Rajendra Ghani Hasan, seorang Dokter muda, tampan, kaya, punya karir mentereng. Satu lagi masih keturunan dari generasi ketiga seorang pemuka agama tersohor di kotanya. Namun, sayang nasib baik sedang tidak berpihak kepadanya. Raja terjebak skandal cinta satu malam dengan seorang gadis bersuami, Rumaisha. Istri rasa gadis yang belum pernah tersentuh oleh suaminya sejak setahun menikah. Akibat pertemuan panas satu malam mereka, rahasia besar Ruma diketahui oleh Raja yang tak lain adalah dokter pembimbingnya di rumah sakit tempat dia koas. "Aku akan bertanggung jawab." Rajendra Ghani Hasan. "Tidak perlu, aku wanita bersuami. Anggap saja malam ini tidak pernah terjadi." Rumaisha.
View MoreRaja terjaga setelah mendengar deringan alarm ponselnya memekik. Pria itu merasakan kepalanya sedikit pening. Tidak biasanya ia terbangun dengan keadaan begini. Walau ia merasakan stamina tubuhnya begitu berbeda.
Pria itu merasa asing menatap sekitar. Jelas sekali ini bukan kamarnya. Lalu di mana? Ia menoleh memastikan keadaan. Netranya hampir melompat dari tempatnya kala mendapati bahu seputih susu terpampang di depannya."Astaghfirullahalazim ...," ucap pria tampan itu shock seketika. Ia langsung memandang dirinya sendiri dengan perasaan tak terduga.Hatinya bergemuruh kala mendapati pakaiannya, dan juga pakaian gadis yang kini masih lelap di bawah selimutnya itu berserakan di lantai kamar.Raja bergegas turun dari ranjang. Memungut pakaiannya dengan kasar, lalu beranjak ke kamar mandi. Sungguh ini tidak benar. Apa yang telah terjadi. Mengapa dia bisa satu kamar dengan seorang gadis.Bukan hanya itu, dia telah melanggar norma agama yang seharusnya tidak boleh dilakukan tanpa adanya sebuah ikatan yang sah.Sepanjang membersihkan tubuhnya. Raja mulai menggali kejadian semalam di mana dirinya berada. Kenapa dia bisa berakhir di kamar yang begitu asing. Apakah seseorang telah menjebaknya.Raja harus mencari tahu setelah ini. Lantas siapakah wanita yang telah menghabiskan satu malam bersamanya. Apakah gadis itu telah menjebaknya dan sengaja menjeratnya. Atau justru sama-sama korban dari skandal yang terencana. Naasnya, Raja kali ini yang menjadi korbannya.Pria itu keluar kamar mandi dengan perasaan yang masih sama. Marah dengan keadaan yang telah membuat dirinya berstatus perjaka ternoda."Astaghfirullahalazim ... siapakah perempuan ini, aku sungguh tidak mengenalnya. Kenapa dia dan aku bisa berada di ranjang yang sama," gumam Raja mencoba menemukan jawaban atas ketidak pastian ini.Pria itu duduk termenung begitu lama. Sembari menanti gadis yang masih lelap itu terjaga. Sebenarnya Raja sudah risih ingin segera meninggalkan tempat itu. Namun, bukankah ia harus bersikap gentleman sebagai seorang pria. Berani berbuat, harus berani bertanggungjawab. Walaupun kali ini kasusnya jelas berbeda. Raja tidak berniat merusak tahta seorang wanita.Jangankan melakukannya, memikirkannya pun tidak pernah terbesit dari otaknya. Dia tahu betul batasan yang harus dikerjakan dan mana yang tidak boleh dia langgar. Namun, hari ini, dia seperti tertampar pada sebuah kenyataan. Terlempar dalam dosa besar yang dari awalnya saja dia tidak paham cara memulainya. Hingga bisa terdampar di tempat yang sama dengan seorang perempuan tanpa sebuah ikatan sah.Hati pria itu bergemuruh sesak. Apa yang harus ia katakan pada kedua orang tuanya. Bagaimana dengan rencana pernikahannya yang digadang-gadang tidak lama lagi. Sungguh, dia dalam masalah serius kali ini.Pria itu