Jika aku berhasil melahirkan anak laki-laki, aku akan dinikahi secara resmi tapi jika aku gagal melahirkan anak laki-laki maka aku akan tetap menjadi istri siri. Namun, takdir yang terjadi adalah di luar kendaliku. Lantas takdir seperti apa yang pantas aku terima?
Lihat lebih banyak"Loh kok mbak Indah yang jagain Yasmine?" tanya Ayu yang tiba-tiba saja menerobos masuk ke dalam kamar Gendis.Indah dan Raya pun lantas menoleh ke arah datangnya Ayu. Indah sedikit gugup melihat Ayu masuk ke dalam kamar Gendis."Duh, kok Ayu ke sini, sih. Kira-kira dia lihat Gendis pergi nggak, ya," batin Indah yang gelisah jika Ayu sampai melihat Gendis pergi."Mbak! Ditanya kok malah diam saja, sih! Gendis kemana kok malah mbak Indah dan Raya yang di sini jagain Yasmine?" tanya Ayu sekali lagi.Ayu yang belum mendapatkan jawaban atas pertanyaannya, masih belum merasa puas."Oh emmm i-itu, Gendis sedang ke kamar mandi," jawab Indah yang mengira bahwa Ayu tak melihat kepergian Gendis.Indah mencoba membohongi Ayu agar dia tak membuat ulah dengan melaporkan kepergian Gendis yang tanpa izin. Indah tahu benar bahwa Ayu tak menyukai Gendis sehingga kemungkinan seperti itu bukannya tidak mungkin."Halah nggak usah bohong deh, Mbak. Mana ada Gendis ke kamar mandi. Jelas-jelas tadi aku liha
"Alhamdulillah keadaan ibu Gendis sudah membaik setelah menerima donor darah."Mendengar ucapan sang dokter membuat Karta dan Ayu akhirnya bisa bernaoas lega. Meskipun di dalam hati Ayu merasa tak suka jika Gendis bisa sehat seperti semula lagi."Terima kasih, ya, dok. Terima kasih karena sudah menolong istri saya," ucap Karta dengan perasaan bungah."Bapak tidak perlu berterima kasih pada saya. Ini semua kan berkat usaha bapak dan keluarga yang sudah berhasil mendapatkan darah yang cocok untuk ibu Gendis." Dokter itu tersenyum tipis pada Karta."Hanya saja saya minta agar lain kali bapak lebih menahan nafsu bapak. Setidaknya tunggu sampai ibu Gendis selesai masa nifas. Jangan sampai kejadian seperti ini terulang lagi," terang sang dokter mengingatkan.Sontak saja Rehan yang mendengar ucapan sang dokter pun terbelalak. Tak terkecuali Karta dan Ayu yang terkejut mendengar ucapan sang dokter."Akh sial! Kenapa dokter harus bilang seperti itu segala sih," batin Ayu kesal."T-tunggu, dok.
