All Chapters of Warisan Artefak Kuno: Chapter 51 - Chapter 60
90 Chapters
Penjara Biro Pengadilan.
Pada hari itu, di anak tangga yang menghubungkan Sekte Wudang dari kaki Gunung Wudang yang megah, tampak Rong Guo dikelilingi oleh dua puluh murid sekte yang berpedang. Mereka semua berdiri tegap dengan posisi siap tempur, semuanya sudah siap untuk menghabisi Rong Guo, jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan sesuai instruksi. Rong Guo seketika memucat, ia menatap tak percaya. Padahal, dia baru saja menyelesaikan misi sekte, namun dihadapi dengan sebuah tarian "selamat datang" semacam ini. Ekspresi kesal dan tidak terima sangat nampak di wajahnya. “Berlututlah, dan biarkan dirimu diikat untuk dibawa ke pengadilan murid Sekte Wudang!” perintah itu terdengar mendominasi. Xu Wei, seorang murid inti yang menjabat sebagai Kepala murid Biro Pengadilan Sekte Wudang, tampak berjalan dengan langkah pasti, menuruni anak tangga. Dia memasang wajah yang angker ketika melirik ke arah Rong Guo, yang saat ini dikepung oleh dua puluh murid dari Biro Pengadilan yang berdiri dalam Formasi Pedang Se
Read more
Seseorang Bernama Zhang Qing Nian.
Di sebuah gua yang gelap, tempat tahanan bagi sosok yang dianggap berbahayacdi sekte Wudang, suasana menjadi mencekam. Hanya ada beberapa lampu minyak yang menerangi ruangan, namun suasana dan atmosfer sudah berubah menjadi dingin.“M-maafkan aku, Penatua,” kata Rong Guo, keringat mengucur deras dari dahinya.Sosok di kamar sebelah penjara itu bukan hanya hampir menampar benaknya menjadi berkeping, tetapi juga mengetahui bahwa Rong Guo melakukan kegiatan spionase dengan menggunakan kekuatan spiritualnya.“Dia marah!” gumam Rong Guo ketakutan.Keistimewaan seseorang yang ahli dalam mengelola kekuatan spiritual adalah kemampuannya untuk menyelami dan menilai kepandaian lawan, mengetahui seberapa besar energi dan hawa murni lawan, serta tingkat kultivasinya. Namun, tidak semua lawan bisa ditilik benaknya. Jika seorang ahli pengguna kekuatan jiwa mencoba menyelidiki lawan yang memiliki kultivasi tinggi, tindakan ini akan sangat berbahaya.Keheningan menyelimuti ruangan setelah Rong Guo me
Read more
Sidang Pengadilan Murid.
Untuk semua pembaca kisah ini, sebelum kita melanjutkan bahasan bab sebelumnya, autor harus memberi penjelasan agar kalian bisa mengerti dan tidak bertanya-tanya tentang istilah saat membaca tulisan kisah ini, yang bergaya tulisan wuxia kuno. Sepeminum Teh, adalah sama dengan sekali orang menyesap teh sampai habis, nilai waktunya sama dengan perhitungan waktu setengah jam. Sepebakaran hio, itu adalah waktu yang dibutuhkan dupa untuk habis terbakar – setara dengan lima belas menit. Kentungan pertama, kedua dan seterusnya, adalah tanda seorang penjaga malam di wilayah Tiongkok kuno membunyikan semacam gong, sambil berteriak memberi tahu waktu menunjukkan pukul berapa. Ada kentungan pertama, kedua dan seterusnya. Shi Chen adalah periode jam di Tiongkok kuno, yang diperhitungkan tiap dua jam, untuk satu periode. Jadi periode shi chen ada 12 angka jam, bukan 24 jam versi dunia modern. Air kata-kata = ini artinya arak atau minuman yang mengandung alkohol. Baiklah kita mulai kisahnya.
Read more
Sidang Pengadilan Murid – Bagian Dua.
