All Chapters of Kau Bisa Apa Tanpaku, Mas?: Chapter 31 - Chapter 40
84 Chapters
Kenapa mereka berubah lagi?
"Mempermalukan? Maksudnya, gimana, sih?" tanya Bian kebingungan. "Mas nggak ngerti.""Mbak Najwa menuduh aku pencuri di depan teman-teman aku, Mas!" jawab Salma."Teman-teman kamu? Kok bisa? Memangnya, kalian kapan ketemunya?"Duh! Sepertinya Salma terlalu gegabah dalam mengambil keputusan. Jika sudah begini, bisa-bisa malah dirinya yang akan dimarahi karena meninggalkan Bu Jannah seorang diri di rumah."Tadi siang, di tepi sawah resto, Mas!" jawab Najwa mewakili."Tepi sawah resto? Kok, kamu bisa sampai di sana, Salma? Terus, Ibu sama siapa pas kamu tinggal? Sendirian?" Bian menatap istri keduanya dengan tatapan tajam."I-itu... Aku udah ijin kok sama Ibu sebelum pergi," cicit Salma beralasan."Jangan bohong!" hardik Bian.Urusan keselamatan dan kenyamanan sang Ibu, Bian tak pernah mau toleransi dengan siapapun itu. Termasuk, Salma sekali pun."Beneran, Mas! Kalau nggak percaya, Mas bisa tanya Ibu, kok.""Oke, aku akan tanya Ibu," angguk Bian yang cepat-cepat melangkah menuju ke kama
Read more
Jual mobilmu!
"Mana sertifikat rumahnya, Sayang?"Bian sudah tak sabaran. Secepatnya, dia harus mendapatkan uang supaya bisa melunasi biaya operasi sang Ibu."Ini, Mas," kata Salma. Ditangannya terdapat sebuah map berwarna merah.Bian dengan mata berbinar hendak mengambil map tersebut. Namun, Salma malah dengan sengaja menjauhkan benda tersebut dari jangkauan Bian."Sebelum Mas ambil sertifikat ini, Mas harus janji dulu!" ucap Salma mengajukan syarat."Janji apa lagi sih, Sayang?""Mas cuma boleh mengambil uang sesuai dengan kebutuhan biaya rumah sakit Ibu. Selebihnya, harus Mas setor semua sama aku."Pria di hadapannya menghela napas panjang. "Itu sudah pasti, Sayang! Pokoknya, berapa pun sisanya, akan Mas berikan semua sama kamu."Wajah Salma tersenyum cerah. Dia sudah membayangkan akan melakukan banyak hal jika uang sudah berada di tangan.Shopping, perawatan dan mungkin liburan. Semuanya sudah tertata rapi dalam rencana menyenangkan Salma."Ya udah, Mas! Berangkat sekarang, yuk!""Ayo."Suami i
Read more
Bian bingung
"Pokoknya, aku nggak mau kalau mobil kamu sampai dijual, Mas! Aku nggak rela. Cuma itu satu-satunya harta yang bisa kita banggakan!"" pekik Salma kalut."Makanya, kalau mau jadi pelakor, cari tahu dulu yang betul! Jangan sampai kamu tertipu dari casing luarnya saja!" sindir Najwa."Diam kamu, Mbak!" hardik Salma sambil mengepalkan kedua tinjunya."Ini rumahku! Terserah aku dong, mau bicara atau diam."Huh! Salma semakin bertambah kesal. Kakak madunya terus menunjukkan kekuatan yang membuat Salma semakin terlihat kecil.Tak hanya memiliki harta, kini Najwa semakin unggul berkat penampilan cantiknya yang telah kembali. Ditambah lagi, sekarang wanita itu juga sudah bekerja sehingga tak perlu bergantung pada siapapun untuk membiayai hidupnya.Tentu berbeda jauh dengan Salma, yang hanya mampu bergantung pada laki-laki. Sayangnya, dia keliru dalam memilih suami."Wa! Tolonglah! Kamu itu masih istriku! Sudah menjadi kewajiban kamu untuk menolong aku disaat kesusahan seperti ini." Bian memela
Read more
Hati yang bimbang
"Ck! Mbak Salma gimana, sih? Masa' tamu malah disuruh masak sendiri? Nggak sopan!" gerutu Neti dengan kesal."Mas, ini gimana?" tanyanya pada sang suami. "Aku malas kalau cuma makan mie instan."Tak ada jawaban. Suaminya masih melongo, memikirkan kerlingan mata sang kakak ipar yang begitu menggoda."Mas?" tegur Neti. "Woy, Mas! Kok kamu malah bengong?""Hah? apa?" Dika kelabakan. Dia kaget karena Neti tiba-tiba menepuk lengannya dengan keras."Kamu dengerin aku apa enggak, sih?""Ka-kamu bilang apa?" tanya Dika gelagapan. "A-aku tadi nggak fokus soalnya perutku udah sakit banget."Mata Neti seketika memicing curiga. "Nggak fokus karena lapar, atau nggak fokus karena lihat penampilan seksi Mbak Salma?"Mata Dika sedikit melebar. Dia agak terkejut karena sang istri bisa menebak dengan tetap sasaran apa yang ada didalam kepalanya."Mana mungkin Mas seperti itu, Sayang!" sangkal Dika. "Mau seseksi apapun penampilan wanita lain dihadapan Mas, tetap nggak ada yang bisa mengalahkan keseksian
Read more
Jalan satu-satunya
"Wa! Sini dulu, kamu!" hadang Bian didepan pintu rumah saat melihat Najwa datang. Dengan sedikit memaksa, Bian menarik tangan Najwa ke samping rumah."Ada apa sih, Mas?" tanya Najwa."Kamu ngapain dandan cantik waktu ke kantorku tadi? Sengaja, ya, untuk tebar pesona didepan rekan kerja aku?"Dari sorot mata Bian, Najwa dapat melihat sepercik api kecemburuan didalam sana."Kamu ini aneh, Mas! Jelas-jelas dandananku biasa-biasa aja, malah kamu tuduh yang enggak-enggak. Sudah aku jelaskan, kalau aku ke kantor kamu untuk menemani atasanku meeting sama Pak Kelvin. Tapi, kenapa kamu masih curiga?"Bian memindai penampilan Najwa dari atas ke bawah. Terutama, pada bagian wajah.Benar kata Najwa. Dia tak memakai riasan berlebihan pada wajahnya yang memang sudah mulai glowing."Sebaiknya, kamu berhenti kerja aja, Wa!""Berhenti kerja?" Najwa malah tertawa. "Kalau aku berhenti kerja, yang mau nafkahin aku, siapa, Mas?"Bian tergeragap. Benar juga apa kata istri pertamanya itu. Siapa yang akan me
Read more
Permintaan Bian
Bian tak punya jalan lain lagi. Akhirnya, dia merelakan mobil yang selama ini dia bangga-banggakan demi membayar biaya rumah sakit sang Ibu.Meski tak seberapa, tapi setidaknya bisa melunasi hutang pada pihak rumah sakit."Sekarang aku sudah nggak punya apa-apa lagi," lirih Bian yang termenung meratapi nasibnya."Kenapa, Bro?" tegur Deden.''Nggak apa-apa. Cuma masih mikirin mobil yang udah diambil alih sama sepupu lu.""Lo nggak ikhlas, tuh mobil Lo over kredit?""Bukannya nggak ikhlas, cuma... ngerasa sayang aja.""Nggak apa-apa lah, Bro! Gue doain, semoga rezeki lo bisa lancar lagi kayak dulu dan Lo secepatnya bisa punya mobil baru lagi.""Ya, makasih doanya, Bro!" ucap Bian yang merasa terhibur dengan kata-kata Deden."Jangan lupa, minta doa juga sama kedua bini Lo. Doa istri itu mustajab banget, loh!""Apa iya?" tanya Bian tak percaya. Andai doa istri memang mustajab, kenapa hidup Bian malah penuh dengan masalah seperti ini? Bukankah, di rumah ada dua orang istri yang mendoakanny
Read more
Rayuan maut
"Maaf, Mas! Aku nggak bisa," tolak Najwa halus. "Besok aku harus berangkat pagi-pagi untuk ke kantor. Ada meeting penting yang mesti aku hadiri bersama atasan aku.""Kamu kan bisa berangkat dari sini, Sayang!" bujuk Bian. Demi Tuhan, dia tak mau sendiri dalam menghadapi cobaan ini."Terlalu ribet, Mas! Apalagi, rumah sakit ini lumayan jauh dari kantor aku. Aku takut kejebak macet kalau berangkat dari sini.""Kamu bisa berangkat lebih subuh, Sayang!""Sekali lagi, maaf, Mas! Tapi, kalau berangkat di waktu subuh, justru aku lebih takut lagi. Mas tahu sendiri, kalau akhir-akhir ini, banyak kasus pembegalan yang terjadi di kota kita, kan.""Tapi... aku nggak tahu mesti gimana lagi, Wa! Kalau seumpama Ibu sadar dan butuh sesuatu, gimana? Sementara, Mas nggak tahu mesti ngapain karena selama ini jarang ikut merawat Ibu sama kamu.""Mas bisa panggil perawat!" jawab Najwa. "Mereka pasti bersedia bantuin Mas Bian, kok."Bian menghela napas berat. Dia menyerah. Memaksa Najwa untuk tetap tinggal
Read more
Kau, yang tak bisa hidup tanpaku, Mas!
