Lahat ng Kabanata ng CINTA TERLARANG TUAN MAJIKAN: Kabanata 21 - Kabanata 30
76 Kabanata
Bab 21
Dinda harus menahan tatapan sinis Chelsea sepanjang makan malam. Berkali-kali dia sengaja menyuruh Dinda melakukan hal-hal kecil yang membuat kesal seperti menuangkan air putih, mengambilkan garam karena sopnya terasa hambar, hingga mengambilkan alat makan baru setelah sebelumnya ia dengan sengaja menjatuhkan sendoknya ke lantai.Dengan mengabaikan rasa kesalnya, Dinda menuruti permintaan-permintaan itu. Mungkin ini adalah balasan Chelsea padanya karena telah menolak tawarannya dan mengguruinya sore tadi. Tetapi meski begitu, Dinda merasa puas karena dirinya kini lebih berani dan menentang sesuatu yang tidak sesuai dengan hatinya.“Pakai madu dua sendok teh. Ingat, dua sendok aja jangan kebanyakan!” Lagi-lagi Chelsea menyuruh Dinda saat dia dan Kartika duduk minum teh setelah makan malam.“Baik, Mbak.”“Kamu suka teh madu juga?” tanya Kartika. “Biasanya anak muda sekarang lebih suka kopi-kopi kekinian, lho.”Chelsea menggeleng. “Aku suka teh Tan. Terutama chamomile sama lemon hangat.
Magbasa pa
Bab 22
Hari-hari berikutnya adalah saat paling membahagiakan dalam hidup Dinda. Bima selalu berusaha langsung pulang setelah selesai jam kerja. Lalu mereka akan makan malam dan menghabiskan waktu bersama. Terkadang Bima membantu Dinda mengerjakan tugas atau skripsinya. Di lain waktu Dinda akan menemani Bima bekerja atau membantunya memeriksa beberapa laporan perusahaan. Hanya ada satu hal yang membuat Dinda merasa tak enak. Keluarga Bima tidak tahu hubungan mereka.Seperti biasa, setelah Bima berangkat kerja, Dinda membersihkan sisa-sisa sarapan mereka. Tiba-tiba terdengar bunyi bel. Dengan penasaran Dinda memeriksa siapa yang datang karena biasanya tidak ada yang datang di waktu-waktu seperti ini.Begitu melihat Kartika dan Sarah di monitor, Dinda segera membukakan pintu.“Gimana kabar kamu, Din?” tanya Kartika begitu masuk.“Baik, Bu,” jawab Dinda sambil mengikuti mereka ke ruang duduk. “Mas Bima sudah berangkat tadi, Bu.”Kartika duduk di sofa dengan Sarah di sampingnya. “Kami kemari untu
Magbasa pa
Bab 23
Setelah menutup rapat, Bima bergegas pulang. Sebuah pesan dari Dinda masuk dan membuatnya khawatir. Pesan itu singkat, hanya berisi tiga kata tetapi berhasil membuat hatinya tak tenang. Terlebih saat dia mencoba menghubungi Dinda, ponsel gadis itu justru tidak aktif.‘Mas, saya pergi.’Kata-kata Dinda terus terngiang di benak Bima sepanjang jalan pulang. Begitu membuka pintu apartemen, Bima berteriak memanggil Dinda. Tak ada jawaban. Betapa terkejutnya dia saat masuk ke ruang duduk dan mendapati Kartika dan Sarah ada di sana.“Sedang apa Mama dan Kak Sarah di sini?” tanya Bima bingung. “Di mana Dinda?”“Dinda sudah Mama usir,” jawab Kartika datar.Bima tak mempercayai pendengarannya. Mungkin dia terlalu lelah setelah memimpin rapat panjang sehingga telinganya bermasalah. “Mama barusan bilang apa?”“Mama sudah mengusir Dinda dari sini. Kamu tidak perlu repot-repot mencarinya lagi.”Melihat sikap ibu dan kakaknya, Bima merasa ada yang tidak beres. Dia duduk di hadapan mereka. “Maksud Ma
Magbasa pa
Bab 24
Saat membuka matanya, Dinda hanya melihat langit-langit berwarna putih. Seluruh tubuhnya terasa sangat lelah dan lemah. Dia melihat berkeliling dan tersadar bahwa dia ada di rumah sakit. Jika dilihat dari interiornya, Dinda berada di ruang VIP. Bagaimana dia bisa sampai di tempat ini?Ingatan Dinda mulai kembali. Dia ingat berada di kafe bersama Aldi. Mereka kemudian keluar dan berpisah, lalu Dinda merasakan sakit luar biasa di perutnya. Ada darah juga. Mungkinkah menstruasinya datang dan ia tidak menyadarinya? Tetapi mengapa dia sampai pingsan dan dibawa ke rumah sakit? Siapa yang membawanya kemari? Aldi?Tepat saat Dinda bertanya-tanya pintu ruangannya terbuka. Aldi masuk dengan membawa tas plastik di kedua tangannya.“Udah sadar, Din? Gimana keadaan kamu?” Aldi meletakkan barang-barang yang dibawanya di atas meja di samping brankar tempat Dinda berbaring.“Saya kenapa, Di? Kenapa saya sampai dibawa ke rumah sakit? Berapa lama saya pingsan?” Dinda balik bertanya. Dia ingin segera ta
Magbasa pa
Bab 25
Perdamaian?Dinda tak mempercayai pendengarannya.Apakah Iskandar begitu takut dia akan menuntut Bima dan mencoreng nama baik keluarga besar mereka? Dinda bahkan tidak punya waktu untuk memikirkan hal seperti itu.“Apa maksud Bapak?”Iskandar duduk dan menyatukan kedua tangannya di pangkuan. “Istri saya sudah cerita tentang hubungan kamu dan Bima. Karena itu, saya tidak memberitahu siapapun tentang kondisimu,” Iskandar diam sejenak. “Tidak seharusnya kamu diusir seperti itu. Bagaimanapun, Bima juga bersalah. Tetapi tolong maafkanlah istri saya karena membela Bima. Kamu tahu istri saya sebenarnya orang yang baik. Hanya saja, Bima adalah anaknya. Naluri seorang ibu adalah melindungi anaknya. Dan itu yang dilakukan istri saya pada Bima.”Dinda tertegun. Iskandar datang menemuinya untuk minta maaf atas nama Kartika? Yang benar saja. Jika Kartika benar-benar merasa bersalah, dia akan datang sendiri. Sakit hatinya tidak akan sembuh hanya karena seseorang mewakili Kartika meminta maaf.“Lalu
Magbasa pa
Bab 26
Dua tahun kemudian.Dinda melihat lampu-lampu kota yang menyala di malam hari dari jendela apartemennya. Setelah berdiam diri di sana sejak pulang tadi, Dinda beranjak dan merebahkan dirinya di sofa. Ingatannya membawa ke masa itu. Ke waktu dua tahun yang lalu, saat dia dan Iskandar duduk di sana. Setelah Iskandar memaksanya untuk menerima apartemen ini, Dinda tinggal di sana seorang diri dan menyelesaikan kuliahnya sambil bekerja di kafe. Hidupnya hanya seputar bekerja, kuliah, lalu pulang ke rumah. Dia membentengi hatinya agar tidak terlalu dekat atau membuka diri pada orang lain. Tidak ada yang mendampinginya di acara wisuda seperti teman-temannya. Satu-satunya hal yang membuatnya agak terhibur adalah sebuah buket bunga mawar yang dikirim Iskandar sebagai ucapan selamat.Hati Dinda terasa sakit saat mengingatnya. Di saat yang seharusnya paling membahagiakan dalam hidupnya, Dinda justru seorang diri. Tetapi bagaimanapun, Dinda harus melanjutkan hidupnya meski tanpa tujuan. Setelah m
Magbasa pa
Bab 27
Bima.Pria itu ada di hadapannya.Berbicara dengan lantang dan penuh percaya diri hingga membuat nyali Dinda menguap.Bagaimana mungkin dia bertemu lagi dengan Bima? Setelah semua usahanya, bagaimana mungkin pria itu muncul lagi di depannya?Sepanjang rapat Dinda menunduk, menutupi wajah dengan surai panjangnya. Berharap Bima tidak mengenali atau melihatnya. Untung saja dia duduk di ujung sehingga lebih mudah baginya untuk bersembunyi dari jangkauan mata Bima.Perhatian Dinda terbagi sepanjang rapat. Hanya beberapa yang bisa ia tangkap. Salah satunya adalah alasan mengapa Bima ada di sana. Bahwa ternyata perusahaannya merugi dan membutuhkan investor sehingga menjual sebagian sahamnya pada Bima. Pria itu kini menjadi pemilik saham terbesar dan hal itu secara otomatis menjadikannya sebagai direktur perusahaan.Dari sekian banyak konglomerat di dunia ini, mengapa harus Bima yang membelinya? Dinda tidak bisa berhenti bertanya-tanya.Dengan sembunyi-sembunyi Dinda beranjak pergi saat rapat
