Alpha tidak tau kekuatan seperti apa yang telah menggerakkan hatinya sehingga pada siang ini dia membawa Saras serta anak tunggalnya ke sebuah mall besar. Tadinya Alpha ingin membawa Saras ke toko baju. Dia merasa terganggu dengan pakaian Saras. Perempuan itu terlihat sangat menyedihkan dengan kemeja dan tambalan berwarna hitam itu. Alpha seakan berdosa jika membiarkan Saras memakai baju tidak layak.Mereka belum turun dari mobil. Alpha masih menimbang-nimbang apakah dia ikut turun dan mengantar Saras ke toko baju seakan-akan dirinya adalah suami perempuan itu atau menunggu di sini saja. Mendadak Alpha enggan turun dari mobil. Agaknya saat ini Alpha menyesal karena memutuskan tidak membawa mama. Dan seharusnya sejak awal Alpha tidak membawa Saras beserta dirinya ke mall ini."Kita nggak turun, pa?" Gani menoel lengan Alpha. Diperhatikan sejak tadi, Alpha banyak melamun."Iya, kita turun," jawab Alpha seraya melepas sabuk pengamannya.Gani tersenyum, ikut melepas sabuk pengaman yang me
"Ini mahal banget, pak. Nggak ada yang murah? Gaji saya nggak mau dipotong cuma karena beli baju seharga dp rumah baru, pak," ujar Saras setelah melihat berapa harga kemeja yang kini melekat di tubuhnya. Alpha menghela napas pelan. Seberapa mahal yang nyata kerap menjadi pakaian sehari-hari Saras ketika masih menjabat sebagai presdir sukses? Alpha tidak mengerti kenapa jiwa perempuan itu semiskin ini."Bukannya kamu sering memakai pakaian mahal seperti itu?"Alpha mulai lagi. Saras malu jika Alpha harus mengingatkannya pada masa-masa itu. "Itu dulu, pak.""Apa bedanya dengan sekarang? Baju ini dibeli pakai uang saya. Kamu tidak usah banyak protes," sahut Alpha seraya menarik tangan Saras, lalu meletakkan sebuah kartu di sana. "Bayar sana.""Pak...""Saras."Dengan pasrah, Saras kembali ke bilik ganti untuk melepas kemeja yang melekat di tubuhnya. Lalu memakai kembali pakaian lusuhnya dan melangkah mendekati Alpha yang ternyata masih berdiri di depan bilik ganti."Ambil lima buah keme
Makan malam.Hari itu berakhir dengan makan malam bersama. Saras memasak sup ayam, sambal matah, kari kambing dan telur mata sapi. Alpha tidak protes dengan menu yang agak melenceng dari buku menu yang telah Alpha berikan. Untuk hari ini, semuanya Alpha serahkan pada Saras. Mungkin sesekali mereka perlu mencoba cita rasa baru.Usai makan malam, Alpha kembali ke kamar untuk menyelesaikan pekerjaannya. Sedangkan Saras menemani Gani di kamar, membacakan dongeng pengantar tidur. Akhir-akhir ini Gani lebih suka dengan dongeng yang dibacakan Saras ketimbang dirinya. Baguslah. Itu berarti Saras bekerja dengan baik. Ada beberapa berkas yang harus Alpha tanda tangani. Berkas-berkas di perusahaanya terkait kerja sama dengan perusahaan di tempat Alpha bekerja. Perusahaan Alpha menggunakan jasa kantornya untuk memasang iklan. Dan yang menghandle adalah tim Alpha yang beranggotakan Rani dan Dermaga. Rasanya benar-benar lucu. Alpha menghandle masalah kerja sama dengan perusahaan miliknya sendiri
Dermaga membawa kursi yang di dudukinya berputar-putar tidak jelas. Putaran 360 derjat dia lakukan tanpa henti hingga kemudian mual-mual tidak jelas. Alpha yang turut menyaksikan hanya bisa geleng-geleng tidak habis pikir. Derma selalu punya trobosan yang mana mereka yang menyaksikan dibuat pusing."Lo nggak punya kerjaan selain bertingkah nggak jelas kayak gitu, Dermaga?" tanya Alpha pada akhirnya tiba di titik jengah. Apa yang Derma lakukan membuat Alpha kehilangan konsentrasinya untuk bekerja. Alpha tidak bisa fokus.Pria setengah teler itu menoleh pada Alpha. Dia mengerjapkan matanya beberapa kali sebelum menjawab pertanyaan Alpha."Kalau pengen mabok ya minum, Derma." Rani menyeletuk kesal. "Gue laporin bos mampus lo.""Gue lagi gabut aja. Lo berdua serius amat. Heran," jawabnya ikut-ikutan kesal.Alpha mendengus pelan. "Kita kerja, makanya serius.""Pha," Derma menatap Alpha serius. "Lo tuh udah kaya. Duit lo banyak. Dipecat nggak bakal bikin lo nggak makan tujuh hari tujuh mala
