Semua Bab Sentuhan Panas Dokter Dingin: Bab 51 - Bab 60
77 Bab
Bab 51
"Pulang sana! Kehadiranmu itu tidak diharapkan," bentak Rasya melihat Rina tak beranjak dari rumah sakit."Aku ingin bertemu dengan Tante Maria, aku mau minta maaf. Kamu boleh membenciku, tapi ingat, aku sedang mengandung anakmu," kata Rina memperjelas."Mama ke rumah sakit gara-gara mulutmu yang kaya sampah. Urusanmu hanya akan menjadi urusan kita berdua. Aku tidak mau anak itu lahir. Gugurkan! Aku tidak akan pernah menikahimu!" ucap Rasya membuat Rina makin nelangsa."Kenapa kamu menjadi gelap mata begini. Aku tahu kamu marah, tapi kamu tetap tidak bisa memungkiri kenyataan ini.""Kamu ini berkhianat, Rina, aku memperjuangkan dirimu sampai mengabaikan istriku sendiri. Sekarang kamu datang dengan masalah seolah ini anakku. Minta saja sana pertanggungjawaban dengan pacarmu!" hardik Rasya murka. Dia tidak mengizinkan Rina menemui ibunya lagi."Brengsek! Enak saja lo buang gue di saat seperti ini. Gue bakalan bales Rasya, tunggu saja," batin Rina bergemuruh dendam. Diperlakukan semena-m
Baca selengkapnya
Bab 52
Hidup lagi capek-capeknya malah dapat perlakuan begini dari istri yang sedang Rasya perjuangkan. Pria itu langsung murka sembari merobek kertas gugatan perceraian di tangannya.Ruma terperangah mendapati Rasya bersikap seenaknya. Dia baru menyadari benar-benar terjebak ke dalam pria egois yang tidak bisa diajak kompromi."Apa yang harus kita pertahankan, selain tidak ada cinta di antara kita. Kamu harus bertanggung jawab atas kehamilan, Rina," kata Ruma memperjelas hubungan mereka yang begitu rumit. Walaupun sebenarnya Ruma mempunyai misi tersendiri juga. Dia berhak memperjuangkan kebahagiaannya. "Sudah aku bilang itu bukan anakku! Kalaupun kabar buruknya itu anakku, aku bisa bertanggung jawab dengan anak itu saja tanpa harus menikahi, Rina. Kamu ngerti nggak sih!" bentak Rasya dengan netra menajam."Mana bisa begitu, apa kamu tidak merasa kasihan dengan anak yang tidak berdosa itu.""Ayolah Ruma, aku melakukan semua itu demi kamu. Aku bersungguh-sungguh ingin berumah tangga padamu.
Baca selengkapnya
Bab 53
"Bapak belum pulang, Buk?" tanya Ruma mendatangi ibunya yang tengah sibuk di dapur menyiapkan menu makan malam."Sudah, lagi ke masjid, mungkin sebentar lagi pulang. Kamu sudah sholat, Rum?""Sudah Buk, Ruma bantu ya.""Eh, ya, bapak tadi nanya, kamu pulang sendirian. Ibuk jawab iya, Rasya sibuk banget ya sampai tidak bisa nganter.""Iya Buk," jawabnya sembari memikirkan cara menjelaskan semuanya. Mengingat ibuk mempunyai riwayat jantung, takut kalau tiba-tiba shock.Ruma tiba-tiba mual dengan bau bawang yang tengah diracik ibuk. Kemarin-kemarin memang agak sensi dengan perbumbuan satu ini, Ruma kira setelah tiga bulan aman, tetapi calon anaknya masih rewel juga. Karena tidak tahan, Ruma langsung berlari ke kamar mandi belakang."Rum! Kamu kenapa?" seru Ibuk mengetuk pintunya khawatir.Ruma masih muntah-muntah, mendadak tidak nyaman sekali. Padahal biasanya Ruma sudah sangat jarang mual-mual di tiga bulan kehamilannya ini."Aduh ... Nak, tolong jangan rewel, bagaimana bunda menjelaskan
Baca selengkapnya
Bab 54