"Pemimpin Liu!" suara teriakan Rong bergetar, penuh kecemasan, ketika melihat pemimpin desa Yunshui Chun itu berdiri di depan pintu pengadilan murid.Dengan langkah berat, Pemimpin Liu berjalan masuk ke dalam ruangan sidang. Dari gerak-geriknya yang linglung dan wajahnya yang pucat, tampak jelas bahwa dia berada di bawah tekanan yang luar biasa.Rong Guo berusaha menatap mata pria itu, mencari sedikit pun pengakuan atau simpati. Namun, tak sekalipun Pemimpin Liu menoleh ke arahnya. Sebaliknya, dia bergegas berdiri di depan para murid pemimpin, tampak tidak percaya diri saat menyadari ada ratusan pasang mata yang menatapnya."Pemimpin Liu!" panggil Rong Guo sekali lagi, suaranya bergetar.Anak muda ini berharap, inilah kesempatan dia untuk menyelamatkan dirinya dari segala tuduhan yang sudah diajukan oleh Ouyang Jun. Namun, entah mengapa, pria itu tidak mau berpaling sedikit pun, apalagi untuk membiarkan dua mata mereka bertemu. Rong Guo semakin gelisah. Dia yakin ada sesuatu yang tida
Read more
Tapak Angin Puyuh.
Rong Guo berdiri diam, terperangkap dalam dilema dua pilihan yang sulit. Dia bisa memilih untuk tetap tinggal di penjara gua itu, menunggu keputusan dari Master Sekte sampai inti mutiaranya rusak, kaki dan tangannya patah, dan menjadi orang cacat seumur hidup. Atau, dia bisa memilih untuk pergi dan menjadi buronan Sekte Wudang selamanya, jika dia memilih untuk mengikuti orang tua yang berdiri di depannya.“Aku tidak memaksamu untuk mengikuti aku," kata orang tua itu dengan suara lembut namun tegas. "Namun, aku merasa kasihan melihat bakat seperti kamu yang akan mereka hancurkan inti Mutiaramu, yang akan membuat masa depanmu menjadi suram. Namun, semua keputusan ada di tanganmu.”Mendengar desakan itu, Rong Guo berlutut dan menyembah si orang tua.Dia membenturkan jidatnya ke lantai yang dingin dan penuh lumut. “Senior, orang tua yang gagah perkasa. Aku tidak memiliki tujuan jika harus pergi dari Sekte Wudang. Sejak kecil, aku sudah sebatang kara, tidak memiliki ayah dan ibu. Tinggal d
Read more
Buronan.
Matahari belum muncul di ufuk timur, namun sinar keemasan sudah mulai mewarnai cakrawala, memberikan semburat kehidupan pada suasana di Puncak Gunung Wudang.Udara di puncak gunung memang jauh lebih dingin dibandingkan udara di kaki gunung. Namun, di saat itu, suara lonceng terdengar berdentang, dipukul dengan kekuatan penuh, memaksa semua murid-murid untuk bangun.GONG!Di Sekte Wudang, bunyi lonceng pagi hari adalah pertanda bahwa hari baru telah tiba, dan semua aktivitas sudah harus dimulai. Di aula doa sekte, suara-suara orang bergumam keras dalam doa, bercampur aroma dupa yang dibakar tercium kuat dari arah aula, hal rutin yang dilakukan para Imam Tao untuk bersembahyang, menambah suasana khusuk di pagi hari di sekte itu. Murid-murid sekte itu semuanya lantas mencuci muka, dan bergegas menuju ke lapangan di depan aula utama, untuk berlatih di pagi hari.Namun, ada sesuatu yang terasa berbeda hari ini, tatkala bunyi lonceng dipukul bertalu-talu, tidak dalam ritme yang biasanya ter
Read more
Tiga Jurus Ilmu Pedang.
Saat murid-murid Sekte Wudang tengah sibuk mencari jejak Rong Guo yang melarikan diri, dua sosok manusia tampak berjalan di tengah Hutan Kesepian, sebuah hutan yang dipenuhi dengan tanaman Mulberry. Mereka tampak menikmati pemandangan sekitar dengan tenang.Sosok yang lebih tinggi adalah seorang tua yang berpakaian seperti Imam Tao. Jubahnya lusuh dan penampilannya terlihat acak-acakan, namun ia tampak bahagia sambil bernyanyi-nyanyi. Sementara itu, sosok lain yang bersamanya adalah seorang remaja. Meski tampak berusia lima belas tahun, sesungguhnya dia baru berusia sepuluh tahun. Mereka adalah Imam Zhang Qing Nia dan Rong Guo.Imam tua itu berjalan dengan santai tanpa beban, sementara Rong Guo tampak memikul ransel kayu dengan penutup kepala. Penampilannya membuatnya terlihat seperti seorang Taoist muda yang menjual doa dan jimat."Tuan Zhang, kemana kita akan pergi setelah melewati Hutan Mulberry ini?" tanya Rong Guo.Sejak mereka berdua meninggalkan Sekte Wudang, Imam Zhang tidak p
Read more
Tiga Jurus Ilmu Pedang – Bagian Kedua.