Akhirnya setelah dibujuk oleh Rehan dan Hartono. Indri memutuskan untuk tetap tinggal di rumah bersama Hartono."Apa kamu sungguh yakin ingin mendonorkan darahmu untuk Gendis?" tanya Karta sebelum melakukan tes darah.Keduanya berjalan di lorong rumah sakit menuju ke sebuah ruangan tes darah.Dengan wajah penuh keyakinan Rehan pun menjawab. "Iya saya yakin, pak," jawab Rehan tegas.Tanpa ragu, akhirnya mereka pun masuk ke dalam ruangan tes. Namun, tak lama Karta kembali keluar dan menghampiri Ayu yang tengah menunggu di depan ruangan Gendis."Yu, apa Gendis masih belum sadar?" tanya Karta."Belum, Mas," jawab Ayu."Tadi kenapa kamu bilang keadaan Gendis baik-baik saja padahal jelas-jelas sekarang keadaannya sedang buruk sampai-sampai dia buyuh donor darah," ucap Karta."Ya kita nggak mungkin jujur pada mereka tentang semuanya ini, Mas. Sebab Gendis sampai terbaring di rumah sakit." Ayu menatap lekat Karta."Memangnya kamu mau kalau sampai kamu dituntut oleh keluarga Gendis karena suda
Keesokannya, Karta dan Ayu pun pergi ke rumah Hartono. Sementara Gendis masih terbaring di rumah sakit tak sadarkan diri.Tatapan masam Karta tampak jelas saat menatap Rehan yang saat itu tengah bertamu ke rumah Hartono.Ada rasa tak suka menatap pria muda dan tampan yang sedang duduk di sebelah Hartono. Apalagi saat Karta melihat kedekatan keduanya."Siapa ya laki-laki itu. Kenapa dia terlihat dekat dengan orang tua Gendis?" batin Karta bertanya-tanya."Ada apa Juragan Karta ke sini? Kenapa tidak bersama dengan Gendis?" tanya Hartono menatapnya nanar. Setelah duduk beberapa lama di kursi milih Hartono. Karta dan Ayu masih belum juga mengatakan maksud kedatangan mereka saat itu.Sesekali Ayu dan Karta menoleh dan saling melempar tatap. Karta bingung harus menjawab pertanyaan dari Hartono saat itu.Namun, seolah mengerti kebingungan Karta saat itu, Ayu dengan cepat menjawab pertanyaan dari Hartono."Emmm begini, Pak. Jadi kedatangan kami ke sini untuk bertanya pada bapak apakah golong
Karta berjalan menghampiri Anjarwati yang tengah duduk bersandar di kursi tunggu sembari memainkan ponselnya.Anjarwati segera menoleh ke arah Karta yang kemudian duduk di sampingnya sembari memainkan resep obat dari dokter yang harus ia beli."Bagaimana? Apa kata dokter?" tanya Anjarwati."Keadaan Gendis tidak baik-baik saja, Bu. Dia hampir saja mati karena perbuatan ku. Andai saja aku tidak menuruti ucapan ibu mungkin dia tidak akan terbaring di sana sekarang," ucao Karta.Sontak saja ucapan Karta barusan membuat Anjarwati terbelalak. Ia menarik napas dalam sebelum mengucapkan kalimat yang sudah tak sabar keluar dari mulutnya saat itu."Apa maksudmu, hah! Apa kamu menyalahkan aku?" tanya Anjarwati.Karta yang selalu tunduk pada Anjarwati dan takut padanya pun segera memberikan penjelasan agar Anjarwati tak marah padanya."Oh emmm b-bukan begitu, Bu. Maksud ku, harusnya aku bisa menahan ha*ratku meskipun. Meskipun ibu menyuruhku melakukannya, jika aku bisa menahan nafsuku saat itu pa
"A-aku tidak sengaja," ucap Karta sekenanya."Nggak sengaja gimana sih, Mas. Jelas-jelas kamu melakukan hal itu dengan sadar." Kali ini Ayu ikut terpancing emosi akan perbuatan Karta yang sangat keterlaluan."Sudah, sudah. Lebih baik sekarang kita bawa Gendis ke rumah sakit sekarang," ucap Indah."Tapi kita tidak bisa membawa Yasmine. Dia pasti akan sangat rewel nanti di sana karena waktunya dia tidur tapi tidak bisa tidur dengan nyaman. Lebih baik kamu di rumah saja jaga Yasmine dan Raya. Biar ibu dan Ayu yang menemani Karta ke rumah sakit," ucap Anjarwati yang menahan tangan Indah saat akan menuju ke kamar Gendis.Indah sedikit termenung. Ia sangat ingin ikut pergi ke rumah sakit tapi menurutnya apa yang dikatakan oleh Anjarwati saat itu ada benarnya juga. Tak mungkin jika mereka membawa Yasmine dan lebih tidak mungkin lagi kalau Yasmine ditinggalkan bersama Ayu karena Ayu sangat membenci Gendis. Tentu Indah akan sangat khawatir jika harus menitipkan Yasmine pada Ayu."Ya sudah kalau
