All Chapters of Pembalasan sang Kesatria Iblis Tanpa Tanding: Chapter 61 - Chapter 70
100 Chapters
61. Pendekar Yang Dipandang Sebelah Mata
“Pendekar sekte Tujuh Bintang Kejora. Terlihat dari busana yang anak itu kenakan, betul?” Ding Lam berceletuk masih dengan ekspresinya yang kelihatan ceria.“Kamu langsung menyapa dia,” ucap Ju Jian.“Sekte tertua dan paling kuat di wilayah barat. Bisa jadi, seantero Negeri Pertama. Menarik,” ujar Ding Lam. Senyumnya semakin lebar dan menunjukkan gigi seolah menyimpan arti tertentu.Setelah menurutnya dia sudah berbelanja terlalu banyak, Gao Tian tiba di kediaman keluarga Deng yang berada tidak jauh dari pusat Kota Lembah Merah.Begitu Gao Tian dan pegawai keluarga Deng yang mengantar dirinya tiba di halaman rumah yang cukup besar tersebut, terlihat Deng Lun, Yi Fei, Deng Na dan putranya Deng Kai menyambut dia. Termasuk, Mao De Shu yang merupakan kekasih Deng Na juga ada di situ.“Selamat siang, Tuan Pendekar. Senang berjumpa dengan Anda. Atas kehendak istri dan anak perempuanku, izinkan kami berterima kasi
Read more
62. Saling Memamerkan Kekuatan Spiritual
Deng Lun kembali berbicara, “De Shu akan menunjukkan kemampuan spiritualnya terlebih dahulu. Dia akan memecahkan bongkahan semen tersebut. Setelah itu, giliran kamu,” jelas sang saudagar.Pada saat ayah dari kekasihnya berkata demikian, De Shu menatap pada calon mertuanya dan mengangguk. Setelah itu, dia memandang Gao Tian sembari memamerkan senyum.“Gao Tian …,” Xuanwu melakukan kontak dengan tuan rumahnya.“Ya, Xuanwu?” balas Gao Tian lugu.“Kamu akan menerima tantangan ini, bukan?” senyum Xuanwu tipis tetapi menyimpan makna.“Euh …, aku ingin, tapi …”“Jangan takut untuk menunjukkan kekautan spiritualmu. Orang-orang sombong seperti dua pria ini perlu diberi pelajaran. Ketimbang kamu mengapliaksikan ilmu Ular Sakti Terkutuk pada si De Shu dungu atau paman congkak ini, lebih baik kamu menghantam benda padat, bukan?”“Y-ya …, aku
Read more
63. Ujung Tombak Misi-misi Istimewa
Sunyi. Semua orang yang berada di situ mulai dari para anggota keluarga Deng hingga karyawan mereka juga De Shu termasuk orang yang mengantar Gao Tian terdiam. Tatkala, tidak ada satu pun beton yang dihantam tamu mereka patah atau hancur.“Hmph …!” De Shu bermaksud terkekeh tapi dengan sengaja dia menahannya.“Aku pikir, kamu adalah pendekar yang tangguh, Gao Tian. Sayang sekali. Kau tidak jadi mendapat hadiah 5 tael emas dariku,” ucap Deng Lun.“Ah, ya. Maaf, tuan-tuan, nyonya dan nona. Kekuatan spiritualku memang belum seberapa,” ujar Gao Tian. Dia menjauh dari tumpukan beton.Meninggalkan tempat dia berdiri, Deng Lun maju ke arah tumpukan semen. “Bagaimana kamu itu. Sini, biar aku ajarkan cara—"Krrrk …!Tinggi hati, Deng Lun bermaksud untuk menunjukkan kemampuannya pada Gao Tian. Namun lantas, terdengar suara retakan dari tumpukan semen berbentuk persegi tersebut.De Sh
Read more
64. Memancing Xuanwu Keluar
Apa yang dikatakan Ju Jiang membuat wajah tampan lagi ceria Ding Lam melongo ke arah rekannya. Sebab, ia terheran-heran. Kemudian, dia bertanya.“Begitukah? Mengapa bisa seperti itu?” tanya Ding Lam polos.Sejurus, Ju Jiang terdiam memandang pada Ding Lam. Ia menyantap hidangannya, barulah dia berbicara. “Bisa saja orang itu tidak melakukan apa-apa …”“Lalu bagaimana caranya dia dapat mengesktrasi Xuanwu …?” Ding Lam kembali bertanya lalu asyik makan.“Mungkin karena orang itu memiliki pancaran energi spiritual ilmu hitam yang sangat tinggi. Kalau demikian, ia sama sekali tidak perlu menjalankan ritual apapun. Dia mampu menerobos segel tersebut, lantas bertemu entitas Xuanwu. Keduanya menjalin perjanjian … entah apa yang terjadi selanjutnya.”Pada saat temannya memaparkan, Ding Lam kembali terpekur memandangi Ju Jiang yang memiliki raut dingin. Sementara, tangannya bermaksud menga
Read more
65. Meleleh Karena Gao Tian
“Setelah menaklukkan kelompok pengganggu keamanan kemarin, Nona tentu merasa senang Tuan Chun Ho bisa menemani Anda sepanjang tengah hari ini,” Yimu berujar pada junjungannya.Dengan langkah anggun, Xiao Mei mendekat pada ranjangnya, kemudian berbaring di situ. “Untuk beberapa jam, aku menikmati berbincang dengan Chun Ho. Tetapi setelah santap siang bersama tadi, aku juga jadi bertanya-tanya. Kapan mereka akan pulang,” rengut Xiao Mei menanggapi dayangnya.Yimu dibuat terkikik-kikik oleh Xiao Mei. Dia menatap bangga pada sosok cantik yang tengah berbaring tidak juah dari dirinya tersebut.“Toh Anda sudah seharian bersama Tuan Gao Tian kemarin, Nona. Atau … Anda belum puas berada di sisinya?” kelakar Yimu malu-malu. Ia menutup mulut dengan telapak tangan.Apa yang diucapkan salah satu pengasuh sekaligus pengawalnya tersebut membuat Xiao Mei mendelik ke arah Yimu. Asistennya tersebut merundukkan tubuh tanda memberi
Read more
66. Mempersiapkan Daya Tahan Fisik
Pada saat orang-orang itu tengah mengantre, seorang pria datang dan berbicara pada seseorang yang bertugas untuk mengatur alur keluar masuk. Berbisik sejenak, sang petugas mengantar orang itu ke bagian belakang bangunan.Di dalam pondok tersebut, tampak seseorang pria tua dengan busana kelabu tengah berbicara dengan tamunya. Ia memiliki rambut panjang yang telah memutih, begitu pula janggut dan kumisnya.“Guru, terima kasih telah membantuku untuk memberikan saudaraku yang sombong itu kesusahan. Warisan kakek kami seharusnya dibagi rata. Tetapi, dia malah ingin menguasai semuanya,” ucap si tamu. Dia menyodorkan kantong uang pada sang guru.“Terima kasih sama-sama, Tuan. Aku hanya melakukannya sesuai permintaanmu,” balas lelaki setengah baya tersebut.Laki-laki yang bertugas mengatur tamu masuk. Dia menyapa lembut pada pria tua yang disebut ‘guru’ itu, kemudian mendekat. Petugas itu membisikkan sesuatu singkat saja.
Read more
67. Sang Putri Kembali Ke Balai Riung
“Xi—, Nona Su akan berlatih di sini …?!” Gao Tian spontan bertanya pada Jialun.Orang yang dia ajak berbicara berucap, “Bukankah itu biasa? Master Hu Meng tadi berpesan padaku: ‘panggilkan Gao Tian karena dia mesti mendampingi Nona Su. Sebab, beliau akan berlatih’. Begitu katanya.”Gao Tian masih percaya tidak percaya. Sepulangnya mereka dari Bukit Xiniu, Gao Tian dapat melihat Xiao Mei dan Chun Ho selalu berdampingan. Dia sudah berpikir bahwa putri Lord Su tersebut telah memiliki teman baru di sana.Tetapi kini, gadis cantik itu datang ke Balai Riung Kejora Merah untuk berlatih. Tentu saja, Gao Tian tidak mengetahui alasan mengapa Xiao Mei ingin kembali mengembangkan ilmu berpedangnya di situ.“Y-ya, kamu benar. Hanya saja, beliau pernah menyampaikan padaku … bahwa …, ia akan berlatih di Bukit Elok,” Gao Tian berkilah seraya siap beranjak bersama Jialun.Dengan raut ketusny
Read more
68. Sekelumit Kisah Hati
“Aku sudah berbicara dengan kedua orang tuaku. Mulai sekarang, aku akan berlatih di 2 tempat. Balai Riung Kejora Merah dan Bukit Elok,” ucap Xiao Mei pada Gao Tian yang berjalan di sebelahnya.Terang saja apa yang disampaikan oleh Xiao Mei membuat kepala Gao Tian menoleh ke arah si putri Su. Sebab usai bertarung dengan Liu Tong, Xiao Mei berkata pada Gao Tian bahwa dirinya akan berlatih di Bukit elok.Sehingga, Gao Tian berpikir bahwa keputusan salah satu putri penguasa wilayah barat Negeri Pertama tersebut tidak dapat diganggu gugat.Akan tetapi baru saja, Xiao Mei mengutarakan ia akan berlatih di 2 tempat. Pastinya, apa yang dirinya dengar membuat Gao Tian terkejut. Sekaligus, muncul perasaan senang dalam hatinya.Menyembunyikan perasaan riangnya setelah mengetahui dirinya bisa kembali sering bertemu Xiao Mei, Gao Tian menanggapi.“Kalau begitu, aku akan selalu siap mendampingimu setiap kali kamu datang, Xiao Mei,” ucap Gao Tian kalem.“Tentu saja kamu yang mesti menemaniku. Memangn
Read more
69. Kala Melihat Sang Putri Tanpa Busana
Xuanwu melakukan kontak dengan hostnya. Begitu mendengar ucapan si Raja Iblis, Gao Tian malah sempat menoleh kemudian menengok ke arah Xiao Mei berada. Akan tetapi, bergerak hanya segitu tidak akan membuat dirinya dapat melihat si putri Su.“Mataku ingin. Tapi hatiku berkata tidak,” balas Gao Tian. Ia tersenyum tipis begitu lepas.“Tega benar jika kamu berkeinginan untuk mengintip junjunganmu itu,” kata Xuanwu.Tak tampak oleh Gao Tian. Pada tahta tempat dirinya duduk, Xuanwu juga turut tersenyum tipis. Mimik dia tidak seperti biasanya. Terlihat begitu kalem, ramah. Sangat berbeda dengan momen-momen lain. Terutama, saat mereka menghadapi musuh.Terdiam sejurus, Gao Tian pun berucap, “Sesungguhnya …, aku pernah—tidak sengaja- melihat Xiao Mei bertelanjang di sini, Xuanwu.”Memang benar. Ketika itu, Gao Tian bukan bermaksud mengintip Xiao Mei. Melainkan, dirinya sedang mempersiapkan barang-barang gadis
Read more
70. Ada Yang Panas Hati
Ada sebuah toko bahan pangan di sebelah kiri. Xiao Mei melihat, murid-murid sekte Amukan Penguasa Api sedang berbelanja perbekalan di sana.Amukan Penguasa Api bisa dikatakan merupakan sekte baru. Mereka didirikan 10 tahun lalu, oleh Grand Master Zeng Huo. Seragam mereka berwarna cokelat pasir dengan aksen cokelat tua.Reputasi perguruan seni bela diri itu juga belum seberapa dibanding Kesatria Bukit Elok, apalagi Tujuh Bintang Kejora. Meski begitu, nama mereka cukup dikenal. Karena, harga untuk menyewa jasa mereka masih sangat murah jika dibanding 2 sekte kenamaan tersebut.Selain itu, murid-murid Amukan Penguasa Api juga kebanyakan datang dari kalangan menengah. Ada memang yang memiliki latar belakang dari kalangan berada. Akan tetapi, tidak banyak. “Lio Tong ada di sana,” ucap Xiao Mei dalam hati. Tatkala, dia melihat pemuda yang sempat terbawa perasaan terhadap dirinya itu sedang mengawasi teman-temannya yang mengangkut barang.Liu Tong merupakan putra bendahara pemerintah admini
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status