All Chapters of Terpaksa Jadi Istri Ketiga Juragan Empang: Chapter 81 - Chapter 90
108 Chapters
Bab 81
Gendis berlari ke arah jendela untuk melihat Indri tapi sayangnya ia telah pergi dan tak ada lagi di depan rumah Karta."Maafkan, Mbak ya Ndri. Mbak memang anak yang nggak berguna," batin Gendis.Mau tak mau hari itu akhirnya Gendis harus menunggu Indah pulang untuk meminjam ponselnya.***Tanpa terasa waktu terus berlalu dan saatnya makan malam. Karta, Anjarwati dan juga Ayu sudah duduk di meja makan. Gendis pun saat itu hendak datang ke meja makan untuk makan malam."Heh, mau ngapain kamu duduk di situ?" tanya Anjarwati sinis.Gendis yang baru saja hendak mendaratkan pantatnya di kursi pun segera mengurungkan niatnya. Ia bangkit dan berdiri lagi."A-aku mau ikut makan malam, Bu," jawab Gendis."Tidak! Mulai hari ini kamu tidak boleh makan di meja makan ini lagi bersama dengan kami. Kamu harus makan di dapur setelah kami selesai makan," ucap Anjarwati.Gendis pun sangat terkejut dengan ucapan Anjarwati saat itu. Pasalnya hal itu tak pernah terjadi sebelumnya bahkan saat ia baru saja
Read more
Bab 82
Sampai pukul setengah lima baru Gendis dapat duduk dengan tenang setelah semalaman Gendis terus menangis.Rasa lelah dan juga sedih di dalam hati Gendis masih belum hilang dari hatinya."Ya Allah, kenapa perasaan ku nggak tenang gini, ya. Apa yang sebenarnya terjadi," batin Gendis terus bertanya-tanya pada dirinya sendiri.Gendis merasa aneh pada Yasmine yang terus menangis semalaman hingga membuatnya menjadi gundah dan bingung.Tak biasanya Yasmine menangis hingga semalam suntuk padahal sudah berbagai cara Gendis lakukan untuk menenangkan Yasmine saat itu.Akhirnya Gendis pun memilih untuk menunaikan solat subuh agar hatinya bisa lebih tenang.Setelah selesai solat subuh Gendis tertidur di atas sajadah. Rasa kantuk dan juga lelah yang ia rasakan membuat Gendis saat itu tertidur begitu nyenyak.Hingga akhirnya Karta kembali membuka pintu kamarnya dan Gendis pun saat itu terbangun."Wah bagus sekali kamu, ya. Bisa tidur nyenyak setelah semalam membuat masalah," sindir Karta.Gendis yan
Read more
Bab 83
Malamnya, setelah acara tahlilan dan pemakaman Hartono selesai, Karta mencoba menghampiri Gendis yang ada di dalam kamarnya.Saat itu semua tatangga sudah pulang kecuali Rehan yang masih duduk di ruang tamu ditemani Indri.Saat itu Gendis tengah duduk sembari menggendong Yasmine. Air matanya masih terus jatuh membasahi pipinya."Ndis, ayo kita pulang," ajak Gendis.Gendis pun menoleh ke arah Karta saat mendengar suaranya. "A-apa, Mas? Pulang? Tapi kan bapak baru saja dimakamkan, Mas. Apa tidak sebaiknya kalau kita menginap dulu di sini," ucap Gendis dengan sedikit sesenggukan.Sementara itu di ruang tamu, Indri tengah menemani Rehan yang saat itu masih belum pulang setelah mengikuti acara tahlilan."Tidak! Kita tetap harus pulang," tegas Karta."T-tapi, Mas. Aku masih mau di sini." Mendengar ucapan Gendis membuat Karta sedikit kesal. Seketika kedua mata Karta pun membulat sempurna menahan amarah."Sekali aku bilang pukang, ya pulang!" bentak Karta cukup kuat.Hal itu membuat Indri da
Read more
Bab 84