Sudut bibir Alpha terangkat kala melihat foto-foto yang dikirim Gani. Wajah cemong Saras. 'Tantenya cantik ya, pa? Gani suka.'Dengan segera Alpha menyudahi. Dia menyimpan ponselnya tanpa memberikan balasan. Kemudian mendorong trolinya yang telah diisi beberapa makanan ke area daging. Dia ingin membeli daging ayam dan beberapa bahan dapur. Entahlah, Alpha tiba-tiba ingin berbelanja.Usai dengan urusan perdagingan, Alpha lanjut membawa troli menuju kasir. Sebetulnya Alpha tidak terlalu suka berbelanja, terlebih lagi membeli banyak barang seperti sedang belanja bulanan. Tapi entahlah, siang ini Alpha mengunjungi supermaket tanpa merasa terbebani. Justru dia melakukannya secara spontan kala teringat dengan ucapan Saras tadi pagi.Perempuan itu ingin membuat ayam goreng tepung.Mengingat Saras tidak bisa keluar rumah tanpa dirinya, Alpha berinisiatif membelikan bahan-bahannya untuk Saras.Lebih tepatnya untuk Gani dan juga dirinya."Totalnya Rp 1.000.000, pak," ujar kasir usai menghitu
Alpha memutuskan untuk tidak kembali ke kantor. Entah apa gerangan, sore ini Alpha ingin bekerja dari rumah sembari mengawasi Gani. Padahal biasanya, Alpha tidak pernah betah di rumah. Usai makan siang, Alpha selalu kembali ke kantor dan pulang saat malam. Namun untuk kali ini, Alpha ingin berada di rumah sepanjang hari. Kalau bisa dari pagi hingga malam Alpha berada di rumah.Teras rumah sore itu ramai oleh suara Gani dan Saras. Alpha yang tengah duduk di teras dibuat tidak fokus dalam bekerja. Salah Alpha juga sebetulnya. Dia memilih bekerja di luar rumah dengan dalih ingin menghirup udara segar. Padahal dia tau, Gani dan Saras sedang bermain di kebun samping rumah.Saras merasa bosan, pun dengan Gani yang tidak tau harus melakukan apa. Maka dari itu, Saras memutuskan untuk berkebun. Dilihat-lihat, tanaman dan bunga-bunga Alpha butuh perawatan. Ada beberapa rumput yang mulai tumbuh di sela-sela bunga dan ada beberapa daun kering dengan batang yang layu."Ada cacing!" Gani berseru he
Tenggorokan Alpha terasa kering. Melirik nakas, gelas yang biasanya berisi air juga kosong. Melirik jam, ternyata sudah pukul setengah satu pagi. Alpha terdiam sejenak, menatap layar laptopnya. Tercenung dengan pikiran kosong. Lantas karena merasa sangat haus, Alpha memutuskan untuk beranjak dari kursinya. Melangkah di tengah remangnya lampu kamar, menuruni tangga melewati ruang tengah yang gelap.Sunyi sekali. Gani sudah tidur, begitu juga dengan Saras. Sekiranya begitulah yang Alpha pikirkan ketika menginjak ruang makan dan menyalakan lampu. Alpha membuka lemari pendingin, mengeluarkan satu botol air mineral dingin. Menarik kursi, lalu duduk di sana seraya meneguk air mineral tersebut. Lagi-lagi dalam kesunyian, Alpha termenung. Lalu tiba-tiba dikagetkan oleh suara berisik yang berasal dari arah ruang tengah. Alpha menoleh, menatap ruangan gelap itu.Tidak ada siapa-siapa di sana. Namun pendengaran Alpha tak mungkin salah. Dia baru saja mendengar suara benda jatuh. Karena penasaran
Seukuran manusia yang sangat mencintai komputer kantor, sangat mengejutkan bila Alpha memutuskan untuk cuti hanya karena Saras sakit. Padahal tidak ada sangkut pautnya dengan Alpha. Pekerjaannya akan tetap berjalan dengan lancar sebab ada mama yang menjaga Gani. Saras juga sudah diobati. Tapi entahlah, Alpha ini memang tidak kompeten. Dia tidak mengerti dengan segala keputusan yang telah dia ambil. Bahkan Derma sampai bertanya berkali-kali, urusan keluarga seperti apa yang membuat Alpha mengambil cuti selama lima hari. "Tante Saras sembuh kan, pa?" tanya Gani. Mereka sedang menghabiskan waktu di ruang tengah. Alpha dengan laptopnya, mama dengan ponselnya dan Gani dengan mainannya. Mereka tetap saja sibuk sendiri-sendiri.Gani mencebik kala tidak ada yang menanggapi pertanyaannya. "Pa!""Iya," sahut Alpha tanpa mengalihkan pandangan dari layar laptop."Nggak jadi," ujar Gani keburu kesal.Alpha menatap anak laki-lakinya yang kembali sibuk dengan robot-robotnya. "Kenapa? Gani mau apa?"