All Chapters of JANGAN MENCINTAIKU, PAMAN!: Chapter 11 - Chapter 20
287 Chapters
Kesengajaan yang Terlihat
“Shokuji o tanoshinde.” (Selamat Menikmati)Ayu membungkuk lalu mundur dengan wajah penuh senyum, sambil merapikan kimono yang dipakainya. Pakaian itu sedikit merepotkan pastinya—karena Ayu tidak terbiasa, tapi kimono itu adalah keharusan saat bekerja di restoran. Kimono itu adalah seragam karena restoran tempatnya bekerja bertema klasik. Menyajikan masakan tradisional asli Jepang dengan dekorasi yang juga kental dengan nuansa Jepang kuno.Ayu awalnya ragu bisa melakukan pekerjaan itu, karena pengalamannya memakai kimono hanya saat pergi ke festival musim panas bersama Rie beberapa kali, tapi setelah dua hari dan mendapat tips dari pramusaji lain yang ada di restoran itu, Ayu dengan mudah beradaptasi dan kini bisa dengan lancar melakukan pekerjaan—bahkan berlari memakai kimono itu tanpa merusak bentuknya. Ayu juga menyukai lingkungan kerja di restoran itu. Karena sangat sibuk, membuatnya cepat lupa dengan segala kehidupan mengenaskan di dunia ny
Read more
Kesalahan Lain yang Mengherankan
“Apa yang terjadi dengan tanganmu?” tanya Hide saat melihat telunjuk Ayu yang tertutup perban, saat mereka berpapasan di dekat dapur.“Tergores pecahan cangkir.” Ayu menjawab sesingkat mungkin, lalu membungkuk dan berlari keluar. Berangkat menuju ke stasiun untuk bekerja. Tentu saja Ayu tergesa keluar, mencegah Hide bertanya lebih lanjut, maupun mempunyai ide untuk melarangnya. Ayu sudah cukup menyesal dengan bangun terlambat tadi. Tentu saja karena menangis cukup lama semalam. Kehilangan salah satu pekerjaan nyaris membuat Ayu kembali pada titik yang membuatnya putus asa.Tapi kini Ayu sudah kembali mendapatkan tekadnya hari ini. Dia sengaja mengambil shift pagi di swalayan, jadi nanti akan punya waktu luang untuk mencari pekerjaan lain. Ayu akan mencoba bertanya di restoran lain, atau mungkin swalayan yang lain. Ayu tidak akan menyerah dengan satu pekerjaan saja. Dia tidak ingin memperpanjang masa tinggalnya di tempat Hide. Ayu mempunyai tujua
Read more
Kesalahan Kecil yang Dinilai Fatal
Hide yang duduk pada kursi kulit mengilat berwarna gelap, menatap dua orang yang membungkuk di depannya, dengan pandangan datar. Tapi diamnya Hide itu justru membuat dua orang itu terlihat gelisah.Mereka tahu jika Hide yang diam, lebih berbahaya daripada Hide yang bicara.“Siapa di antara kalian yang melukai tangannya?” tanya Hide. Setelah beberapa lama, pertanyaan akhirnya datang. Dua orang yang ada di depannya terlihat semakin gugup, saling menatap. Pernyataan itu menyiramkan ketakutan pada kegelisahan mereka yang menumpuk. “S...saya, Sandaime." (Ketua Generasi Ketiga)Pria dengan tato di pipinya menjawab terbata, sambil kembali membungkuk.“Yamada? Apa yang kau lakukan padanya?” Hide menyandarkan kepalanya, kini hanya menatap Yamada.“Saya menendang pecahan cangkir, tapi gadis itu memegangnya. Tangannya tergores karena itu.” Yamada bercerita dengan tubuh membungkuk semakin dalam, lebih dari s
Read more
Awal yang Seharusnya Indah