Keesokan harinya, Gendis meminta izin pada Karta untuk pulang ke rumahnya tapi sayangnya Karta tak mengizinkannya.Karta justru mengunci Gendis di dalam kamarnya. Setelah itu ia dan Anjarwati pun pergi bekerja.Gendis hanya bisa terus menggedor pintu sembari menangis meminta agar pintu kamarnya dibuka.Tanpa sepengetahuan siapapun, diam-diam Indah memperhatikan suasana saat itu.Setelah agak siang, Indah pun memberanikan diri untuk mendatangi kamar Gendis.Beberapa kali Indah sempat menoleh untuk memastikan keadaan saat itu. Setelah memastikan bahwa Ayu tengah berada di dalam kamarnya, dengan cepat Indah pun membuka pintu kamar Gendis.Dengan mudah Indah dapat menerobos masuk ke dalam kamar Gendis karena Karta membiarkan kunci pintu tetap tergantung pada tempatnya."Mbak, Indah." Gendis yang tengah menangis di pinggiran ranjang pun langsung bangkit dan menyeka air matanya."Mbak Indah kok bisa masuk ke sini?" tanya Gendis."Sttttt." Indah menempelkan satu jari telunjuknya pada ujung b
Read more
Bab 85
Semenjak kepergian Hartono, Karta menjadi semakin sering melakukan hubungan suami istri dengan Gendis untuk mendapatkan anak lagi darinya.Akhirnya setelah dua bulan berlalu, Gendis kembali hamil dan itu membuat Karta sangat senang.Hari ini Karta dan Gendis sedang periksa ke rumah sakit demi memastikan keadaan Gendis."Apa, Dok? Istri saya hamil lagi?" tanya Karta.Raut wajah terlihat sngat berbunga-bunga. Senyumnya yang sadari tadi menghiasi bibirnya pun belum usai."Benar, Pak. Kehamilan istri bapak sudah menginjak 3 minggu," ucap sang dokter."Akhirnya kamu hamil lagi, Ndis. Aku senang sekali karena kamu hamil lagi," ucap Karta sembari menatap bahagia ke arah Gendis.Sementara Gendis masih terdiam. Dalam hatinya masih merasakan trauma yang begitu besar setelah kehilangan anak keduanya.Setelah memeriksakan kandungan Gendis di rumah sakit, Karta dan Gendis pun akhi pulang lagi ke rumah.Sesampainya di rumah, Anjarwati tampak menyambut kedatangan keduanya."Bagaimana hasilnya?" tany
Read more
Bab 86
Keesokan paginya, Karta benar-benar menepati ucapannya. Ia mengajak Gendis untuk ke rumah sakit.Keduanya pun berangkat setelah selesai sarapan pagi. Seperti biasa, Gendis menitipkan Yasmine pada Indah.***Sesampainya di rumah sakit Gendis pun langsung di periksa oleh dokter yang biasa menanganinya.Karta yang masih setia menemani Gendis, berdiri di ranjang tempat Gendis berbaring sembari mendengarkan ucapan sang dokter yang menjelaskan bayinya."Dok, langsung saja lihat jenis kelaminnya," ucap Karta.Akhirnya sang dokter pun memeriksa jenis kelamin anak Gendis saat itu.Seketika wajah Gendis pun menjadi pucat pasi. Rasanya ia masih trauma dengan respon dan perbedaan sikap Karta saat mengetahui jenis kelamin anak yang ia kandung."Kalau dilihat di sini, sepertinya bayi ibu Gendis berjenis kelamin perempuan, Pak," ucap sang dokter.Karta pun segera menautkan kedua alisnya. Bibirnya mengatup dengan cukup erat dan tatapannya masih tajam menatap alat USG sembari sesekali melirik kepada G
Read more
Bab 87
Rehan akhirnya membawa Gendis untuk bertemu dengan Indri karena semenjak Hartono meninggal, Gendis tak pernah bertemu dengan Indri lagi.Sesampainya di depan rumah Hartono, suasananya sangat sepi dan juga sunyi membuat Gendis dan Rehan bertanya-tanya."Loh kok sepi banget, ya. Kayak nggak ada orang, semua jendela dan pintu tertutup semua," ucap Gendis penuh tanya.Setelah mengetuk pintu beberapa kali sembari memanggil Indri, tak ada jawaban sama sekali. Gendis tak bisa masuk karena pintu yang dikunci.Gendis menjadi khawatir dan sedikit panik. Akhirnya Gendis mencoba menelepon Indri tapi tak diangkat olehnya."Kamu kemana sih sebenernya, Ndri," ucap Gendis dengan nada sedikit panik.Rehan yang melihat Gendis panik pun mencoba menenangkannya."Emmm mungkin Indri sedang pergi, Mbak." Gendis pun menoleh ke arah Rehan. "Tapi pergi kemana, Mas? Kita nggak punya saudara lagi. Nggak mungkin juga ke sekolah, dia kan sudah selesai ujian," ucap Gendis lagi."Emmm ya mungkin dia lagi pergi ke m
