All Chapters of Sentuhan Panas Dokter Dingin: Chapter 61 - Chapter 70
77 Chapters
Bab 61
"Ya ampun ... fokus Rum, fokus, istighfar yang banyak," batin Ruma memperingatkan.Dia tersadar akan kesalahannya. Bisa-bisanya dalam keadaan genting begini sampai tidak ngeh dengan pasien. Calon dokter macam apa Ruma ini?Wanita itu langsung sigap ikut menangani pasien. Baru ngeh ternyata luka Rasya sepertinya parah. Pria itu terdengar merintih kesakitan. "Rum, tensi dan hitung frekuensi tekanan jantungnya, biar aku cek yang lainnya!" titah Dokter Raja menginterupsi."Siap Dok!" jawab perempuan itu dengan sigap mengukur tekanan darah pasien."Aww ... sakit!" seru Rasya merasakan kakinya seperti remuk. Darah segar keluar dari robekan di bagian bawah lututnya. Pria itu tidak bisa menggerakan kakinya dengan leluasa dan terasa sakit sekali. Sementara Vina membersihkan luka di wajahnya. Pelipis pria itu robek akibat terkena benturan, kemungkinan kecelakaan tadi mengenai sesuatu yang keras. "Jahit lukanya, Rum!" titahnya cepat.Ruma lebih dulu membersihkan lukanya lalu menyuntikkan bius
Read more
Bab 62
"Mm ... ada apa, kenapa manggil?" tanya Ruma jadi tidak enak. Lebih lagi sedang ditunggu kedua sahabatnya. Jadi, merasa sedikit terburu-buru. "Tadi sih iya, sekarang udah nggak," jawab pria itu mendadak ngeselin. Sumpah demi apa, Ruma ingin hih wajahnya yang sok cool itu. Ini dokter kenapa sih mendadak sensi begini?Ruma terdiam beberapa detik, mencerna perkataan Raja yang tak biasa. Karena darinya juga tidak ada perkataan lagi, wanita itu pun memilih untuk pamit dari ruangan itu. Masih banyak urusan juga. "Kalau tidak ada urusan, Ruma permisi Dok," ucap wanita itu pada akhirnya. Wanita itu berbalik hendak meninggalkan ruangan itu tanpa persetujuannya. "Rum!" Baru mau beranjak, suara Dokter Raja kembali memanggil. Spontan Ruma berbalik."Iya kenapa, Dok?" tanya Ruma mendadak deg degan. Perasaannya mulai tidak enak. "Duduk sebentar, aku angkat telfon dulu" jawab pria itu malah ditinggal menerima panggilan yang entah dari siapa.Ruma bingung sendiri, tetapi ia menurut walau dalam ha
Read more
Bab 63
Mau tidak mau Ruma makan di bawah pandangan Dokter Raja. Ya walaupun sebenarnya malu, tapi calon anaknya minta diberikan nutrisi. Jadi, tetap makan walau dengan gaya sok jaim nan kalem. Keduanya makan dengan khusuk, tak ada suara sama sekali. Sama-sama menikmati nasi kotak di depannya. Ruma mengambil botol air mineral yang tersedia di meja. Namun, wanita itu mendadak kesulitan membukanya. Kenapa mendadak tidak berdaya di depan pria itu. Padahal berani sumpah dia sedang tidak meminta perhatiannya. Melihat tangan Ruma yang tengah bekerja keras, refleks pria itu merampas dari tangannya. Gerakan tangan Raja sekali putar langsung membuat seal itu terbuka. Pria itu mengembalikan ke tempat semula agar Ruma mudah meraihnya. "Makasih," ucap wanita itu lalu mengambilnya. Minum dengan hati-hati, takut kesedak karena pikirannya mendadak oleng mendapatkan perhatian lebih dari dokter pembimbingnya. "Mau nambah?" tawar Raja mana tahu perempuan yang tengah mengandung anaknya itu masih lapa
Read more
Bab 64