Ayu mengelus pakaiannya untuk merapikan diri. Sudah beberapa kali Ayu melakukannya, semenjak dia melihat bagaimana wujud dari kantor Shingi Fusaya Real Estate. Ayu merasa penampilannya mungkin sedikit kurang rapi, saat menyadari jika perusahaan itu lebih besar dari bayangannya. Informasi yang tertulis di internet kemarin tidak lengkap.Perusahaan itu menempati gedung lima lantai yang berada di daerah perkantoran utama kota Tokyo. Yang mana, sudah pasti harga tanah dan juga properti di situ sangat mahal. Bisa menempati satu gedung di situ berarti Shingi benar-benar kuat. Lingkungan pekerjaan yang ini akan sangat jauh berbeda daripada sekadar swalayan maupun restoran yang kemarin. Ayu merasa salah tempat saat pertama datang tadi. Tapi saat menunjukkan surat panggilan di lobi tadi, sudah dipastikan Ayu tidak salah tempat. Surat itu disambut, dan Ayu dengan cepat diantar ke ke area HRD yang ada di lantai tiga untuk menjalani wawancara. Bahkan wawancara itu juga tidak
Read more
Keberadaanmu yang Tidak Wajar
“Bukankah kemarin kau memasukkan datanya di sini? Rumah yang ini tidak termasuk berharga mahal.” Ayu menunjuk folder lain, membantu Riko karena terlihat kebingungan.“Aaahh…” Riko mendesah panjang, lalu membuka folder yang dimaksudkan oleh Ayu, dan tentu akhirnya menemukan data rumah yang ada di depan mereka.“Hebat. Kau cepat sekali belajar rupanya,” puji Riko. Ayu hanya tersenyum malu, tapi gembira mendengarnya.“Aku tadi berpikir rumah ini akan termasuk yang mahal melihat ukurannya,” kata Riko, sambil membuka data dari tab di tangannya.Ayu sudah meninggalkannya, mulai mengukur lebar gerbang. Menunduk dan mencatat dengan teliti hasil pengukuran itu. Kerja lapangan memang termasuk bagian dari pekerjaan barunya. Untung saja, untuk kegiatan luar seperti ini, Shinigi menyediakan celana panjang hitam sebagai seragam. Ayu dulu sempat heran saat membayangkan dia harus bekerja di luar memakai rok pendek it
Read more
Tidak Ada yang Istimewa
“Maaf, tapi apa maksud Anda mengatakan itu?” Ayu berdiri dan menatap Mori. Tentu saja Ayu sangat mengerti apa yang dimaksud Mori. Ini bukan pertama kalinya Mori mengatakan hal sejenis itu. Ayu masih ingat percakapan antara Mori dan wanita dari HRD kemarin. Keberadaannya mencurigakan. Tapi Ayu tidak akan menerima hinaan, karena memang dia tidak melakukan hal aneh apapun. Dia kesini karena panggilan. Entah bagaimana dan oleh siapa. Dan yang jelas, Ayu sudah merasa berusaha sangat keras untuk mengejar ketinggalan dan belajar. Kerja keras itu tidaklah mudah. “Kau sudah dengar apa yang aku bicarakan, bukan? Kau tidak cocok…”“Maaf, tapi kenapa Anda menganggap saya tidak cocok? Apa selama beberapa minggu ini saya melakukan kesalahan? Apa ada kinerja buruk dalam catatan saya?” Ayu berani karena tahu kerjanya nyaris sempurna. Mungkin dia melakukan kesalahan, tapi itu hanya terjadi antara minggu pertama dia bekerja&m
Read more
Petaka yang Tidak Terduga
“Tidak! Aku akan tetap bekerja, dan kau tidak boleh ikut campur!” Ayu membalas tidak kalah tegas, lalu berpaling dan berjalan lebih cepat menuju kamarnya. Ayu tidak ingin berdebat lagi. Ayu tidak ingin pujian atas segala kerja kerasnya, tapi jelas, ia tidak ingin mendengar teguran lagi. Ayu ingin memutuskan sendiri kehidupannya saat ini.“Yumi!” Hide membentak. Jelas balasan Ayu tadi terhitung terlalu berani.“Pulang lebih cepat atau…” Hide tidak melengkapi kalimatnya karena Ayu tidak lagi terlihat.Hide juga tidak menyusul, tapi masih jengkel karena mendengar suara cawan beradu dengan meja kayu yang terdengar cukup nyaring setelahnya. Hide mendengus lalu mengambil ponsel, menghubungi Ryu.“Ada apa ini? Sejak kapan kau menghubungiku dari ponsel saat di rumah?” Ryu menyahut dengan terkejut. Dia tahu persis, biasanya Hide selalu memakai telepon biasa untuk menghubunginya saat di rumah.“Rus