Read more
Bab 88
Dengan tatapan penuh amarah, Karta berjalan menghampiri Gendis dan Rehan."Mau apa kamu ke sini?" tanya Karta pada Rehan dengan nada ketus.Anjarwati yang mengikuti langkah kaki Karta dan berada di belakangnya pun ikut menatap sinis keduanya."Begini, Pak. Saya sengaja datang ke sini agar tak terjadi kesalahpahaman lagi. Jadi, tadi aku tidak sengaja melihat mbak Gendis jalan sendirian dan setelah aku tanya ternyata dia mau pulang kadi aku antar ke sini," ucap Rehan."Kamu nggak perlu repot-repot mengantar Gendis. Dia kan punya kaki jadi bisa jalan sendiri." Dengan kuat Karta menarik Gendis agar mendekat ke sisinya."Emmm iya saya tahu, Pak. Tapi cuaca di luar itu sangat panas jadi aku tidak tega apalagi mbak Gendis sedang hamil " jelas Rehan lagi."Sekarang kamu bisa lihat kan kalau Gendis sudah sampai di rumah jadi kamu bisa pergi dari sini sekarang," cetus Karta.Seketika Gendis pun tak membiarkan begitu saja Karta memperlakukan Rehan dengan sangat sinis."Setidaknya kita harus meng
Read more
Bab 89
Keesokannya saat semua orang sedang sarapan, Indah memanggil Gendis untuk ikut makan bersama mereka. Tapi karya malah marah pada Indah."Siapa yang mengizinkanmu membawa Gendis ke meja makan ini!" Karta menatap tajam Indah.Seketika langkah kaki Indah pun terhenti saat mendengar nada tinggi Karta. Begitu juga dengan Gendis yang saat itu digandeng oleh Indah. Gendis ikut berhenti dan berdiri di belakang Indah."Mas, aku mohon jangan keterlaluan pada Gendis. Dia adalah istrimu apalagi dia sekarang sedang hamil. Kenapa kamu bisa setega itu padanya." Dengan berani Indah menjawab Karta.Karta yang saat itu sedang duduk di kursinya pun seketika bangkit dari duduknya dan menghampiri Indah dan Gendis."Kamu pikir kamu siapa, hah! Beraninya berbicara seperti itu padaku?" tanya Karta sembari mencengkram dagu Indah.Sontak saja Gendis pun tak terima saat melihat Indah diperlakukan dengan kasar oleh Karta.Spontan saja Gendis mendorong tubuh Karta dan menyelamatkan Indah yang merintih kesakitan.
Read more
Bab 90
Setelah kepergian Indah, Gendis hanya bisa menangis terlebih saat ia mendengar ucapan Karta yang membuat hatinya bertambah sakit.Gendis merasa jika Karta adalah suami yang sangat tidak bersyukur karena memiliki istri sebaik Indah."Dengar, ya. Apapun yang aku lakukan di rumah ini adalah hakku. Kamu sebagai istri hanya tinggal mengikuti apa yang aku katakan. Kecuali kalau kamu ingin nasibmu seperti Indah," ucap Karta.Seketika Gendis terdiam. Ia tak tahu harus berbuat apa. Ingin rasanya ia pergi meninggalkan Karta tapi Gendis ingat akan kedua anaknya yang butuh kasih sayang dari ayahnya."Sudah sekarang lebih baik kamu bersiap-siap untuk cari kerja! Ingat, aku tidak mau tahu pokoknya kamu harus bekerja dan hasilkan uang untukku," ucapan Karta.Ayu yang mendengar ucapan Karta pun merasa bahagia bukan main. Ia tak menyangka jika Karta akan bersikap begitu tega pada Gendis yang tengah hamil."Wah ini kayaknya bagus, nih. Kalau Gendis disuruh kerja terus-terusan waktu hamil gini pasti dia
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status