PERNIKAHAN KONTRAK WASIAT KAKEK

PERNIKAHAN KONTRAK WASIAT KAKEK

last updateLast Updated : 2024-04-05
By:  urstoryOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
3 ratings. 3 reviews
42Chapters
1.7Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Seorang gadis muda bernama Delusi harus menikah dengan seseorang yang bahkan tidak dia kenali hanya demi memenuhi janji remeh yang diucapkan kakek semasa muda. Padahal, mereka berdua sudah punya pasangan masing-masing. Delusi semakin pusing ketika pria itu dengan gampangnya menawarkan sebuah kontrak pernikahan, dan mereka akan bercerai 1 tahun kemudian. "Bagaimana jika salah satu dari kita ada yang jatuh cinta?" tanyaku karena ingin memastikan bahwa tawarannya tidak akan merugikanku. "Dia yang jatuh cinta tidak boleh menuntut untuk dicintai balik dan tetap bercerai setelah satu tahun."

View More

Chapter 1

PERMINTAAN KONYOL KAKEK

"Lusi, kamu harus menikah dengan cucu sahabat Kakek."

Itu adalah kalimat yang selalu diucapkan Kakek padaku. Dan aku tidak pernah bosan selalu menjawab dengan kalimat yang sama.

"Kek, Lusi sudah bicara berapa kali kalau Lusi tidak mau. Lusi mau menikah dengan pilihan Lusi sendiri," balasku kepada Kakek karena sudah malas dimintai menikah dengan orang yang tidak kukenal.

Kakek menggenggam tanganku dengan lemah. Dari posisi berbaringnya, pria tua itu menatapku dengan tatapan memohon.

"Kakek sudah berjanji dengan sahabat kakek untuk menjodohkan kalian,” ucap Kakek dengan suaranya yang lirih. “Kakek harus menepatinya sebelum Kakek tiada."

"Sudahlah, Kakek istirahat saja.”

Aku memutuskan untuk mengabaikan permintaan Kakek, menyudahi obrolan pernikahan yang sangat tidak aku inginkan itu.

Aku menarik selimut Kakek, menyuruhnya untuk berhenti mengoceh. “Kakek sedang sakit, tidak baik membicarakan hal berat seperti ini."

“Lusi,” panggil Kakek lagi. "Ini tinggal persetujuan dari kamu Lusi, cucu sahabat Kakek sudah menyetujuinya."

Aku tidak membalas ucapan terakhir Kakek, memilih untuk pergi dari kamar rawat Kakek untuk mencari udara segar.

Sudah beberapa kali aku mengatakan pada Kakek bahwa aku sudah memiliki kekasih, tapi mengapa Kakek terus memaksa aku menikah dengan cucu sahabatnya? Itu membuatku kesal.

Perasaan itu membawaku melangkah ke taman rumah sakit, tempat yang rindang karena masih banyak pepohonan di sana, dan ketenangan yang membuatku sedikit lebih rileks.

Aku mendekati tempat duduk kosong dan memilih untuk duduk sejenak, merenungkan permintaan konyol Kakek.

Sudah dua bulan Kakek terbaring di rumah sakit karena penyakit jantungnya. Dokter bilang, kondisinya sudah semakin lemah.

Dan semakin ke sini, Kakek semakin sering menyinggung soal perjodohan itu. Dia bilang, dia bisa mati dengan tenang jika melihatku menikah dengan cucu temannya.

Aku bingung, harus menolak atau tidak.Bagaimanapun, aku sangat menyayangi Kakek.

"Sepertinya aku perlu mendiskusikannya dengan Raju," gumamku seorang diri.

Aku berniat mengambil ponsel dari saku bajuku untuk menghubungi Raju, kekasihku.

Salah satu alasan mengapa aku menolak perjodohan ini adalah karena aku masih memiliki Raju. Tidak mungkin aku meninggalkannya demi orang lain yang tak kukenal.

Namun, ketika aku hendak menekan nomor telepon Raju, seseorang tiba-tiba berdiri di hadapanku.

"Apakah kamu Delusi, cucu Kakek Jaya?" tanya pria itu langsung.

Aku mengangkat kepala. "Siapa kamu?" tanyaku dengan was-was, menyelidiki sosoknya dengan cermat.

Aku melihatnya dari atas hingga bawah. Dengan setelan jas biru muda yang melengkapi pesonanya, dia tampak begitu elegan dan berkarisma.