tengah berdiri di pinggir jendela menatap luar ketika seorang wanita dibalik punggungnya terjaga dari tidur panjangnya.Ruma sayu-sayu membuka matanya. Netra lentik itu berkedip lembut memulihkan kesadarannya."Siapa yang mengutusmu ke sini?" tanya Raja mengalihkan pandangan. Tahu betul dia menjaga itu, walaupun dia telah melewati satu malam panas dengannya. Bukan berarti setelahnya melupakan batasan di antara apa-apa yang tidak boleh dan boleh untuk dirinya.Mendengar suara seorang pria, Ruma masih nampak santai. Dia mengira itu suaminya yang masuk ke kamarnya pagi-pagi karena ingin meminta disiapkan ganti.Bukankah seperti itu kesehariannya. Ruma harus menjadi istri yang siap mengabdi tanpa diberikan kompensasi hatinya. Sudah menikah selama satu tahun ini. Dan semalam adalah tepat satu tahun pernikahan mereka. Aniversary yang tak akan terlupa, di mana dia akhirnya menjadi istri sepenuhnya dari seorang pria yang telah mempersuntingnya melalui jalur perjodohan.Ya, demi baktinya terhadap kedua orang tua angkatnya. Ruma yang sudah dibesarkan, dan bahkan disekolahkan hingga menjadi calon dokter seperti saat ini, dia harus menuruti keinginan kedua orang tuanya dengan menikahi seorang pria enam tahun lebih tua darinya.Wanita itu menarik selimutnya untuk menutupi tubuh nakednya. Menatap sisi kiri hingga nampak siluet seorang pria yang memunggunginya."Mas Rasya," gumam Ruma menatap dengan terkejut. Begitu mendapati pria di ujung sana menampakkan wajahnya."K-kamu siapa?" tanya Ruma tergeragap. Shock seketika melihat ada seorang pria di kamar yang sama."Seharusnya aku yang bertanya padamu, kamu siapa? Apakah kamu sengaja menarikku ke tempat tidurmu."Raja berkata sembari menyampingkan tubuhnya. Tidak mau menatap tubuh wanita yang semalam telah memuaskannya."Ck, bagaimana mungkin aku melakukan itu. Seharusnya aku yang bertanya padamu. Kenapa kamu melakukan ini padaku?" tanya Ruma terisak.Dia menjaga itu selama ini hanya untuk suaminya. Walaupun sampai sekarang dia belum pernah melewati satu malam pun dengan kekasih halalnya. Namun, seharusnya Rumaisha tetap menjaga itu semua.Hari ini, berakhir sudah apa yang dia jaga selama ini. Bagaimana dia harus mengatakan itu pada suaminya jika saatnya tiba nanti."Sudahlah, tak usah terlalu risau Ruma, Rasya sendiri bahkan tidak peduli padamu. Bukankah semalam seharusnya kamu bersama dengannya. Menikmati malam panjang berdua yang sudah dinantikan. Kenapa sekarang justru dia meninggalkanmu dengan pria lain. Apakah pria ini utusan suaminya?" batin Ruma menduga-duga.Ruma turun dari pembaringan yang menjadi saksi petualangan panas mereka. Ia merasakan sesuatu di bawah sana terasa begitu ngilu luar biasa.Wanita itu berjalan pelan menormalkan langkahnya. Hal yang sempat membuat Raja tertegun seketika. Mendapati Ruma yang sepertinya kesulitan berjalan."Apakah ini pertama kali untuknya," batin Raja melihat itu semua. Jelas petualangan malam tadi begitu menakjubkan. Sampai ia terlena dalam pusara kenikmatan terdalam.Menikmati sesuatu yang seharusnya tidak boleh terjadi. Melanggar apa yang seharusnya terjaga.Raja semakin merasa bersalah kala mendapati bercak merah di atas sprei yang jelas noda sisa semalam. Dia benar-benar melakukannya. Merampas mahkota seorang wanita.Pria itu marah, menyesali perbuatannya sendiri dan keadaan yang membuatnya begini. Dia bersungguh-sungguh akan mencari tahu sebab musabab dirinya bisa terjebak dalam lembah nista begini.Pria itu menunggu gadis yang entah namanya