Semua Bab PELET CINTA LOLITA!: Bab 41 - Bab 50
69 Bab
[41] Bahaya!
“Lolita Cantika!”“Saya!” Lolita mengangkat tangannya tinggi-tinggi. Ia tidak sadar jika dirinya bangkit berdiri setelah namanya dipanggil. Kepalanya menoleh ke kanan dan kiri. Ia mengedikan dagunya, seakan bertanya ada apa kepada teman-temannya.“Lol, duduk lagi!” Di sebelahnya, Melisa menarik-narik ujung kemeja yang Lolita kenakan. Matanya mengedip satu lali.“Saya pikir kamu begitu memperhatikan materi yang saya sampaikan, tidak tahunya saking memperhatikannya kamu sampai tidak dengar saya panggil-panggil! Keluar kamu dari kelas saya!”“Bu saya...”“Tidak ada alasan! Silahkan keluar Lolita Cantika!” Dosen wanita itu mengacungkan jari telunjuknya ke arah pintu kelas. Setiap kata dalam kalimatnya pun seolah mengandung uranium. Tidak mau menurut, maka bersiaplah terkena rudal nuklir.“Lol, cepetan! Ntar sekelas ikutan kena!”Teman sekelasnya mulai ribut. Mereka semua memang tidak setia kawan. Kalau semua kelas terkena imbas dari hukumannya kan malah enak. Mereka jadi kosong 3 sks ke d
Baca selengkapnya
[42] Nggak Panas Kok
“Adnan, lepas!!”“Nggak mau!”“Diliatin orang-orang Adnan!”“Biarin! Kalau mereka punya mata, mereka emang harus liat, Yang.”Budak cinta yang sungguh membagongkan. Dulu dirinyalah yang menempel, mencari-cari keberadaan Adnan. Namun sekarang posisi itu menjadi terbalik.‘Aslik! Gue malu banget!’Ternyata menjadi Adnan dahulu kala sangat tidak enak. Selain rasa malu yang tidak bisa dirinya abaikan keberadaanya, timbul juga perasaan risih dan ingin melayangkan bogem mentah, supaya Adnan sadar dari kegilaannya.“Yang, ikut aku ke ruang BEM. Kita disana aja sambil nungguin jam kelas ke-2 kamu.”“Heh! Ngadi-ngadi! Kena grebek warga kampus, nyaho!”“Nggak bakalan, Yang! Disana kan juga pasti ada anak-anak lain.”Benar juga sih. Anggota BEM kan bukan hanya Adnan, Abangnya dan antek-antek mereka saja. Apalagi anak-anak BEM-Fakultasnya saja lebih suka nangkring di BEM-Universitas. Katanya, disana lebih banyak anak dari berbagai prodi— itu membuat tempat tersebut menjadi lebih seru.Katanya.. L
Baca selengkapnya
[43] Yah, Yang!
“CK! Gini nih kalau kawin lagi anget-angetnya! Bini bar-bar juga dikirannya cilor yang gampang mleyot!”“Abang apa sih! Lebay deh!”Argam berdecih. “Maaf-maaf nih! yang lebay laki lo kali!”Lolita tak membalas. Ia takmemiliki pembelaan karena apa yang dikatakan oleh sang kakak benar adanya.Adnan le- to the- bay (lebay), pake banget!KEEMPATNYA BERTOLAK menggunakan mobil Adnan. Ketika sampai, Lolita dengan tegas melarang Adnan untuk mengikutinya. Gadis itu mengusir para laki-laki agar tidak mengganggu quality time-nya bersama Melisa.“Bilang dulu kamunya mau kemana, Yang.” Adnan ngotot, tak ingin melepaskan Lolita sebelum sang istri mengatakan tujuannya.“Muter-muter Adnan! Masa ya, iya, harus dijelasin. Paham yang namanya nge-Mall, nggak sih?!”“Tauk, aku paham, Yang.” “Nah,” Lolita mencoba menarik lengannya dari genggaman Adnan, “lepasin, cepet! Kamu sama Abang nongki aja sana di Sbuxs.”“Aku ikut ya,” ucap Anya, terdengar memohon.“Apaan sih!” Lolita menyentak.“A
Baca selengkapnya
