Semua Bab PELET CINTA LOLITA!: Bab 31 - Bab 40
69 Bab
[31] Adnan yang Seperti Dulu?
“Mami shock sampe nggak bisa berkiti-kiti,” bisik Argam ditelinga sang adik, “makanya nggak keluar kamar.”“Hihihi,” Lolita terkikik. “Berarti kita langsung caw aja yak?” tanya Lolita. Tidak mungkin papinya akan melepaskan kepergian menantunya. Pria itu kan bucin sejati. Dia pasti memilih berada di sisi istrinya yang sedang tidak baik-baik saja.“Kita nggak pamitan sama Papi, Mami, Gam?”“Nggak perlu, udah gue wakilin, Bro!” Argam merangkul batang leher adik iparnya, “si Mami yang ada malah pingsan liat mantunya.”Keuk!Secara sekarang menantu laki-lakinya yang tampan, terlihat seperti patung emas murni hidup yang berjalan.Lolita jadi ingin terbahak. Semula ia dimarahi habis-habisan karena dianggap tak bersyukur. Setelah mengetahui kebenarannya, seperti kata Argam sang kakak, wanita itu bahkan sampai tak bisa lagi berkata-kata.ini bukan tentang dirinya yang tidak mensyukuri nikmat Tuhan, tapi tentang adanya kesenjangan dari gaya hidup mereka yang jelas-jelas berbeda.“Lo yakin mau b
Baca selengkapnya
[32] Seketika Gelut
Adnan seperti yang dulu?!Hanya dengan memikirkannya saja, dada Lolita rasanya seperti tengah diremas-remas. Ia seolah ditarik mundur pada masa kelam itu. Masa dimana segala perjuangannya tak terlihat dimata teduh Adnan.Lolita tak dapat mendeskripsikan perasaannya. Hanya saja, perasaan tidak mengenakan itu terasa berbeda. Kali ini rasa perih tak memenuhi dadanya. Ada perasaan baru yang muncul, setelah provokasi yang kakaknya lakukan dan sialnya, ia menyadarinya.Perasaan itu bernama tak rela.Setelah apa yang mereka lalui beberapa hari ini— tepatnya usai keduanya terikat ikatan paling sakral di seluruh muka bumi, kembalinya Adnan seperti dahulu kala akan merobek seluruh hatinya yang tersisa.“Yang!”“Lol!”Dua seruan dengan panggilan yang berbeda menyadarkan Lolita dari lamunannya.“Eh— Udah sampe?” tanya Lolita sembari melemparkan pandangan ke luar mobil.“Gila ya, Dek! Congekan apa gimana sih?! Kita panggil-panggil, udah kayak beda alam aja lo!”“Sorry, lagi mikirin deadline tugas
Baca selengkapnya
[33] Mulai Dari Nol
Perjalanan liburan singkat yang mereka rencanakan, harus terhenti sebelum mereka sempat keluar dari area Jakarta. Alasannya tentu karena Lolita yang mereog.Awalnya gadis itu hanya meminta untuk diturunkan di pinggir jalan. Lolita ingin pulang dan meminta mereka melanjutkan agenda tanpa dirinya. Namun Adnan tak mengindahkan permintaan sang istri, lalu mengambil keputusan untuk membatalkan acara liburan yang disusunnya.“Maunya pulang ke rumah Mami! Gue nggak mau disini!”Di dalam mobil yang terparkir di halaman luas kediaman keluarga Sujatmiko, Lolita berkeras hati untuk tidak ingin turun. Permintaan maaf Adnan dan kedua sepupunya tak membuat Lolita luluh. Argam yang melihat kelakuan adiknya pun menjadi sangat kesal.“Nan, minggir! Kelamaan kalau lo bujukinnya lembut begitu,” ujar Argam. Ia sudah dongkol setengah mati dengan ketantruman adik semata wayangnya. Karena adiknya, para sepupu Adnan sampai dipulangkan ke rumah mereka.“Iya, Bang! Lo mundur aja! Biar Bang Argam yang turun tan
Baca selengkapnya
[34] Ups!