siapa di dalam kamar mandi dengan gelisah. Haruskah dia meminta maaf atas kesalahan semalam yang bahkan tidak pernah ia sengaja.Derit pintu yang terbuka langsung menampakan wajah sembab Ruma. Gadis itu menatap dengan dingin. Melewatinya begitu saja seraya mencari-cari sling bag miliknya."Kita harus bicara," kata Raja yang tidak lagi didengarkan oleh Ruma. Langkahnya tergesa ingin segera meninggalkan kamar durjana ini.Gadis itu menatap dengan dingin, mengamati wajahnya yang nampak tidak sekaku tadi. Haruskah dia bersikap kompromi. Atau membiarkan saja seolah tidak pernah terjadi apa pun semalam."Aku akan bertanggung jawab," ucap Raja pada akhirnya. Menimbang wajahnya yang terlihat begitu sendu.Ruma tidak menyahut, selebihnya dia berjalan pelan meninggalkan tempat itu begitu saja."Tunggu, siapa namamu?" tanya Raja benar-benar tidak tahu. Walaupun sekilas seperti tidak asing baginya, tetapi dia tidak mengenalnya dengan jelas.Mas Raja yang menggoda, Ruma yang tidak suka. Suaminya ini kenapa malah dicie ciein, apa dia tidak bertanya-tanya kenapa Rina dan ibunya Rasya datang ke rumah. "Rum, maaf mengagetkan kamu pagi-pagi. Kebetulan sekali kalau Dokter Raja juga ada di rumah."Iya, Ruma memang kaget, ada hal penting apa sampai Rina dan mantan ibu mertuanya datang ke rumah. Sepertinya Mas Rasya juga, tetapi kenapa pria itu tidak turun dari mobil. "Iya, silahkan masuk Rin, Tante," ucap Ruma menyambutnya dengan hangat. Yang berlalu biarlah berlalu, yang penting sekarang Ruma mempunyai keluarga yang menyayanginya penuh syukur. "Terima kasih banyak, Rum," jawab Rina dan Tante Maria masuk. Lalu mengambil duduk setelah dipersilahkan. Kedatangan kedua orang di masa lalu Ruma tentu bukan tanpa alasan. Mereka merasa perlu bersilaturahmi untuk melegakan hatinya. Tentu saja karena memang ada suatu hal yang tidak melegakan hatinya. "Sebelumnya, maaf jika kedatangan kami membuat kamu dan keluarga tidak nyaman. Sudah
"Sayang, lama banget, itu MUA-nya udah datang." Raja sampai menyusul ke kamar mandi sebab istrinya tak kunjung keluar. "Suruh nunggu Mas, aku sedikit mual." Ruma keluar kamar mandi dengan wajah sedikit pucat. "Loh, kamu sakit?" Dari semalam Ruma memang kurang enak badan. Sedikit masuk angin dan kurang istirahat lebih tepatnya. Jadi, berefek paginya. Padahal hari ini ada acara aqiqahan baby Maher. Malah mendadak tidak enak badan begini. "Nggak Mas, aku cuma agak mual dikit."Semalam baby Maher banyak rewelnya, tumben sekali bayi mungil itu meminta perhatian lebih. Ruma tidak bisa tidur nyenyak gegara putranya terlihat tidak seperti biasanya. Dia takut sendiri dan sedikit trauma kalau sampai ada apa-apa dengan bayinya. "Masuk angin sih ini. Minum obat ya, aku ambilin. Udah makan kan?""Nggak Mas, nggak usah. Ini udah agak mendingan kok," tolak Ruma merasa lebih baik. Pria itu beranjak mengambilkan minum hangat. Menganjurkan istrinya rehat sejenak. Acaranya masih nanti agak siangan,
Ruma dan Raja sepakat mencari pengasuh untuk baby Maher. Tentu saja untuk meringankan pekerjaan istrinya. Apalagi sekarang Ruma tengah masa pemulihan pasca melahirkan. Sudah pasti repot harus membagi waktu untuk dirinya dan juga bayinya."Mas, nanti aku jadwal kontrol. Sekalian ke rumah sakit ya.""Iya, nanti aku antar. Jam berapa sayang?""Siang lah, kamu hari ini berangkat?""Cutiku udah habis, siang ya, nanti aku anterin dulu kalau pagi. Aku langsung pulang beres dari rumah sakit."Waktu Raja memang sangat sibuk. Dia hanya cuti beberapa hari menemani istrinya di rumah sakit dan di rumah. Selebihnya kembali sibuk di rumah sakit. "Iya, nggak pa-pa, ada suster Anna yang bantuin." Untungnya sesama dokter, jadi lebih tahu kesibukan masing-masing. Tidak menuntut untuk dimengerti sendirian. Saling memaklumi karena kehidupannya memang bukan sepenuhnya milik pasangannya. Harus terbagi dengan banyak orang yang membutuhkan.Setiap libur, Raja selalu meluangkan waktunya full di rumah. Karena