[44] The Crazy Adnan Family
“Bang Argam!”“Baaang!!” Melisa menyentak membuat Argam menghentikan langkah kakinya.“Why?” tanya Argam. Jari-jarinya tak melepaskan genggaman pada telapak tangan Melisa.“Kacau lo, Bang.”“Kenapa lagi sih?”“Nanya lagi! Abang ngapain pake nyeret-nyeret tangan aku segala, didepan Loli? Katanya mau backstreet?”“Emang mulut lo bisa jaga rahasia ke Loli?”“Ya enggak sih. Kan diantara kita nggak boleh ada dusta,” jawab Melisa, santai. Ia tadi membongkar rahasianya bersama kakak sahabatnya. Sebuah rahasia yang sebenarnya tidak penting juga untuk dirahasiakan.Argam menepuk keningnya dengan tangan yang menganggur. Sudah Argam duga! Mulut adik dan kekasihnya mana bisa diandalkan.“Ya udah kalau gitu. Ngapain lo masih sok-sokan jadiin kita rahasia?”“Ya, kan, lo yang nyuruh. Biar lagaknya aja gitu. Loli juga bilang aman kok, nggak bakalan ngungkit-ngungkit ke lo, Bang.”Tukar tambah kekasih bisa tidak ya?!— Pikir Argam. Ia sudah memiliki adik yang tidak waras, masa harus punya kekasih yang
Baca selengkapnya
[45] When Argam Meet Camer
Argam berlari menuruni anak tangga. Langkahnya terhenti tepat di depan Televisi yang tengah papi dan maminya tonton.“Gam! Minggir! Kamu ngalangin Mami nonton dracin ih!”“Lima menit, Mi!” Argam membuka lebar telapak tangannya. “Argam ada perlu sama Papi.”“With me?”“Iya, Pi.” Angguk Argam.“Tapi Papi ngerasa nggak punya perlu sama kamu tuh, Gam..”Bibir Argam pun berkedut. Ia hanya ingin meminjam mobil papinya untuk pergi ke rumah Melisa. Jika saja papinya merupakan sosok yang teledor dalam menyimpan barang, ia tidak akan seperti ini— tepatnya mempermalukan diri sendiri.“Ah, anak ini! Itu tokoh laki-lakinya mau kiss si cewek! Awas-awas!” sang mami melambaikan tangannya. Layaknya pecinta drama-drama asia, beliau cukup antusias kala adegan romantis ditampilkan.“Pi, anak kamu! Jangan sampe kalian berdua tidur di teras!” ancam mami pemuda itu membuat Argam menyingkir beberapa langkah ke samping kiri.“Malem-malem gini ada perlu apa sih, Gam? Nggak bisa besok aja? Kamu ganggu quality t
Baca selengkapnya
[46] DUAR!
“Morning Loli kesayangannya Ibu..”“Pagi cucu cantiknya, Oma.”“Mukanya kok keliatan nggak fresh. Kurang boboknya?” tanya Tatiana. Perempuan itu menuangkan susu ke dalam gelas lalu meletakkannya dihadapan Lolita.“Abangnya Loli dari semalem berisik, Bu. Kayaknya putus cinta sama sahabatnya Loli.”“Yah, kirain kamu kurang bobok karena anak Ibu.”“Eh?” pekik Lolita. ‘Maksudnya apa nih?’ Perempuan muda itu lalu melanjutkan tanda tanya-nya dalam hati. Ibu mertuanya tidak sedang berpikir yang, ‘iya-iya kan?’ Secara masih terlalu pagi untuk berkotor-kotor-ria.“Kamu nih, Ti. Mereka kan masih muda. Masih proses belajar dan menyesuaikan diri. Emangnya cucu Mama, kamu..Nyosor Khoir mulu.”“Wah, Mama! Fitnah aja kerjaannya.” Dengus Tatiana. “Sayang, jangan dengerin Oma kamu, Ibu tuh orangnya nggak rendahan. Ayah emang ganteng, tapi ya nggak gitu juga.”Khoiron yang disebut-sebut pun hanya melirik sang istri dari balik layar ponselnya. “Ehem.. Kalau ketemu berantem mulu kayak kucing sama tikus.
Baca selengkapnya
[47] Ayaaaang! Jangan Lari!