Raja terdiam, mencerna perkataan Rina yang cukup mencuri perhatiannya. Mungkin juga gegara perkataan Rina tadi membuat Ruma sedikit tersinggung. Kenapa Rina selalu berkata seolah-olah dia menatap keduanya sebagai pasangan selingkuh. Mungkinkah perempuan itu tahu sesuatu? Sangat mencurigakan. Walaupun Raja tidak bisa asal menuduh tanpa bukti akurat. "Tunggu!" seru pria itu menghentikan langkah Rina yang hampir beranjak. "Dokter manggil saya? Kenapa?" tanya wanita itu setelah berbalik dengan tatapan sinis. "Apakah menuduh tanpa bukti itu dibenarkan? Kenapa bisa menyimpulkan perkataan secetek itu. Seharusnya akan lebih baik jika Anda menjaga perkataannya." Sebenarnya Raja malas sekali meladeni jenis perempuan seperti ini. Namun, mendadak terpancing rasa penasaran yang cukup signifikan. "Dokter perlu bukti apalagi? Sudah jelas sering menghabiskan waktu berdua di luar begini. Aku yakin sekali dulu Ruma hamil juga anakmu. Ya walaupun sayang sekali harus keguguran sebelum sempat ter
Read more
Bab 65
"Ayo saya antar, jalan lumayan jauh loh.""Dokter kenapa ada di sini?" tanya Ruma penuh selidik. Kenapa bisa kebetulan sekali bertemu dengannya."Ya kebetulan lewat aja," jawabnya disusul seulas senyum."Mau belanja juga?" tanya Ruma demi melihatnya menuju toko biru."Iya, eh nggak jadi. Perutnya ada rasa sakit kah? Ngeflek? Atau mau sekarang aja kita ke rumah sakit," tawar pria itu terdengar khawatir."Nggak Dok, Ruma sehat. Nggak sakit perut juga. Aman," jawab Ruma cepat. Agak lain memang satu dokter ini."Kok beli pembalut?" tanya pria itu sungguh penasaran plus kepo."Dokter ngintip ya." Ruma terdengar mencebik diiringi rona malu dan dumelan kecil."Nggak, tadi kebetulan lihat pas masuk keranjang.""Lah kok bisa? Emang Dokter dari dalam? Bukannya baru ketemu tadi di depan.""Ya, maksudku di kantung kresek itu. Jelas menerawang," tunjuk Dokter Raja cepat meralatnya."Ayo naik, biar kuantar. Harus sampai kosan dengan selamat.""Nggak usah Dok, dekat kok jalan kaki aja.""Sekalian ja
Read more
Bab 66
"Rum, gimana? Pucet banget?" tanya Vina dan Mesya yang sudah menunggu di luar. Kedua rekannya itu sangat penasaran dengan hasilnya. Apalagi Ruma keluar dengan wajah murung.Ruma diam saja sembari berlalu meninggalkan keduanya yang sudah kepo akut. Hingga membuat keduanya menduga-duga."Jangan-jangan?" Vina dan Mesya saling bertukar pandang. Sejurus kemudian bergegas menyusulnya."Waduh, ngulang dong di Stade bedah, ngeri amat," ujar keduanya berjalan cepat mengekornya."Ruma! Yang sabar ya, nggak apa-apa kok, kadang kesuksesan berawal dari kegagalan. Jadi, mungkin ini ujian," ujar wanita itu puk-puk punggungnya ikut prihatin."Apa sih Vina, hasilnya kan masih belum tahu, cuma lagi mikir," sahut Ruma merengut. GGegara ditodong ketemu sama umminya Pak Dokter, mendadak Ruma masuk angin duluan sebelum berjumpa. Panas dingin tak karuan. Yang jelas takut sekali kalau keluarganya mengospek dirinya masalah kehamilannya. Walaupun Ruma tidak yakin kalau Dokter Raja tahu dirinya masih mengandun
Read more
Bab 67
"Zira bentar ya," ucap Ruma mengingat mobil Rasya belum beranjak. Dia takut pria itu akan mengikutinya. Kenapa berpikir demikian, karena pria itu bisa salah paham kalau tahu dia pergi ke rumah Raja. Apalagi untuk jamuan makan malam. Ruma tidak ingin ada kerikil-kerikil tajam yang nantinya akan menghambat proses perceraiannya. Biarkan mereka berpisah dengan damai, tanpa ada yang disakiti atau tersakiti. Walau kenyataannya pasti ada hati yang sudah tersakiti. Ruma juga takut jika kedekatannya dengan Raja akan membuat reputasi keluarga tersohor itu tercemar. Lebih-lebih memang benar dia tengah mengandung anaknya. "Kak, tunggu apa lagi? Ada yang mau diambil atau ketinggalan?" tanya wanita berparas cantik itu memastikan. "Nggak, kamu bawa mobil sendiri?" tanya Ruma hanya ingin tahu saja. "Nggak, sebenarnya sih ada yang nyupirin, kita nanti bisa duduk di belakang bareng." "Oke, tidak ada yang ketinggalan." Ruma akhirnya masuk ke mobil Zira dan berharap Rasya segera pergi. Pere