"Tentu saja aku khawatir, Rasya, Ruma memang istri kamu, tapi dia sedang mengandung anakku," jawab Raja dalam hati. Sayangnya dia tidak mempunyai petunjuk, dan terkesan memaksa kalau ingin terlalu tahu keberadaannya. Padahal memang Raja sepeduli itu."Mungkin dia pergi ke suatu tempat. Atau pulang ke rumah orang tuanya," duga Raja mengingat Ruma tengah bersangkutan dengan hal penting. Jadi, rasanya tidak mungkin sekali tiba-tiba menghilang begitu saja. "Sepertinya begitu, kenapa kalau pulang nggak pamitan. Istri macam apa dia," gerutu Rasya agak ngilu terdengar di telinga Raja. Sejujurnya dia kepo, dia sangat ingin tahu keberadaan Ruma saat ini. Namun, menahan diri agar tidak menimbulkan curiga Rasya yang saat ini juga tengah mencarinya. Raja cukup tahu kalau Ruma baik-baik saja. Setidaknya sudah cukup membuat perasaan pria itu lega. Atas saran dari Raja, Rasya pun menghubungi orang tua Ruma. Ternyata benar kalau istrinya pulang. Tentu hsl itu membuat Rasya kecewa dan kesal. Dia ha
Baca selengkapnya
Bab 55
"Waalaikumsalam ...," jawab Bu Rima dan suaminya menyahut lebih dulu. Sementara Rasya dan Ruma masih terpaku di tempatnya. "Mami, kok bisa sampai sini? Bukannya masih kurang sehat," omel Rasya langsung menghampiri ibunya. Namun, dia sangat tidak suka dengan perempuan yang mengantarnya. "Ngapain juga kamu ke sini?" tanya Rasya lirih. "Jangan macam-macam di sini. Atau aku tidak pernah akan memaafkanmu," desis pria itu menatapnya tajam. "Bu Maria!" seru Bu Rima mempersilahkan besannya masuk. Mereka saling berjabat tangan dan cipika-cipiki. Ruma yang awalnya diam, langsung mendekat dan menyalimnya dengan takzim. "Silahkan duduk," ucap Bu Rima mumpung ada orang tua Rasya juga. Jadi, permasalahan anaknya bisa diselesaikan dengan musyawarah bersama. "Kenapa Mami menyusul. Seharusnya Mami istirahat saja di rumah," omel Rasya yang sebenarnya khawatir dengan kesehatan ibunya. "Apa pembicaraan kalian sudah selesai?" tanya Bu Maria datar. "Rasya sedang mengusahakan Mi, Rasya akan membujuk
Baca selengkapnya
Bab 56
"Ayo Rasya, pulang! Apa lagi yang mau kamu tunggu. Ruma juga tidak menginginkan pernikahan ini lagi. Di mana harga dirimu sebagai seorang pria."Nyonya Maria menarik putranya agar kembali bersama dirinya. Dengan berat hati pria itu mengikuti ibunya. Ada rasa tak rela saat pergi tanpa membawa Ruma pulang. Namun, apalah daya, keadaan jadi memanas begini.Sepertinya Nyonya Maria sudah kemakan omongan Rina. Beliau menjadi begitu sentimen dengan hiruk pikuk rumah tangga putranya. Padahal kemarin saja saat di rumah sakit, masih sempat memberikan wejangan sebelum pulang. Mungkin karena tahu masalah kehamilan Ruma bulan lalu yang ternyata bukan anaknya."Kenapa Rina bisa tahu kalau Ruma sempat hamil dengan orang lain. Aneh, bukankah aku tidak pernah membagi hal seprivasi ini kecuali dengan Raja. Masa iya Raja ember. Apa kepentingannya juga. Aku harus menanyakan ini pada Raja.""Mami pulang bareng Rasya," kata pria itu menginterupsi.Rina juga mengekor Nyonya Maria. Namun, jelas pria itu melara
Baca selengkapnya
Bab 57
"Duh ... siapa sih tamunya." Ruma melangkah keluar dengan penasaran. Dia berhenti dengan mimik terkejut saat melihat dua pria sekaligus mencarinya. "Dokter Raja!" Ruma kaget mendapati tamu itu adalah calon ayah dari janin yang di kandungnya. Dari mana pria satu ini tahu alamat rumahnya. "Rum!" balas pria itu tersenyum kalem. Menyapa dengan anggukan sopan. "Dokter ngapain ke sini?" tanya wanita itu terlihat tidak suka. Mengambil duduk di sebrang sofa. Tepat segaris lurus dengan Raja duduk. Ruma sedang banyak masalah, jadi butuh ketenangan untuk tidak bertemu dengan siapa pun. Jujur, Ruma takut pria yang duduk di depannya itu tahu kalau dirinya masih hamil anaknya. Masalahnya akan semakin rumit juga kalau bapaknya tahu. Apalagi tadi sempat bertanya hal yang secara kebetulan tentang sangkut pautnya dengan kehamilannya. "Mastiin kalau kamu baik-baik saja," jawab Raja terlalu jujur. Ya, pria itu telah resmi menjadi penguntit dengan predikat kepo akut. Sesuatu yang teramat langka tentun