“Anying-lah!”“Kenapa, By?” tanya Adnan melirik Lolita yang tampak kesal usai memainkan telepon genggamnya.“Kelasku kosong! Tau gini berangkat siang aja aku!” dumel Lolita membuat Adnan terkekeh. Pria itu mengacak rambut sang kekasih. Adnan pikir ada masalah serius apa sampai istri cantiknya mengumpat tiba-tiba. “Ya udah, kamu nongki-nongki aja bareng Melisa. Nanti aku tambahin uang jajannya biar cukup sampe jam ke-2.” Ucap Adnan membawa angin segar untuk jiwa nelangsa Lolita.“Bener ya?” “Iya, By. Apa sih yang nggak buat kamu..” Sekali lagi Adnan mengacak pangkal rambut Lolita.Dibelakang keduanya, tepatnya segaris lurus dengan kursi yang Adnan tempati, tampak sepasang telapak tangan terkepal. Gadis yang menumpang pada mobil Adnan itu meradang melihat interaksi kedua manusia di depannya. Sepanjang perjalanan menuju kampus, eksistensinya seakan tak dianggap ada. Adnan yang dirinya ikuti bahkan tak mengajaknya mengobrol, meski itu hanya sekedar basa-bas
Baca selengkapnya
[48] Pembuktian Cinta Argam
“Gece, Bang!”Argam menelan kasar air liurnya. Ia sudah menyanggupi tantangan Melisa. Tak ada jalan lagi untuk mundur. Ia memang harus melakukan apa yang Melisa perintahkan agar tidak ditinggalkan.“Ah, lama!”“Mel!” Argam mencekal pergelangan Melisa, tak membiarkan Melisa beranjak. “Sabar! Persiapan bentar.” Ucapnya, beralasan.Fiuh!Bersama dengan napas yang dirinya hembuskan, kini Argam sepenuhnya siap.“Bismillah,” lontar Argam membuat Melisa memutar bola matanya.“Nggak sekalian baca doa makan lo, Bang?! Tumbenan amat kayak orang mau berangkat perang!” nyinyir Melisa. Dimatanya, Argam terkesan seperti tengah mengulur-ngulur waktu.“Mel..” Argam memelas. Ia menatap Melisa dengan bibir yang sedikit mengerucut.“Ya udin! Cepetan! Panas nih disini!”Argam menghitung mundur dalam hati. Pada hitungan terakhir, ia mulai mengangkat pengeras suara yang dirinya pinjam.“Halo, Halo, Bandung! Ibu Kota.. Argh!” jerit Argam. Ia melirik kaki kanannya yang tertindih oleh sepatu milik Melisa.“Sa
Baca selengkapnya
[49] Hari Gini Nggak Ke Dukun?!
“By..”Adnan melambaikan tangannya, memanggil sang kekasih hati yang berada tak jauh darinya.“Lo langsung caw, Nan? Nggak nongkrong-nongkrong dulu?”Adnan mengangguk. Pemuda itu menepuk pundak Farhan, “yang kita lakuin dari tadi apaan kalau bukan nongkrong?” celotehnya membuat Farhan menganga.‘Are you kidding me?’ Sahabat terdekat Adnan itu melontarkan pertanyaannya melalui sebuah tatapan.Nongkrong macam apa yang Adnan maksud? Jika itu berleha-leha sembari menunggu kelas adik junior mereka selesai, maka mengantarkan maminya berbelanja ke pasar, juga bisa disebut nongkrong sekarang. Adnan terkekeh. Ia dapat membaca tatapan yang Farhan layangkan padanya. “Main aja ke rumah. Nyokap pasti happy.” Ucapnya lalu memberikan tepukan terakhir sebagai salam perpisahan. Hal tersebut juga dirinya lakukan pada Tama dan Nando.“Makin bucin aja gue liat,” seloroh Tama. Ketiganya menatap punggung Adnan yang berlari menghampiri Lolita. “Perasaan dulu anti banget sama fans-nya yang itu,” timpalnya,
Baca selengkapnya
[50] Najis Tralala-Trilili!
“Nan, itu si Tapasyong bukan sih?”Lolita melepaskan sabuk pengaman yang melingkupi tubuhnya. Ia bergerak maju, mencoba memastikan jika indera penglihatannya tak salah tangkap.“Iya, Njir!” Pekiknya sembari memukul dashboard mobil.“Kok dia udah nyampe sini aja, sih?!” gerutu Lolita.Mereka yang pulang terlebih dahulu saja belum sempat melewati gerbang rumah, tapi gadis itu malah sudah menyetor muka pada kedua orang tua Adnan.“Elah, mana pas banget, ibu lagi nyambut Bapak. Malesin deh!” Lolita menghempaskan tubuhnya. Ia kesal. Apa coba maunya tetangga Adnan ini?! Pulang kuliah bukannya langsung ke rumahnya sendiri, eh, malah berhenti di rumah orang lain.“Fans kamu nggak ada yang bener! Bikin bad mood aja!”“Maaf,” ucap Adnan, lirih.Adnan memarkirkan mobilnya tepat disamping milik Khoiron. “Mau dibukain, By?” tanya pemuda itu setelah menekan tombol pengunci pintu mobil.“Bisa sendiri!” jawa Lolita, ketus.Adnan menghela napasnya pendek. Dalam hati, pemuda itu beristighfar. Lagi-lagi
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status