Akhirnya acara inti pemberian nama untuk anak Gendis dan Karta telah selesai.Gendis memilih nama Yasmine yang berarti bunga melati untuk putrinya. Gendis berharap bahwa suatu saat putrinya bisa mengharumkan nama keluarga dan juga bangsa hingga membuat Karta bangga dan menyesal telah tak mengakuinya selama ini.Gendis kembali masuk ke dalam kamar dengan perasaan yang begitu gembira. Kini bayi di dalam dekapannya telah memiliki nama."Yasmine belum ngantuk, Nak? Ini sudah malam loh," ucap Gendis pada putrinya sembari tersenyum manis.Perlahan Gendis menurunkan Yasmine ke atas ranjang dan mulai ikut rebahan di sebelahnya. Senyum di bibir Gendis tak dapat tertahankan lagi saat melihat putrinya menggeliat dan menatap dirinya.Saat Gendis sedang asyik bermain dengan Yasmine tiba-tiba saja Karta masuk ke dalam kamarnya tanpa mengetuk pintu sehingga membuat Gendis terkejut."M-mas," ucap Gendis lirih. Ia pun bangkit dari posisinya dan duduk di pinggir ranjang menara Karta yang perlahan mend
Dengan raut wajah yang masam, Anjarwati pergi meninggalkan dapur. Ia masuk ke dalam kamarnya dengan perasaan kesal dan penuh amarah. Sementara Karta mencoba menenangkannya dan terus mengikutinya dari belakang."Ibu tenang saja, ya. Nanti biar aku kasih pelajaran si Ayu. Berani-beraninya dia mencoba membuat masalah dengan mengadu domba," ucap Karta yang saat itu berupaya menenangkan Anjarwati yang masih kesal."Kamu itu benar-benar nggak becus mengajaru istri-istrimu. Punya istri banyak tapi nggak ada yang berguna satupun. Semuanya selalu buat ulah dan bikin stress," celetuk Anjarwati sembari menarik napas dalam-dalam."Aku minta maaf, Bu. Aku akan berusaha mengajari mereka agar lebih akur dan menurut pada kita, terutama ibu," ucap Karta.Tiba-tiba saja Anjarwati yang saat itu membelakangi Karta dengan tangan bersedekap di dada, menoleh secara tiba-tiba ke arah Karta."Gendis ... Kamu harus segera memiliki keturunan lagi dari dia. Jangan biarkan dia enak-enakan tinggal di rumah ini se
Kesedihan yang belum usai di dalam hati Gendis tak lantas membuatnya dianggap tak bergerak.Gendis membaringkan bayinya di sebuah ranjang pembaringan sembari memasak makanan untuk acara pemberian nama bayinya.Tak ada tukang masak apalagi makanan catering. Semuanya dikerjakan oleh Gendis seorang diri karena Anjarwati dan Karta yang tak mau mengeluarkan lebih banyak untuk untuk acara itu.Sembari mengaduk masakan di dalam kuali, Gendis beberapa kali menoleh ke arah bayinya dan beberapa kali ia melirik ke arah ruang depan untuk memastikan Indah yang masih belum juga datang."Ya Allah, bagaimana keadaan bapak, ya. Kenapa Indri ataupun mbak Indah belum juga mengabari aku," ucao Gendis gelisah.Gendis tetap melanjutkan pekerjaannya meskipun sampai peluhnya berjatuhan.Drttt ... Drtttt.Tiba-tiba ponsel Gendis yang ia letakan sedikit jauh datinya berbunyi dan Gendis pun bergegas mengangkatnya."H-halo, Mbak. Bagaimana keadaan bapak di situ, Mbak?" tanya Gendis tanpa berbasa-basi saat Indah
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.