Baca selengkapnya
Bab 58
"Ya ampun ... bener-bener orang ini," batin Ruma was-was sendiri. "Dok, maksudnya?" tanya Sabil sangat penasaran dengan kata yang dilontarkan pria di sebelahnya."Tidak ada siaran ulang, Sabil. Tidak juga untuk diingat-ingat, apalagi banyak nanya," jawabnya datar.Pria itu masih gagal fokus dengan pendengarannya, atau mungkin salah dengar saja. Rasanya jelas tidak mungkin kalau seorang Dokter Raja yang notabene masih keturunan dari ulama besar di kotanya itu melakukan hal yang menyimpang.Sementara Ruma pura-pura tidak dengar saja. Atau lebih tepatnya tidak membenarkan perkataan Raja. Takut menjadi perkara. Sebenarnya dia ingin sekali menimpuk mulutnya agar tidak berbicara sembarangan. Namun, niat hati itu sengaja diurungkan karena ada orang lain di sana. Rawan membahas hal seprivasi itu. Apalagi hal yang begitu sensitif."Mm ... Ruma izin bapak sama ibuk dulu," jawab perempuan itu galau. "Ya, sebaiknya memang begitu," jawab Raja santai. Ruma agak takut juga menemui ayahnya. Berunt
Baca selengkapnya
Bab 59
Ketiganya singgah di rumah makan lesehan yang paling terdekat dengan tempat ibadah tadi. Raja langsung memesan menu spesial di sana. Ayam bakar Kalasan tulang lunak. "Kamu mau apa, Rum?" tawar Raja menyesuaikan selera Ruma. "Aku? Pingin yang pedes-pedes berkuah. Ada soto nggak di sini?" tanya Ruma memastikan. Akibat tegang dan sedikit eneg tadi menyisakan rasa yang tidak nyaman di tubuhnya. Sepertinya dia perlu amunisi yang berkuah segar dan sedikit pedas. "Iya, ada, aku pesenin ya. Kamu mau Bil?" tawar Raja pada rekannya juga. "Samain kaya Dokter saja," jawab Sabil pasrah. Sedang Ruma mengangguk mengiyakan. Sembari menunggu pesanan, Raja dan Sabil asyik mengobrol, sementara Ruma sibuk dengan ponselnya. Sampai-sampai hal itu menarik perhatian Raja. Namun, pria itu tak berani kepo sejauh ini. Taku dikira kepo dan mengganggu privasinya. Jadi, cukup diam mengamati saja. "Asyik banget Dek Rum, chat sama siapa? Itu minumnya datang sampai nggak notice," tegur Sabil cukup mewakilinya.
Baca selengkapnya
Bab 60
"Hem," sahut pria itu tidak jelas. Hatinya beristighfar banyak-banyak setiap kali ada sesuatu yang kurang pas. "Dokter ngomong apa?" tanya Ruma tidak begitu mendengar dengan baik. "Nggak apa, ayo masuk mobil lagi. Keburu pagi nanti," seloroh pria itu mengalihkan topik. Ruma yang tengah galau antara ingin ikut Dokter Raja atau tidak langsung meneliti ponselnya begitu ada notifikasi masuk. Berharap itu balasan dari Mesya. Namun, ternyata salah besar. Pesan itu dari Rasya yang sengaja mengirim pesan dengan bahasa yang cukup menakjubkan hingga membuat Ruma terbengong.Sebuah kalimat panjang dari Rasya, dengan point terakhir sebuah perpisahan. Rasya menalak dirinya lewat tulisan. "Rum, ayo! Kenapa malah bengong natapin layar ponsel.""Iya," jawab Ruma tetap merasa ada sedihnya. Walaupun ini yang diharapkan, tetap saja tidak ada perpisahan yang tidak menyakitkan. Baru mau beranjak dari sana, Mesya keluar dengan wajah kuyu. "Rum, sorry, aku ketiduran, kamu lama banget," ucap Mesya mera
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
345678
DMCA.com Protection Status