“Yang, maksud kamu dibawah tadi apa? Pengen dibuatin SPBU?”“Hah?” Mulut Lolita terbuka. Rahangnya jatuh ke bawah, efek terlalu terkejut mendengar pertanyaan Adnan.Pria yang baru saja menyusul keberadaan Lolita itu pun mengambil tempat duduk disamping istrinya. “Mau dari perusahaan mana, Yang? Biar aku mintain ke Ayah.”Adnan berbicara dengan mimik muka serius, sehingga membuat Lolita tahu, jika suaminya ini tidak sedang dalam mode bercanda.“Kap-Kapan gue minta dibuatin pom bensin?”“Loh, tadi. Katanya mulai dari nol— itu bukannya kode ya?”Plak!!Gemas, Lolita pun mendaratkan pukulan pada pundak Adnan. “Goblog!” makinya sedikit bernada. Lolita kira Adnan itu pintar, ternyata pemuda itu tak pandai dalam menafsirkan kata-kata.“Maksudnya tuh hubungan kita yang mulai dari nol! Bukannya minta bikinin lahan biar gue bisa ngomong begitu ke orang!”Lolita menepuk keningnya mandiri. Sulit memang jika berkata-kata dengan orang kelebihan uang. Segala hal bisa diasumsikan ke dalam ranah per-u
Baca selengkapnya
[35] Oh, No!!
Malam semakin larut, tapi rasa kantuk tak kunjung singgah, menyapa diri Lolita. Padahal ini merupakan kesempatan untuk dirinya lolos dari jerat janji tak tertulisnya dengan Adnan.“Nggak naik-naik ini orang!” gumam Lolita. Ia pun melirik jam digital yang terdapat pada sudut layar ponselnya. Angka disana telah menunjukkan pukul 10 malam dan Adnan belum juga membuka pintu kamar mereka.“Sesibuk itu ya jadi ketua BEM?” monolog Lolita.Lolita tidak tahu apa yang Adnan lakukan di bawah sana. Pemuda itu hanya meminta izin untuk mengurus beberapa pekerjaan diorganisasinya. Kalau Lolita tidak salah hitung, sudah 2 jam lamanya Adnan tak kembali.“Bang Argam juga anak BEM, tapi dia nggak sesibuk ini ah perasaan.”Kata ‘sibuk,’ tak pernah tampak dari diri kakaknya. Selama di rumah, sang kakak justru terlihat sangat santai. Pekerjaannya tidak jauh dari bermain gim dan mengganggu dirinya.“Gue ngapain sih,” gumam Lolita.Sadar dengan apa yang sedang dirinya lakukan, Lolita pun mengacak pangkal ram
Baca selengkapnya
[36] Efek Terlalu Jujur
“Perasaan, gue kayak kenal ini motor,” gumam Lolita, memandangi kendaraan roda dua yang terparkir tepat di samping tunggangan kebanggaan milik sang kakak.“Motor Melisa kan, Yang,” sahut Adnan memberitahu.Hal tersebut kontan membuat Lolita melayangkan tatapan tajamnya. “Kok lo bisa tau?” Kelopak matanya menyipit, menyiratkan sebuah tuntutan yang harus segera dipenuhi detik ini juga.“Kan sering kamu pinjem buat mondar-mandir di kampus.” Sebisa mungkin Adnan menjawabnya dengan tenang. Toh, ia juga tak berdusta. Ia memang menghafal jenis motor dan plat nomor Melisa berkat istrinya.“Kamu nggak lagi mikir aku sama Melisa ada apa-apa kan, Yang?” tanya Adnan, serius. Berhubung istrinya adalah Lolita, sudah semestinya ia mengorek seluruh isi pikiran sang istri. Lolita dan seisi otaknya terlalu antik— itu juga yang membuat jalan pikiran mereka tak pernah bisa tersinkronisasi.