Sorot matanya yang tajam seolah mencerminkan kepercayaan diri, sementara senyum hangatnya menambahkan sentuhan ramah pada penampilannya yang berkelas.

"Aku seseorang yang dijodohkan denganmu, Derendra," jawabnya dengan santai. Kemudian, pria itu duduk di sebelahku.

Kemudian, pria asing ini mengatakan sesuatu yang membuatku terbelalak.

"Terima saja perjodohan kita.”

Aku jelas langsung protes!

"Tidak mau! Aku sudah punya pasangan," kataku.

"Tenang saja, aku juga sudah punya pasangan," balasnya tenang sambil menyeruput kopi yang dibawanya. Ia bahkan tidak mau menatapku.

Aku terkejut mendengar kejujuran yang dikatakannya itu. Lalu kenapa pria ini ingin agar aku menerima perjodohan itu?

"Kamu gila, ya?!” ucapku lagi. “Kalau punya pasangan, kenapa–”

"Kita nikah demi keuntungan masing-masing saja, dan tidak saling mencampuri urusan satu sama lain," ucap Rendra dengan tenang.

Aku mengernyit. "Keuntungan apa yang kamu maksud?" tanyaku mencoba menggali lebih dalam tawaran Rendra.

Rendra menghadap padaku dengan muka serius.

"Pertama, kamu akan menjadi anak yang sangat berbakti kepada keluargamu. Kedua, kita tidak akan didesak untuk menikah lagi. Ketiga, aku tidak akan menyentuhmu sama sekali, jadi kamu tidak perlu khawatir. Keempat, perusahaan keluarga kita akan bekerja sama, dan untungnya akan sangat besar. Dan yang kelima..."

Rendra menghentikan ucapannya dan mendekatkan dirinya padaku. Dia berbisik, "Aku akan menjadi penerus perusahaan keluargaku."

Aku menatap Rendra sambil merenungkan tawaran yang diberikannya.

Memang benar, aku sudah lelah didesak untuk menikah dengan pria ini. Tapi tentang menjadi penerus itu hanya akan menguntungkannya.

"Kamu tidak perlu putus, lanjutkan saja. Anggap saja ikatan pernikahan ini tidak ada, lakukan semau kalian dan semauku dengan pasanganku," sambung Rendra sambil menyenderkan tangannya di bangku taman.

Apakah aku akan berkhianat pada Raju jika menerima pernikahan ini?

Jika aku menolak perjodohan ini, aku takut kesehatan Kakek akan menurun. Tetapi aku tidak siap dengan pernikahan ini, aku hanya ingin menikah dengan Raju.

"Jangan khawatir, kita akan bercerai dalam waktu singkat. Setelah itu, kamu bisa menikah dengan kekasihmu itu," jelas Rendra yang sepertinya bisa membaca kekhawatiran yang aku rasakan.

"Anggap santai saja pernikahan ini, kamu tidak perlu melakukan tugasmu sebagai istri," tambah Rendra.

"Bagaimana jika salah satu dari kita ada yang jatuh cinta?" tanyaku lagi karena ingin memastikan bahwa tawarannya tidak akan merugikanku.

Rendra hanya diam untuk berpikir, sepertinya dia belum memikirkan ini sebelumnya.

"Dia yang jatuh cinta tidak boleh menuntut untuk dicintai balik dan tetap bercerai setelah satu tahun," tawarnya padaku setelah berpikir beberapa lama.

Tawaran Rendra cukup menarik, hanya saja aku takut jika Raju tidak bisa menerima keputusan ini. Bagaimana jika Raju memilih untuk putus denganku?

"Sepertinya kamu perlu waktu berpikir," ucap Rendra dan memberikan ponselnya kepadaku. "Catat nomormu di sini, aku akan menghubungimu kembali nanti untuk menanyakan keputusanmu."

Aku mengambil ponsel Rendra dan mengetik nomor ponselku.

"Telepon aku terlebih dahulu jika kamu sudah membuat keputusan," ucap Rendra setelah menutup panggilan.

Mengapa aku harus berada dalam situasi yang begitu rumit ini?

Menikah dengan seseorang yang tidak aku kenali, terutama ketika kami masih memiliki pasangan masing-masing? Hanya orang tidak waras yang akan menyetujui tawaran gila seperti ini.