"Wa, sudah pulang?" sapa Bian begitu manis. Dia bahkan sengaja menunggu Najwa didepan pintu."Kelihatannya, gimana, Mas?" balas Najwa dingin. Dia melangkah masuk ke dalam rumah tanpa mempedulikan Bian sama sekali."Wa, Mas mau bicara penting sama kamu," ucap Bian yang berusaha mengejar langkah Najwa."Bicara apa?""Lebih baik kita duduk dulu! Ini penting!"Najwa menarik napas panjang. Wanita itu menghentikan sejenak langkahnya."Aku mau mandi lalu sholat Maghrib dulu, Mas. Apa Mas bisa menunggu?"Lelaki itu tersenyum kikuk. Ah, dia lupa bahwa waktu Maghrib hampir tiba. Maklum, dia sudah lama meninggalkan ibadahnya semenjak mengenal Salma kembali."Oke, kalau gitu. Mas tunggu kamu di ruang tamu," balas Bian.Najwa mengangguk singkat. Dia pun, ingin membicarakan sesuatu kepada Bian. Perempuan berhijab itu masuk ke dalam kamarnya.Walau selalu terlihat kuat, sejatinya dia sudah merasa sangat lelah dengan kondisi rumah tangganya yang sudah nyaris benar-benar karam."Segalanya harus cepat
Read more
Benar-benar diusir
Najwa masuk ke dalam kamar sambil beristighfar berkali-kali. Tadi, dia terlalu sombong dihadapan Bian. Hal, yang menurut Najwa, tak sepantasnya dia lakukan."Maafkan Hamba ya, Allah!" gumam Najwa tertunduk.Tadi, Bian masih terus bersikeras untuk tak bercerai. Dia bahkan memohon agar Najwa mau memberinya kesempatan untuk membuktikan diri.Sayangnya, Najwa sudah tak peduli. Mau apapun yang Bian katakan, Najwa tak ingin menurut lagi. Sudah cukup, selama ini dia bersikap bodoh. Dia harus bersikap pintar demi menyelamatkan hatinya sendiri.Karena... jika bukan dirinya sendiri, lantas siapa lagi yang akan peduli pada perasaannya?"Ingat, Mas! Beberapa hari lagi, kamu harus angkat kaki dari sini!" peringat Najwa sebelum meninggalkan Bian sendirian di ruang tamu.*******Hari yang tak diharapakan Bian akhirnya tiba. Kebetulan, ini akhir pekan. Jadi, baik Bian maupun Najwa sama-sama tidak berangkat kerja."Wa, tolong pertimbangkan lagi! Apa kamu benar-benar tega mengusir aku dari sini? Aku ma
Read more
Ke rumah Neti
Salma menghentakkan kakinya dengan keras. Dia sangat tersinggung dengan ucapan Ibu-ibu tadi."Mas, kamu kok malah biarin Ibu-ibu itu ngehina aku, sih?""Ck, buat apa meladeni ucapan tetangga, Salma? Yang lebih penting sekarang, kita harus cari tempat untuk berteduh dulu.""Ya, itu urusan kamu, Mas!" sahut Salma sambil melipat kedua tangannya. "Harusnya, kamu itu tetap bersikeras bertahan dirumah Mbak Najwa. Kan, di rumah itu, kamu juga ada hak, Mas!""Ck, bisa diam tidak, sih?" bentak Bian. Kepalanya terasa hampir meledak saking kerasnya dia berpikir untuk mencari solusi."Huh! Aku lagi yang kena marah," omel Salma."Semuanya gara-gara kamu juga! Andai dulu kamu tidak mendesak Mas untuk membawa kamu kemari, nggak mungkin Najwa jadi marah dan bikin hidup kita jadi sial kayak gini!"Mata Salma mendelik. Setelah semua jadi sekacau sekarang, kenapa malah dia yang disalahkan?"Eh, Mas! Mas jangan lupa, ya! Aku maksa tinggal di sini juga karena kamu, Mas! Kamu yang selalu koar-koar didepan
Read more
PREV
1234569
DMCA.com Protection Status