Baca selengkapnya
[37] Lolita Minta Diruqyah
Adnan melepas selang air ditangannya saat gerbang rumah Lolita dibuka dari luar. “Assalamualaikum, Pi,” ucapnya menyambut kedatangan papi mertuanya.Fuad yang selama ini tak lagi mendapatkan sambutan pun tersentak hebat. Kaki papi Lolita itu sampai melompat ke belakang saking kagetnya.“Loh! Kamu ngapain Nan?” tanya Fuad.“Nyiram tanamannya Mami, Pi.”“Bukan itu maksud Papi, Nan. Kamu ngapain di rumah Papi?” Seingatnya tidak ada laporan dari sang istri tentang berkunjungnya anak dan menantunya. Apalagi baru kemarin putrinya membuat keributan.“Kamu nggak lagi mulangin Lolita ke Papi kan?”Wajah Fuad memucat. Meski ia memprediksi singkatnya jalinan rumah tangga sang putri, tapi Fuad tak mengira akan secepat ini. Belum juga ada setengah tahun anaknya dipersunting.“Nggak Pi!” jawab Adnan tegas. Kepalanya bahkan sampai menggeleng keras. “Adnan niat awalnya cuma
Baca selengkapnya
[38] Belajar dari yang Biru-Biru
Jeng! Jeng! Jeng! Jeng!“No way! Lolita nggak mau tinggal di rumah Oma Murti!”Penolakan secara tegas Lolita layangkan. Orang tuanya sudah gila. Mereka tahu betapa tidak akurnya ia dengan sang oma, tapi bisa-bisanya malah ingin mengirimkannya ke sana.“Papi sama Mami mau bunuh Loli ya?!”“Pengen Loli mati muda! Iya?!”“Heh, sembarangan aja mulut kamu kalau jeplak Lol!” amuk Kirana. Ia melakukan semua ini juga untuk kebaikan putrinya. Tidak ada orang yang Lolita takuti selain ibu mertuanya. Mengancam dengan mengurangi uang saku pun tak lagi bisa dirinya lakukan. Konon katanya, menantunya memanjakan dompet sang putri sampai membuat mata-matanya meng-iri dengki.“Makanya jadi orang tuh, at least bisa bikin es teh. Boro-boro deh! Semua-semua nggak bisa! Hamil juga nggak mau. Lama-lama dituker tambah kamu sama ibunya Adnan!”“yang bilang Loli nggak mau hamil siapa sih?!” tanya Lolita, ngegas. “Lolita mau-mau aja kok. Masa iya mau nolak rejeki dari Tuhan!”“Nggak ngasih Adnan nafkah batin,
Baca selengkapnya
[39] Can You Feel it?
“Woy, Nan! Tangan lo nutupin mata gue!”Adnan menelan ludahnya kasar. Dengan kakinya, pemuda itu menutup laptop di hadapan mereka. Barulah setelahnya, ia menurunkan tangannya dari wajah Lolita.“Kok ditutup sih?! Kita kan lagi belajar.” Protes Lolita. Ia berniat membuka laptopnya kembali, tapi Adnan bergerak jauh lebih cepat untuk menyingkirkannya.“Kenapa sih? Kamu nggak pengen kita bisa gituan?”Wajah Adnan memerah. Ia bukan tidak ingin melakukannya. Hanya saja, merupakan kali pertama dirinya menonton blue film. Kegiatan intim yang dipertontonkan pengunggahnya itu membuatnya panas dingin tak jelas.“Kita harus banget nonton itu, Yang?” tanya Adnan. Suaranya serak dan terdengar sangat berat.“Kalau nggak nonton, gimana kita tau caranya gituan,” jawab Lolita sembari menggeliatkan dua jari telunjuknya.“atau lo udah pernah nonton sebelumnya?”Jika jawabannya iya, Lolita berpikir untuk terima beres saja. Ia hanya perlu terlentang dan Adnan yang mengerjakan sisanya.“No, aku baru ini non
Baca selengkapnya
[40] Adnan Terpapar Virus Loli
“Morning Abang tercintanya Loli,” sapa Lolita sembari menarik kursi kosong disamping Argam. Lolita menghempaskan dirinya disana lalu memasang senyuman yang membuang Argam muak.“Muka Abang kok kusut amat sih. Semalem begadang ngerjain tugas ya?” timpal gadis yang kini sepenuhnya telah menjadi seorang wanita.“Gara-gara lo!” ungkap Argam tak santai. Ia tidak berniat melindungi adik semata wayangnya. Biar saja kedua orang tuanya tahu kelakuan anak perempuan mereka malam tadi. “Bisa nggak sih kalau lagi gini,” telapak tangannya bertepuk untuk dijadikan simbol, “suaranya nggak usah kenceng-kenceng!”“Tetangga kamar lo perjaka ya!”Papi Lolita kontan menyeburkan kopi hitam didalam mulutnya. Kini ia memahami arti dibalik tepuk tangan penuh emosi anak sulungnya.“Ya Ampun, Loli! Kalian udah uh-ah uh-ah?” tanya mami Lolita dengan senyum mengembang. Wanita yang melahirkan Lolita itu tampak gembira mendapati sang putri telah melakukan perannya sebagai seorang istri.Malu-malu, Lolita menganggu
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status