Read more
Bab 68
Sudah seperti terdakwa saja yang tengah berjuang di meja sidang. Mendadak Ruma menjadi pusat perhatian seluruh ruangan. Ya jelas, la wong dia tamu spesial Umma Marsha hari ini. Demi si sulung yang katanya tidak bisa tidur tenang karena memikirkan dia yang berstatus masih istri orang.Ruma duduk sembari menundukkan pandangan. Hatinya menduga-duga dengan jantung rancak tak beraturan. Padahal hanya ada Ruma dan Ummi Marsya di ruangan itu, sebab yang lainnya di ruangan sebelah. Tapi, wanita itu tidak bisa menyembunyikan kegugupannya.Keluarga Abi Zayyan Sengaja memberikan ruang untuk Ruma agar nyaman ngobrol berdua dengan Ummi. Walaupun kelihatannya baik banget, tetap saja Ruma merasa takut."Ummi, titip, kalem aja, dia kaburan loh Mi, nanti Raja repot bujuknya," bisik pria itu lalu beranjak. Berkedip lembut memberikan kode cantik untuk ibunya.Ummi Marsya tersenyum gemas mendengar pesan putranya. Andai saja masalahnya tidak serumit ini, sudah pasti keduanya dinikahkan secepatnya. Putrany
Read more
Bab 69
"Mmm ... boleh nggak ummi, kalau Ruma jawabnya nanti saja," ucap perempuan itu galau. Mana bisa memutuskan keputusan sepenting itu langsung iya-iya saja. Dia harus memikirkan matang-matang. Ruma juga harus meminta pendapat kedua orang tuanya. Apalagi ini mengenai pendamping hidup. Walaupun yang pertama sepenuhnya pilihan kedua orang tuanya dan menyebabkan kegagalan. Bukankah jodoh memang sudah digariskan. Abi Zayyan dan Umma Marsha saling bertukar pandangan. Sepertinya Ruma sangat berhati-hati dalam mengambil sebuah keputusan. Dia kelihatan masih ragu dan keluarga Raja pun memaklumi itu. Hanya Raja yang nampak diam. Tidak apa juga kalau tidak dijawab sekarang. Yang penting kan endingnya tetap pada suatu tujuan. "Tidak apa-apa, kami paham kok. Ummi minta nomor HP kamu ya, besok kita jadi ketemuannya." "Iya, Ummi," jawab Ruma tak bisa menolak. Walau sebenarnya segan, dan malu. "Biar aku antar pulang," ujar Raja setelah obrolan mereka selesai. "Zira, temani abangmu, N
Read more
Bab 70
"Ruma ke mana sih, kok nggak diangkat," batin Raja resah. Setelah menyelesaikan pekerjaannya di rumah sakit, Raja langsung bergegas ke kosannya. Tak lupa membawa serta makanan untuk wanita itu. Raja sampai di sana masih mengenakan pakaian kerja. Hanya melepas snelinya saja. Dia memang tidak pulang dulu. Padahal sudah diwanti-wanti Ummi untuk tidak saling bertemu. Namun, namanya juga khawatir mana bisa ditunda. Kemarin-kemarin bisa tahan, bahkan hanya mendoakan dibalik layar. Tidak mau muncul bukan berarti tidak sayang. Hanya saja menahan diri dan bersabar. Tapi sekarang, kenapa hatinya tidak tenang sekali hanya karena pesannya diabaikan. Pria itu mengetuk pintu kosan yang selama ini Ruma singgahi. Sudah beberapa detik berlalu belum ada sahutan. Ke mana sebenarnya Ruma pergi. Masa sedari tadi tidak mengabari? Bikin khawatir saja satu perempuan ini. "Mbak, tahu yang ngekos di sini ke mana?" tanya Raja pada penghuni kost sebelah. Mana tahu mendapatkan jawaban dari kegelisahan hatiny
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status