Read more
Kesalahan yang Berharga Mahal
Ayu melonjak bangun dan mengusap wajahnya yang basah. Air itu cukup banyak. Hampir seluruh tubuh Ayu basah kuyup, mulai dari seragam sampai pakaian dalamnya. Debar jantung dan denyut sakit di kepalanya, mengiringi usaha Ayu untuk mengerti apa yang terjadi.“Hei!” Ayu berteriak saat mendengar suara langkah di depan bilik toilet, dan bergerak membuka pintu untuk melihat siapa yang baru saja menyiram air yang kotor dan dingin itu. Tapi saat meraih gagang pintu dan memutarnya, Ayu langsung merasa ada yang salah dan tubuhnya terasa semakin dingin. Pintu itu terganjal oleh sesuatu dan tidak bisa membuka.“HEI!” Ayu menggedor dan berteriak panik.“Siapa kau? Kenapa kau melakukan ini?” Ayu berteriak, lalu berlutut, menunduk untuk mengintip dari bagian bawah bilik yang memang terbuka. Ayu hanya melihat sekelebat sepatu wanita bergerak berlari menuju pintu, mematikan lampu dan menutupnya dengan keras. Meninggalkan Ayu terkunci, dalam keadaan basah, menggigil dan gelap gulita“KAU SIAPA? LEPASK
Read more
Keberadaan yang Mencurigakan
Kesadarannya sangat samar. Ayu bisa mendengar suara di sekitarnya, tapi tidak bisa membuka matanya yang terasa berat. Kelopak mata Ayu masih terpejam, tapi tampak bola matanya bergerak. “Sejauh ini saya hanya melihat kemungkinan kelelahan dan dehidrasi juga.” “Kau yakin tidak ada yang lain?”Ayu tidak mengenal suara pertama yang bicara, tapi suara yang menyahut berikutnya tentu saja dikenalnya. Hide.“Jika berkenan, saya akan melakukan pemeriksaan lebih jauh dan…” “Tttt.. idak…” Ayu memaksakan mata dan lidahnya bergerak. Sedikit kabur, tapi akhirnya bisa mengenali keberadaaannya di mana, dan siapa yang berdiri di sampingnya.Hide menunduk menatapnya, sementara dokter yang tadi bicara pada Hide mendekat dan memeriksa tanda vital Ayu. Ia mengayunkan senter di depan matanya, untuk memeriksa tingkat kesadaran Ayu.“Nakamura-san? Apa Anda bisa mendengar saya?” Dokter itu memanggil Ayu sambil menepuk pundaknya. Ayu mengangguk dan matanya membuka sempurna.“Ah… Syukurlah.” Dokter wanita i
Read more
Dulu yang Indah
“Aku bisa sendiri.” Ayu menolak uluran tangan Hide yang akan membantunya turun dari mobil. Ayu sudah puluhan kali menyentuh tangan itu—dulu, bukan berarti Ayu ingin menyentuhnya lagi sekarang.Ayu tidak mungkin lagi membayangkan bagaimana tangan itu mengelus kepalanya dulu, atau saat dengan lembut selalu menghiburnya saat rasa sakit menyerang kepalanya. Bagaimanapun, tangan itu adalah tangan yang sama yang memaksanya untuk mencumbu dirinya kemarin. Ayu tidak ingin tangan itu menyentuhnya lagi.Terlihat Hide mengepalkan tangan, tidak membahas lebih lanjut dan hanya berjalan terlebih dulu masuk ke rumah. Ayu melirik ke arah punggung Hide sambil berjalan perlahan di belakangnya. Ayu tiba-tiba merasa menyesal. Sikapnya menghindar tadi terlalu kasar. Semalaman Hide menemaninya di rumah sakit. Paling tidak dia muncul. Masih lebih baik daripada Kaito yang sama sekali tidak terlihat, bahkan sampai pagi ini.Ayu tidak tahu apakah Kaito tidak muncul karena Kaede melarangnya atau sebab yang lain
Read more
PREV
123456
...
29
DMCA.com Protection Status