Semua Bab Gairah Terlarang Sahabat Suamiku: Bab 251 - Bab 260

Sandra menyipitkan matanya ketika polisi membawa sebuah kantung m4yat keluar dari rumah petak itu. "Tunggu dulu, apa yang terjadi? Siapa yang meninggal?" Sandra terlihat panik. Ia menerobos garis kuning yang dipasang oleh polisi."Maaf anda tidak bisa masuk ke TKP!" Seorang polisi bertubuh kekar, menegurnya."Tapi aku harus melihatnya! Siapa yang kalian bawa!" Sandra menunjuk ke arah kantung mayat."Apa hubungan anda dengan korban?" "Korban?" Sandra melongo dengan kening mengkerut.Polisi tampak berbisik dengan kawan sejawatnya. "Korban berjenis kelamin perempuan." Polisi akhirnya menjelaskan tanpa diminta.Sandra berlutut di lantai. Kedua lututnya mendadak lemas. "Tidak, ini tidak mungkin!" Sandra meraih kantung may4t membukanya dengan paksa. Dan dugaannya ternyata benar. Wulan lah, orang yang ada di dalamnya.Sandra menangis melihat tubuh Wulan yang pucat pasi. Terdapat bekas luka di leher dan juga keningnya."Apa yang terjadi padanya?" Sandra bertanya dengan air mata memenuhi w

Aryo telah selesai membaca surat yang dikirim oleh Rayhan. Raut wajahnya biasa saja. Tak menunjukkan adanya tanda tanda penyesalan ataupun kesedihan. Ia hanya merobek surat itu lalu membuangnya ke tempat sampah. Tak ada telepon atau pesan teks yang ia kirimkan pada keluarga mantan istrinya setelah ia membaca isi surat. Namun dalam diamnya ia menyimpan sejuta kesedihan. "Menangis pun sudah tidak ada gunanya lagi. Lebih baik seperti ini kan? Karena jika kita hidup bersama, kita tidak pernah bisa benar benar bersatu. Kita selalu memiliki pemikiran yang berbeda. Lalu akan saling menyakiti." Aryo mengeluarkan foto Wulan dari dompetnya. *****Boy sudah kembali ke rumah besar Lantana. Ia hidup bersama dengan Nenek dan Ayahnya. Ayunda menjalani sisa hidupnya dengan penuh penyesalan. Sifatnya yang arogan berubah menjadi lebih lembut. Ia juga jarang marah, sekarang. Sama seperti Rayhan yang berubah menjadi pendiam. Meskipun sangat terlambat, Rayhan memberitahu keluarga mendiang istrinya, j

"Kaku katamu! Ana masih anak anak," ucap Sandra sedikit mengotot."Tapi dia nanti juga akan menikah," sahut Sulastri."Mendidik anak tidak harus dengan cara mengekang mereka. Jika kita sudah tanamkan budi pekerti kepada mereka dan mereka sudah berjanji untuk melaksanakan, semuanya pasti akan baik baik saja!" seru Arya."Suamimu benar. Yang coba kamu hindari atau yang coba kamu singkirkan dari pandangan anak gadismu, sebenarnya tidak bisa di hindari. Karena sekarang ada yang namanya ponsel pintar yang memiliki informasi tanpa batas." Sulastri ikut bicara."Yang harus diamankan adalah hati mereka." Arya bicara lagi."Baiklah, terserah kalian saja kalau begitu. Dan satu hal lagi yang akan mengikuti pesta dansa hanya Ana dan Levin. Alison tidak diizinkan!" Sandra melihat ke arah Alison."Mama ini sangat kuno!" Alison menggerutu pelan."Levin hanya boleh berdansa sebanyak 3x dan Ana hanya punya kesempatan dansa sebanyak satu kali. Keputusan Mama adalah mutlak dan tidak bisa di ganggu gugat

Esok harinya adalah hari Senin. Seperti biasa Andrew bangun pagi pagi sekali. Setelah mandi, ia sarapan bersama keluarganya."Kakak terlihat bersemangat sekali," ucap Bianca."Bersemangat? Apa selama ini, Kakak terlihat seperti pemalas?" "Tidak bukan begitu. Hanya saja Kakak, wangi sekali. Sepertinya Kakak menggunakan 1 botol parfum." Bianca menjawab sekenanya.Ibu Andrew berjalan mendekat. "Andrew kau harus ingat bagaimana kehidupan kita yang menyedihkan dulu. Jangan sampai terlena dengan keindahan di depan matamu!" "Aku akan selalu mengingat hal itu Ma!Andrew pamit berangkat ke kantor." Pria muda itu menyelesaikan sarapannya dengan cepat.*****Ana sedang duduk di dalam ruangannya. Hari ini dia datang lebih awal dibandingkan dengan karyawan yang lain.Diam diam Ana memasukkan bunga mawar pemberian Andrew ke dalam tasnya. Ia mengambil mawar itu dan memandanginya."Andrew romantis sekali," ucap Ana.

Ana tak menjawab tapi ia memberikan senyuman paling manis yang ia miliki sambil menatap Andrew."Senyumanmu ini apakah artinya kau menerimaku menjadi kekasihmu?" Andrew ingin kejelasan."Iya aku mau," ucap Ana.Jawaban Ana memberikan kebahagiaan tersendiri bagi Andrew. Keduanya saling menatap dan tersenyum."Aku mencintaimu Ana." Akhirnya kata kata cinta keluar dari bibir Andrew. Kata cinta yang baru saja diterima oleh Ana, membuatnya melambung ke udara."KRinG!" ponsel Ana berbunyi."Maaf, Kakakku menelepon." Ana berjalan agak jauh untuk menjawab telepon."Ya Kak?" "Kakak tak bisa menjemputmu malam ini. Kau bisa pulang sendiri kan?" sahut Levin dari sebrang telepon."Tapi kenapa Kak?""Acara Kakak masih belum selesai." Dari sebrang telepon, samar samar terdengar suara wanita yang sedang berbicara."Hai tampan, apa kau masih belum selesai bicara dengan adikmu?""Tutup saja ponselmu Levin. Kau tak bisa abaikan kami terlalu lama seperti ini!"Ana yang mendengar suara wanita wanita itu