Magbasa pa
Bab 28
Dinda mengeluh dalam hati. Baru hari pertama saja Bima sudah berkali-kali muncul di depannya. Dinda tidak yakin apakah hatinya akan sanggup jika terus-terusan bertemu Bima seperti ini.“Ada apa, Pak?”Bima mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Ruangan itu hanya berukuran sepuluh kali sepuluh meter dengan depalan set meja kursi yang dijejer berhadapan. Di ujung ruangan ada meja yang lebih besar milik Indra selaku ketua tim.“Ini jam makan siang. Semuanya sedang keluar, Pak,” Dinda memberikan penjelasan.“Saya tahu,” jawab Bima singkat.“Kalau begitu Pak Bima bisa kembali lagi nanti kalau jam makan sudah selesai.”“Kenapa kamu nggak makan siang?”“Saya banyak kerjaan. Bapak yang kasih saya kerjaan, masih ingat, kan?”Bibir Bima tertarik membentuk senyum tipis. Ah, ternyata menggoda Dinda masih terasa menyenangkan, pikirnya saat melihat Dinda berusaha keras menekan kekesalannya.“Jangan lupa makan siang.”“Saya bukan anak kecil yang harus diingatkan untuk makan,” balas Dinda ketus
Magbasa pa
Bab 29
Tatapan Dinda mengabur. Dia menghambur keluar dari ruangan Bima sebelum air matanya menetes dan kembali ke mejanya.Tarik napas. Tahan. Hembuskan.Dinda mencoba mengingat apa yang diajarkan pelatih yoganya saat mengajarinya meditasi. Setelah membuang beberapa menit dan pikirannya masih dipenuhi Bima, gadis itu menyerah. Selama ini, dia dibutakan oleh ketampanan dan kebaikan pria itu. Dinda menutup mata dan hatinya, meyakinkan diri kalau Bima juga menyayangi dan mencintainya. Meski tidak lagi bersama, Dinda masih berharap Bima memberikan alasan semacam tidak ada restu orang tua dan bahwa sebenarnya dia juga ingin mereka tetap bersama saat meminta maaf.Seharusnya Dinda tahu dia hanya akan kecewa karena mengharapkannya. Bima tidak pernah serius berhubungan dengannya. Dia tidak ingin membawa hubungan mereka ke tempat yang lebih jauh. Bima tahu masa depannya sudah ditentukan. Bersama Dinda hanyalah salah satu caranya memuaskan diri sebelum dia terikat. Bodohnya Dinda baru menyadarinya sek
Magbasa pa
Bab 30
Satu.Dua.Tiga.Bima tidak merasakan penolakan dari Dinda. Meski gadis itu diam saja, dia juga tidak mendorongnya menjauh. Merasa mendapat sinyal positif, Bima memagut bibir Dinda dan menciumnya dalam-dalam. Dia merasakan bibir Dinda bergerak setelah beberapa saat. Dipakainya kesempatan itu untuk menangkup wajah Dinda dan memperdalam ciumannya.Sebuah desahan lolos dari mulut Bima. Dia baru menyadari betapa dirinya merindukan Dinda. Dilepaskannya semua yang rasa yang tidak bisa dia ucapkan lewat ciuman itu.Di tengah ciuman mereka, tiba-tiba saja Dinda mendorong Bima menjauh. Gadis itu segera bangkit dan berlari keluar.Bima berdiri mematung. Kedua tangannya naik dan mengusap wajahnya furstasi. Dia masih belum mengerti apa yang baru saja terjadi. Bagaimana bisa dia membiarkan dirinya mencium Dinda? Mengapa dia tidak bisa menahan diri saat berada di dekat gadis itu?Getaran ponselnya yang berada di saku celana membuat lamunan Bima buyar. Bima membaca nama di layarnya dan mengeluh dala
Magbasa pa
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status