Ruma langsung mengiyakan, HPL memang masih akhir bulan, tetapi benar tanda-tandanya baby boy mau launching. "Bisa jalan?" tanya Raja khawatir. Ruma mengangguk, walau dengan wajah menahan sakit, cukup aman untuk berjalan sampai ke mobil. "Ayo sayang, hati-hati!" Abi Zayyan dan juga Ummi Marsha juga langsung ikut ke rumah sakit. Sementara Bik Sumi pulang dengan taksi membawa belanjaan mereka. "Tambah kerasa ya?" tanya Raja sembari mengemudi perjalanan ke rumah sakit. "Iya Mas, lumayan," jawab Ruma memejam. Mengatur nafas, dan sesekali merilekskan tubuhnya saat tengah nyeri. Ini bukan pertama kali bagi Ruma, tetapi sakitnya tentu sama saja satu rasa. Namanya orang mau melahirkan, di mana-mana pasti luar biasa. "Lancar-lancar ya sayang, bantu Buna," ucap Raja sembari mengelus perut istrinya. Begitu sampai di rumah sakit, Ruma langsung disambut hangat oleh tim medis. Perempuan itu langsung dibawa ke ruang bersalin. Setelah dicek ternyata memang sudah pembukaan tiga. Masih lumayan
Empat purnama tak terasa berlalu dengan cepat, Ruma kini tengah menanti hari-hari kelahiran anak kedua. Perempuan itu juga sudah menyelesaikan waktu magangnya. Jadi, bisa mempunyai banyak waktu di rumah menanti launching anak kedua."Aku berangkat ya, nanti kalau ada apa-apa kabari. Jangan belanja sendirian, nanti malam saja aku temani setelah pulang," pesan Raja tak membiarkan istrinya beraktivitas di luar tanpa dirinya. "Iya Mas, tapi kalau misalnya siang berubah pikiran, terus ditemani Bik Sumi gimana? Kan nggak sendirian juga." Tidak ingin terlalu banyak merepotkan, asal Raja mengizinkan, Rumah tidak mengapa berbelanja sendirian."Duh ... bumil ngeyel ya. Ya sudah, nanti pakai supir saja. Hati-hati ya, ingat selalu berkabar di mana pun berada." Raja mode posesif, bukan apa-apa, dia khawatir mengingat istrinya hamil besar. "Siap Mas, kamu juga hati-hati berangkat kerjanya," balas Ruma mengiyakan. Ruma menyalim takzim suaminya. Raja membalasnya dengan kecupan sayang di keningnya,
"Ya Allah ... capek Mas, izin ke kamar ya," pamit Ruma setelah membantu membereskan sisa acara tadi. Padahal cuma bantuin dikit, tapi berasa sekali punggungnya. "Kamu sih, dibilangin nggak usah masih suka maksa. Udah istirahat saja." Kalau Ruma sudah mengeluh, Raja yang khawatir. Istrinya itu kadang bandel, tapi ya namanya juga perempuan aktif, mana bisa diem. "Hem ... tadi nggak berasa Mas, sekarang baru terasa," ucap Ruma beranjak. Raja ikut mengekor istrinya ke dalam. Suasana rumah juga sudah sepi, semua tamu dan keluarga dekat sudah pulang sejak tadi. "Sayang, aku pijitin ya," kata pria itu perhatian. Bukan satu dua kali, Raja memang sering melakukan hal semacamnya saat istrinya mengeluh lelah. Ya walaupun ujung-ujungnya tetap bonus adegan panas. "Hmm ... beneran pijat atau minta bonus." Ruma sadar, wanita itu kemarin menundanya. Dia bahkan berjanji sendiri setelah acara bakalan nyenengin suaminya. Tapi, terkadang ekspektasi tak sesuai realita. Ruma terlihat ke
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments