Semua Bab PERNIKAHAN KONTRAK WASIAT KAKEK: Bab 21 - Bab 30
42 Bab
PRIA BUNGLON BAIK HATI
Pemakaman Kakek dihadiri oleh keluarga dan sahabat yang sedang berduka. Mereka saling memberikan dukungan dan penghiburan, membagi kesedihan mereka dalam suasana yang hening.Di tengah kerumunan, Rendra tiba bersama keluarganya. Melihatnya, tangisku tak tertahankan lagi. Aku berlari ke arahnya, mencari pelukan yang bisa menguatkan.Rendra melingkarkan lengannya di sekelilingku dengan penuh kelembutan. Aroma maskulin dari parfumnya menyapu indera penciumanku, memberikan sedikit kenyamanan di tengah kesedihan yang melanda."Menangislah sepuasmu," bisiknya dengan suara yang hangat, menenangkan hatiku yang hancur karena kehilangan Kakek."Dia begitu istimewa bagiku, Rendra. Aku tidak tahu bagaimana aku bisa melanjutkan hidup tanpa Kakek," ucapku di antara isakan yang tak terbendung.Rendra mengelus punggungku dengan lembut, membiarkan aku melepaskan semua rasa sakit dan kehilangan yang terpendam.Aku membiarkan diriku tenggelam dalam pelukannya, membiarkan air mataku mengalir tanpa hamba
Baca selengkapnya
PENGHIBURAN (1)
Keesokan harinya, cahaya lembut matahari mulai menyinari langit, memberikan kesan hangat pada pagi yang sepi. Saat aku bangun dari tidurku, perasaan kehilangan Kakek masih membayangi pikiranku, membuat langkahku terasa berat saat aku keluar kamar.Di ruang tengah, Rendra sudah menunggu dengan secangkir kopi di tangannya, wajahnya tampak lebih tenang daripada kemarin. Aroma kopi yang harum memenuhi udara, memberikan suasana yang tenang dan nyaman."Aku sudah membeli makanan untukmu, makanlah," ucap Rendra sambil menawarkan sepiring cumi hitam kesukaanku.Aku mengangguk sambil tersenyum, mengambil sepotong makanan dan menyuapkannya ke mulut. "Ini adalah makanan kesukaanku," ucapku pelan, sambil membiarkan rasa nostalgia memenuhi ruangan.Rendra mengangguk, senyumnya tersirat di bibirnya yang lembut. "Kakekmu yang memberitahuku," balasnya.Aku memandang Rendra, terpancar kehangatan dalam tatapan kami yang saling bertaut. Dalam keheningan itu, terlihat jelas kedekatan antara Rendra dan K
Baca selengkapnya
PENGHIBURAN (2)
Rendra tersenyum misterius, "Aku tahu kamu menyukai suasana pasar malam, jadi aku pikir ini akan menjadi tempat yang sempurna untuk melanjutkan hari yang indah ini."Senyuman tak tertahankan terukir di wajahku mendengar kata-kata Rendra. Aku berterima kasih dalam hati atas usahanya untuk menghiburku.Kami berdua berjalan-jalan di sepanjang pasar malam, menikmati berbagai makanan lezat dan melihat-lihat berbagai barang dagangan yang dipajang di sepanjang lorong-lorong pasar.Suasana ramai dan penuh warna dari lampu-lampu hias yang menghiasi sekitar memberikan nuansa keceriaan."Ingat waktu Kakek selalu membawamu ke pasar malam saat kamu kecil?" tanya Rendra sambil memandangiku dengan penuh kehangatan.Aku menoleh terkejut ke Rendra, "Bagaimana kamu bisa tahu banyak tentangku dan Kakek?" tanyaku pada Rendra.Rendra menghela napas, "Bagaimana aku tidak tahu banyak, jika setiap aku bertemu dengannya, yang dibahas adalah dirimu," jawa
Baca selengkapnya
DINAMIKA HUBUNGAN
Esok paginya, aku terbangun oleh bunyi bel yang berdenting dari luar rumah. Aku dan Rendra hampir bersamaan membuka mata, menyadari bahwa hari baru telah tiba."Siapa yang bertamu pagi-pagi begini?" tanyaku, masih agak terdiam dari kantuk.Rendra mengangguk sambil meregangkan tubuhnya, "Akan aku lihat."Kami berdua beranjak dari sofa dengan perlahan, merasakan kekakuan otot-otot setelah tidur semalaman di tempat yang tidak biasa.Rendra berjalan ke arah pintu depan dengan langkah yang masih sedikit terhuyung-huyung. Suasana pagi begitu tenang, udara segar menyegarkan kami setelah tidur semalaman."Siapa itu, Rendra?" tanyaku, memperhatikan Rendra terdiam di depan pintu."Ini aku, Lusi!!" terdengar suara ceria Lia dari balik pintu, disertai dengan wajahnya yang muncul.Aku berjalan mendekati mereka berdua. "Apa yang membawamu kemari di pagi hari seperti ini?" tanyaku pada Lia."Aku merindukanmu, Lusi!!" ucap Lia sambil tersenyum.Aku mengangguk, "Masuklah ke dalam."Saat kami hendak m
Baca selengkapnya
GIRLS TIME
Aku memandang Rendra yang pergi dengan ekspresi sedikit bingung, tapi kemudian mengalihkan perhatian pada Frans yang masih berdiri di sebelahku.Ada rasa penasaran yang mulai menggelitik di dalam hatiku, tapi aku memilih untuk menyimpannya untuk kemudian.Tiba-tiba, terdengar suara riuh dari arah pintu, memecah lamunanku. Lia, dengan energi yang melonjak-lonjak, membangunkanku dari lamunan yang membayangi. "Lusi, cepat bersiap! Aku yang akan membantu Frans," serunya sembari mendekati aku dan mengambil alih tempatku.Aku mengangguk sambil memberikan senyum kecil sebagai ucapan terima kasih pada Lia. "Baiklah, terima kasih, Lia. Aku akan segera bersiap-siap."Masuk ke dalam, air hangat menyentuh tubuhku, menghilangkan kelelahan dan kekakuan. Mandi memberiku kesempatan untuk menenangkan pikiranku.Setelah selesai mandi dan bersiap, aku keluar dari kamar dengan perasaan segar dan semangat yang baru. Di ruang tamu, suasana
Baca selengkapnya
TOPENG RAJU (4)
"Kamu mau mengikutinya?" tanyaku, mencoba mencari langkah selanjutnya kepada Lia di tengah kerumunan orang di dalam mall yang ramai.Lia memandangku dengan tatapan ragu, seolah sedang mempertimbangkan pilihan-pilihannya. Setelah sejenak terdiam, akhirnya ia menggeleng dengan mantap. "Tidak, biarkan saja. Aku tidak ingin merusak hariku gara-gara Raju," balas Lia, suaranya terdengar reda di tengah riuhnya kerumunan."Tapi bagaimana jika wanita itu juga korban Raju, seperti halnya kita?" tanyaku, mencoba menemukan alasan yang bisa meyakinkan Lia untuk bergerak.Kami berdua saling memandang, wajah-wajah kami tercermin dalam gemerlap cahaya lampu-lampu di mall yang sibuk.Lia akhirnya mengangguk dengan mantap, "Coba kita ikuti mereka," ucapnya, suaranya hampir hilang terbawa arus kerumunan yang semakin meningkat.Aku mengangguk setuju, mencoba memastikan bahwa kami tetap waspada dan tidak terlalu mencolok di tengah-tengah keramaian.K
Baca selengkapnya
TOPENG RAJU (5)
Aku berbalik dan melihat Raju, wajahnya terlihat tenang tapi penuh dengan rasa ingin tahu. "Oh, hai Raju," sambutku dengan sedikit kebingungan di tengah kerumunan orang yang sibuk berjalan di sekitar kami. "Aku mengenal Lia dari teman-teman yang sama," jawabku cepat, mencoba memutar otak untuk menemukan alasan yang masuk akal di tengah gemerlapnya suasana malam di dalam mall yang ramai.Raju mendekatiku dengan senyum misterius di wajahnya, cahaya lampu mall memperlihatkan kilauan di matanya yang penuh tanda tanya. "Apa benar begitu?" tanyanya dengan nada yang agak ragu, suaranya terdengar di tengah riuhnya kerumunan yang semakin padat.Aku mengangguk mantap, berusaha tetap tenang meskipun hatiku berdebar kencang di tengah keramaian yang semakin meningkat. "Ya, kami sering bertemu di acara-acara sosial dan kegiatan komunitas," jelasku dengan suara yang hampir hilang terbawa arus kerumunan.Raju menatapku sejenak, seolah mempertimbangkan kata-katak
Baca selengkapnya
SELAMAT ULANG TAHUN!
"Di mana kamu sekarang?" tanya Rendra dari seberang telepon, suaranya terdengar cemas."Aku di dalam mall, dekat food court. Tolong segera menjemputku," jawabku cepat, mencoba menahan kecemasan yang mulai merayapi diriku."Baik, aku akan segera ke sana. Tunggu sebentar," ucap Rendra sambil mengakhiri panggilan.Setelah menutup telepon, aku melangkah perlahan menuju tempat duduk yang lebih tenang di dekat sisi mall. Riuhnya pikiran yang berkecamuk membuatku merasa gelisah. Aku berusaha menenangkan diri, tetapi kekhawatiran masih menghantui.Beberapa saat kemudian, Rendra muncul di depan food court, wajahnya penuh kekhawatiran saat mendekat ke arahku. Aku segera berdiri dari tempat duduk, merasa lega melihatnya."Kamu baik-baik saja?" tanya Rendra dengan nada yang penuh perhatian saat dia berada di tempatku.Aku mengangguk cepat. "Ya, aku baik-baik saja. Terima kasih sudah datang," ucapku dengan suara gemetar, berusaha menenangkan
Baca selengkapnya
PERCOBAAN AWAL
Aku berusaha mengusir pikiran tentang Anya yang merayap di benakku. "Apa peduliku dengan itu?" gumamku dalam hati.Kemudian, aku memalingkan pandanganku ke arah Rendra yang duduk dengan anggun di sofa. Posisinya yang santai, dengan satu kaki berselonjor di atas yang lain, menambahkan kesan pesona pada penampilannya yang tampan. Rambutnya yang teratur menyempurnakan gambaran akan  ketenangannya dan menambah nilai plus ketampanannya.Sosoknya memukau, dengan mata yang memancarkan kehangatan dan senyum yang mampu mencairkan hati siapa pun. Aku hampir terpesona oleh kehadirannya di ruangan ini.Suasana sekitar terasa tenang, dengan cahaya lembut menyinari ruangan dan aroma harum dari lilin aromaterapi mengambang di udara. Udara sejuk dari pendingin ruangan menyegarkan, menciptakan suasana yang menyenangkan untuk berada di dalamnya. Kami berdua duduk di ruang keluarga yang nyaman, menghabiskan waktu bersama untuk merayakan ulang tahun Rendra.
Baca selengkapnya
HARI YANG HANGAT?
Dalam keheningan yang semakin merayap di ruang kamar, aku merasa kelopak mataku mulai terasa berat. Pikiranku yang tadinya dipenuhi dengan kebingungan dan kekhawatiran, kini mereda dengan perlahan, digantikan oleh rasa kantuk yang menyelimuti.Dengan gerakan perlahan, aku menyambar selimut yang tergeletak di ranjang, membungkus tubuhku dengan hangatnya. Udara kamar yang sejuk merangkulku dengan lembut, menyelimuti diriku dalam kehangatan yang mengundang untuk terlelap.Lalu, aku bangun dari tidurku yang lelap dengan gerakan yang pelan, merasakan tubuhku masih terasa lelah namun segar. Dengan sedikit menggosok-gosok mataku, aku mencoba mengusir sisa-sisa kabut tidur yang masih menyelimuti pikiranku.Dengan langkah ringan, aku meninggalkan kamar menuju ruang tamu yang diterangi cahaya matahari pagi yang menyelinap masuk melalui jendela. Udara segar pagi itu mengisi ruangan dengan kehangatan dan kesegaran, menyambutku dengan hangat. Aku merasakan aroma harum
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status