Matahari telah bersinar di Hutan Mulberry, cahayanya masuk kedalam hutan melalui sela-sela dedaunan, sorotnya yang hanagt menimpa wajah pria tua itu dan membangunkan Imam Zhang dari tidurnya.Di depan matanya, tampak sosok Rong Guo yang telah bermandikan keringat. Sinar matahari pagi terlihat menjilati tubuh anak muda itu, yang tampak bergerak dalam gerakan pelan dan ritme tertentu, namun gerakannya penuh kepercayaaan diri. Dengan tekun, Rong Guo terus mengulang tiga jurus pedang yang ia ajarkan dengan gaya yang stabil, meskipun semua gerakan Ilmu Pedang Naga Kuning itu dilakukan dalam gerakan lambat."Anak ini sungguh berbakat!" gumam Imam Zhang. "Baru saja semalam aku tertidur, dan tiba-tiba bangun pagi ini untuk melihat dia telah menguasai gerakan pedang dan mengalirkan hawa murni dengan sempurna. Meskipun hawa murni yang ia miliki masih setara dengan Pendekar Harimau Giok, namun dia sungguh patut disebut sebagai jenius!"Sorot mata Imam Zhang tampak bersinar ketika menonton Rong G
Read more
Tapak Angin Puyuh dan Energi Rembulan.
Penatua Chen Yu dari sekte Zhonglu dengan langkah cepat mengejar sosok Rong Guo dan Imam Zhang, yang sudah tampak mengecil di ujung jalan yang berkelok-kelok dan berbukit. Datang bersamanya adalah lima murid Sekte Zhonglu yang sebelumnya berjaga di Gerbang Zhonglu, daerah kekuasaan mereka. Hal ini tentunya membuat Imam Zhang mengerutkan keningnya, terlihat tidak senang.Dengan wajah yang tampak kurang bersahabat, sang Imam berkata dengan nada suara yang terdengar ketus, "Apakah ada sesuatu lagi yang dibutuhkan Penatua Chen Yu, sampai-sampai mengejar Imam tua ini?"Melihat Imam Zhang menampakkan raut kurang senang, Chen Yu membungkuk sembilan puluh derajat. Bagaimanapun juga, Zhang Qing Nian adalah seorang senior – adik perguruan Master sekte Wudang. Artinya, imam tua ini sederajad dengan master Sekte Zhonglu sendiri. Secara etika di Rimba Persilatan, Chen Yu harus menghormati imam tua itu."Maafkan kelancanganku, Imam Zhang. Namun, aku lupa untuk bertanya terlebih dahulu. Siapakah adi
Read more
Tiga Jurus Terakhir Huanglong Jiang Fa.
"Telapak Angin Puyuh!"Suara Rong Guo terdengar lembut, seperti bisikan, hampir tak terdengar. Namun, efek dari serangan yang disebut Telapak Angin Puyuh itu sungguh dahsyat, efek yang di timbulkan mirip seperti badai salju yang tiba-tiba menerjang di tengah musim panas.Diiringi suara desiran pukulan yang terdengar seperti angin berhembus, dunia seakan membeku. Sebuah serangkum energi berbasis dingin, hasil dari penyerapan energi rembulan yang terus menerus, tampak bergerak menyasar ke arah Chen Yu. Saat itu, mata Penatua Chen Yu melebar, penuh kengerian, ketika melihat serangan berbahaya yang membawa efek dingin itu mendekat."Celaka! Energi apa yang digunakan Taoist kecil ini?" Chen Yu berteriak dalam hati. Dia ingin menarik serangan pedangnya dan memblokir serangkum energi dingin itu, tapi itu sudah tak mungkin. Chen Yu hanya bisa pasrah ketika energi Telapak Angin Puyuh itu tiba-tiba menyentuh dadanya, yang dalam keadaan kosong, tidak memiliki perlindungan.BUM!Chen Yu – penatua
Read more
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status