal matah, kari kambing dan telur mata sapi. Alpha tidak protes dengan menu yang agak melenceng dari buku menu yang telah Alpha berikan. Untuk hari ini, semuanya Alpha serahkan pada Saras. Mungkin sesekali mereka perlu mencoba cita rasa baru.Usai makan malam, Alpha kembali ke kamar untuk menyelesaikan pekerjaannya. Sedangkan Saras menemani Gani di kamar, membacakan dongeng pengantar tidur. Akhir-akhir ini Gani lebih suka dengan dongeng yang dibacakan Saras ketimbang dirinya. Baguslah. Itu berarti Saras bekerja dengan baik. Ada beberapa berkas yang harus Alpha tanda tangani. Berkas-berkas di perusahaanya terkait kerja sama dengan perusahaan di tempat Alpha bekerja. Perusahaan Alpha menggunakan jasa kantornya untuk memasang iklan. Dan yang menghandle adalah tim Alpha yang beranggotakan Rani dan Dermaga. Rasanya benar-benar lucu. Alpha menghandle masalah kerja sama dengan perusahaan miliknya sendiri
Read more
Bab 17
Dermaga membawa kursi yang di dudukinya berputar-putar tidak jelas. Putaran 360 derjat dia lakukan tanpa henti hingga kemudian mual-mual tidak jelas. Alpha yang turut menyaksikan hanya bisa geleng-geleng tidak habis pikir. Derma selalu punya trobosan yang mana mereka yang menyaksikan dibuat pusing."Lo nggak punya kerjaan selain bertingkah nggak jelas kayak gitu, Dermaga?" tanya Alpha pada akhirnya tiba di titik jengah. Apa yang Derma lakukan membuat Alpha kehilangan konsentrasinya untuk bekerja. Alpha tidak bisa fokus.Pria setengah teler itu menoleh pada Alpha. Dia mengerjapkan matanya beberapa kali sebelum menjawab pertanyaan Alpha."Kalau pengen mabok ya minum, Derma." Rani menyeletuk kesal. "Gue laporin bos mampus lo.""Gue lagi gabut aja. Lo berdua serius amat. Heran," jawabnya ikut-ikutan kesal.Alpha mendengus pelan. "Kita kerja, makanya serius.""Pha," Derma menatap Alpha serius. "Lo tuh udah kaya. Duit lo banyak. Dipecat nggak bakal bikin lo nggak makan tujuh hari tujuh mala
Read more
Bab 18
Sudut bibir Alpha terangkat kala melihat foto-foto yang dikirim Gani. Wajah cemong Saras. 'Tantenya cantik ya, pa? Gani suka.'Dengan segera Alpha menyudahi. Dia menyimpan ponselnya tanpa memberikan balasan. Kemudian mendorong trolinya yang telah diisi beberapa makanan ke area daging. Dia ingin membeli daging ayam dan beberapa bahan dapur. Entahlah, Alpha tiba-tiba ingin berbelanja.Usai dengan urusan perdagingan, Alpha lanjut membawa troli menuju kasir. Sebetulnya Alpha tidak terlalu suka berbelanja, terlebih lagi membeli banyak barang seperti sedang belanja bulanan. Tapi entahlah, siang ini Alpha mengunjungi supermaket tanpa merasa terbebani. Justru dia melakukannya secara spontan kala teringat dengan ucapan Saras tadi pagi.Perempuan itu ingin membuat ayam goreng tepung.Mengingat Saras tidak bisa keluar rumah tanpa dirinya, Alpha berinisiatif membelikan bahan-bahannya untuk Saras.Lebih tepatnya untuk Gani dan juga dirinya."Totalnya Rp 1.000.000, pak," ujar kasir usai menghitu
Read more
Bab 19
Alpha memutuskan untuk tidak kembali ke kantor. Entah apa gerangan, sore ini Alpha ingin bekerja dari rumah sembari mengawasi Gani. Padahal biasanya, Alpha tidak pernah betah di rumah. Usai makan siang, Alpha selalu kembali ke kantor dan pulang saat malam. Namun untuk kali ini, Alpha ingin berada di rumah sepanjang hari. Kalau bisa dari pagi hingga malam Alpha berada di rumah.Teras rumah sore itu ramai oleh suara Gani dan Saras. Alpha yang tengah duduk di teras dibuat tidak fokus dalam bekerja. Salah Alpha juga sebetulnya. Dia memilih bekerja di luar rumah dengan dalih ingin menghirup udara segar. Padahal dia tau, Gani dan Saras sedang bermain di kebun samping rumah.Saras merasa bosan, pun dengan Gani yang tidak tau harus melakukan apa. Maka dari itu, Saras memutuskan untuk berkebun. Dilihat-lihat, tanaman dan bunga-bunga Alpha butuh perawatan. Ada beberapa rumput yang mulai tumbuh di sela-sela bunga dan ada beberapa daun kering dengan batang yang layu."Ada cacing!" Gani berseru he
Read more
Bab 20
Tenggorokan Alpha terasa kering. Melirik nakas, gelas yang biasanya berisi air juga kosong. Melirik jam, ternyata sudah pukul setengah satu pagi. Alpha terdiam sejenak, menatap layar laptopnya. Tercenung dengan pikiran kosong. Lantas karena merasa sangat haus, Alpha memutuskan untuk beranjak dari kursinya. Melangkah di tengah remangnya lampu kamar, menuruni tangga melewati ruang tengah yang gelap.Sunyi sekali. Gani sudah tidur, begitu juga dengan Saras. Sekiranya begitulah yang Alpha pikirkan ketika menginjak ruang makan dan menyalakan lampu. Alpha membuka lemari pendingin, mengeluarkan satu botol air mineral dingin. Menarik kursi, lalu duduk di sana seraya meneguk air mineral tersebut. Lagi-lagi dalam kesunyian, Alpha termenung. Lalu tiba-tiba dikagetkan oleh suara berisik yang berasal dari arah ruang tengah. Alpha menoleh, menatap ruangan gelap itu.Tidak ada siapa-siapa di sana. Namun pendengaran Alpha tak mungkin salah. Dia baru saja mendengar suara benda jatuh. Karena penasaran
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status