All Chapters of Dibuang Suami Kere, Dinikahi Dokter Tajir : Chapter 91 - Chapter 95
95 Chapters
Bab sembilan puluh satu
"Awas kalau kamu berani buka mulut. Jika kamu berani buka mulut, maka kamu akan di penjara dan dijatuhi hukuman gantung! Mau kamu, ha!" ujar wanita tersebut dengan nada suara lembut tapi penuh penekanan dan ancaman."Ti_tidak, Nya..., Saya tidak berani," ucap pelayan itu dengan rasa takut yang amat dalam."Bagus. Sekarang lakukan pekerjaanmu! Jangan terlalu dipikirkan! Anggap tidak pernah terjadi apa-apa! Paham, kamu." "Paham, Nyah."Nyonya Sulastri berlalu meninggalkan dapur untuk bergabung lagi dengan keluarga yang lain.Bu Desi yang berada di kamarnya merasakan kantuk yang amat berat. Tidak seperti biasanya. Biasanya setelah dia meminum obat herbal itu, keringatnya keluar, dia juga jadi bersemangat menjalani aktifitas sehari-harinya. Tidak seperti hari ini. Matanya benar-benar mengantuk tidak tertahan."Mungkin aku kelelahan dan kurang tidur karena seharian aku hanya menangis memikirkan
Read more
Bab sembilan puluh dua
"Sabarlah, Nak. Ibumu sudah tenang, jangan buat dia tidak tenang meninggalkanmu." Nyonya Sulastri membelai rambut Silvia. Namun yang dibelai tidak lagi merasakan kehangatan mertua yang sudah zalim. Malahan, dia curiga kematian ibunya ada hubungannya dengan mertuanya. "Aku akan cari tahu, Ma. Jika terbukti Mama terlibat dengan kematian ibuku, tidak ada maaf untukmu, Ma. Akan aku penjarakan kamu," batinnya. Dia sempat melihat kerlingan mata mertuanya itu kepada pelayan yang menangis tanpa henti. Jika tidak ada sesuatu, tangis pelayan itu tidak akan mengganggunya."Nak, sebaiknya sekarang kita urus pemakamannya," ucap Pak Hermansyah."Iya, Nak. Ikhlaskan kepergian ibumu, lebih baik kita urus pemakamannya sekarang," sambung Bu Iyes dengan lembut kepada Silvia.Silvia tidak bisa menahan pilu. Dia masih ingat bagaimana perjuangan ibunya dalam melawan penyakit kankernya. "Ibuku ingin hidup lebih lama lagi, dia sangat bersemangat untuk kesembuhannya. Tidak mungkin dia pergi secepat ini," rat
Read more
Bab sembilan puluh tiga
Dia segera berbalik, dengan menautkan kedua alisnya dia bertanya. "Apa maksud Papa bicara seperti itu, Pa? Kenapa Papa menuduh mama seperti itu? Jika orang lain mendengar, mereka akan mengira itu benar, Pa! Jangan ulangi lagi bercanda seperti itu, Pa! Gak lucu...." Dia berpura-pura marah untuk menutupi ketakutannya.Setelah membuang napas kecil Pak Efendi berkata. "Maafkan Papa. Tapi ingat, Ma. Jika Mama terlibat, Papa akan lepas tangan." Efendi Kusuma pun berlalu meninggalkan Nyonya Sulastri yang sudah berkeringat dingin. Bergegas dia membuka pintu kamar, lalu masuk dan menutup daun pintunya lagi. Dia mondar mandir mencari ide untuk lepas dari masalah kematian ibu kandung Silvia."Semua gara-gara pelayan itu. Jika dia tidak terlihat mencurigakan, pasti Silvia tidak akan memanggil Dokter forensik," gerutunya.Sementara Silvia masih menangisi ibunya yang sudah diangkat oleh dua orang petugas rumah sakit. Silvia bertekat untuk menghukum orang yang sudah sengaja menghilangkan nyawa ibuny
Read more
Bab sembilan puluh empat
Begitu Silvia sampai di rumahnya, dia merebahkan badan di sofa empuknya. Suasana berkabung masih begitu terasa. Semua kerabat dan keluarga masih berada di kediaman Silvia.Semua orang yang ada di ruangan itu hanya diam. Tak ada seorang pun yang bersuara. Hanya angin kesedihan yang memenuhi ruangan itu. Dari pancaran mata mereka semua Silvia menangkap ada kejanggalan. "Tidak mungkin mereka semua bersedih seperti seperti ini karena kehilangan ibu kandungku. Ada apa ini? Sepertinya ada masalah lain, dari raut wajah mereka juga ada kecemasan yang ingin mereka tunjukkan," batin Silvia.Silvia tidak mau hanya menerka tanpa tahu apa yang sedang terjadi. Akhirnya dia memutuskan untuk bertanya kepada ibunya, yaitu Bu Iyes. Karena sekarang ini hanya Bu Iyeslah orang yang bisa dia percaya. "Bu. Ada apa ini? Kenapa aku melihat semua orang seperti yang aneh gitu?"Sebelum menjawab pertanyaan Silvia, dia melihat lagi ke wajah semua orang, lanjut ke suaminya dan kembali menghadap ke Silvia yang se
Read more
Bab sembilan puluh lima
Begitu Silvia sampai di rumahnya, dia merebahkan badan di sofa empuknya. Suasana berkabung masih begitu terasa. Semua kerabat dan keluarga masih berada di kediaman Silvia.Semua orang yang ada di ruangan itu hanya diam. Tak ada seorang pun yang bersuara. Hanya angin kesedihan yang memenuhi ruangan itu. Dari pancaran mata mereka semua Silvia menangkap ada kejanggalan. "Tidak mungkin mereka semua bersedih seperti seperti ini karena kehilangan ibu kandungku. Ada apa ini? Sepertinya ada masalah lain, dari raut wajah mereka juga ada kecemasan yang ingin mereka tunjukkan," batin Silvia.Silvia tidak mau hanya menerka tanpa tahu apa yang sedang terjadi. Akhirnya dia memutuskan untuk bertanya kepada ibunya, yaitu Bu Iyes. Karena sekarang ini hanya Bu Iyeslah orang yang bisa dia percaya. "Bu. Ada apa ini? Kenapa aku melihat semua orang seperti yang aneh gitu?"Sebelum menjawab pertanyaan Silvia, dia melihat lagi ke wajah
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status