Drtt. Drtt.

Teleponku berbunyi, dan tertera nama Mama di sana.

"Halo, Ma?"

Mama menjawab sambil terisak. Hatiku berdegup kencang saat mendengar berita dari Mama bahwa kondisi Kakek sangat buruk.

Tanpa ragu, aku segera berlari kembali ke kamar Kakek, di mana gelapnya suasana menyatu dengan kegelapan perasaanku yang tak karuan.

"Kakek harus baik-baik saja," gumamku dalam hati, berharap dengan keras agar tidak terjadi hal buruk kepada Kakek.

Dengan napas tersengal-sengal, aku terus berlari hingga sampai di depan pintu ICU, di mana kegelapan koridor menyambutku dengan dinginnya. Di sana, orangtuaku berdiri, wajah mereka mencerminkan kekhawatiran yang sama seperti yang kurasakan.

"Masuklah, Lusi," pinta Mama kepadaku seraya menatapku dengan wajah penuh harap,.

"Kakek tidak mau ditangani sebelum bertemu denganmu." Suaranya terdengar serak.

Dengan hati yang berdebar-debar, aku segera mengikuti perintahnya dan melangkah masuk ke dalam ruang ICU.

Di sana, aku melihat Kakek terbaring lemah dengan berbagai macam alat di sekitarnya. Beberapa dokter yang hanya diam, tampaknya tidak melakukan apapun pada Kakek.

Suasana tegang dan hening menyelimuti ruangan, menciptakan aura ketegangan yang sulit untuk dijelaskan dengan kata-kata.

"Kenapa kalian diam saja?" pekikku kepada para dokter yang hanya berdiri diam di sekeliling Kakek. "Cepat lakukan sesuatu untuk Kakek!"

Suaraku memecah keheningan ruangan, mencerminkan kegelisahan dan keputusasaan yang melanda hatiku.

"Jangan salahkan mereka, Lusi...," lirih Kakek dengan suara lemahnya. "Kakek yang tidak mau."

Suaranya hampir hilang di antara kebisingan alat-alat medis yang berdenyut.

"Berjanjilah untuk menikah dengan Rendra, Lusi," pinta Kakek dengan suara yang semakin lemah, namun permintaannya terdengar begitu tulus dan berat untuk diabaikan.

Aku tidak punya waktu untuk berpikir, aku tidak punya pilihan lain.

Dengan suara gemetar, menahan tangis yang hampir pecah, aku menjawab, "Akan aku lakukan, Kek, asalkan Kakek berjanji untuk tidak melakukan hal seperti ini lagi."

Kakekku hanya diam dan tersenyum lemah, sepertinya menerima janji yang baru saja kuberikan.

Aku segera menyuruh para dokter untuk segera menangani Kakek. Dengan cepat, para dokter mulai melakukan tindakan yang diperlukan, bergerak dengan sigap dan penuh perhatian terhadap kondisi Kakek.

Aku meninggalkan ICU dengan perasaan cemas terhadap Kakek. Lebih dari segalanya, aku takut kehilangan Kakek daripada menjalani pernikahan ini.

Aku pun segera mengambil ponsel, menghubungi seseorang.

"Di mana kita sebaiknya bertemu untuk membahas perjanjian pernikahan ini?" tanyaku kepada Rendra melalui telepon.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

default avatar
minaya
Lanjutt thor ceritanya bagus
2024-04-06 12:26:47
0
user avatar
SyasaRanni
Semoga cowoknya yg jatuh cinta duluan, biar kemakan sama kontraknya sendiri hehe.. Btw, semangat updatenya kak Author!
2024-03-20 16:46:57
1
user avatar
Faliha Riasah
bagus kak, seneng sama karakter Lusi
2024-03-12 13:45:05
2
42 Chapters
PERMINTAAN KONYOL KAKEK
"Lusi, kamu harus menikah dengan cucu sahabat Kakek." Itu adalah kalimat yang selalu diucapkan Kakek padaku. Dan aku tidak pernah bosan selalu menjawab dengan kalimat yang sama. "Kek, Lusi sudah bicara berapa kali kalau Lusi tidak mau. Lusi mau menikah dengan pilihan Lusi sendiri," balasku kepada Kakek karena sudah malas dimintai menikah dengan orang yang tidak kukenal. Kakek menggenggam tanganku dengan lemah. Dari posisi berbaringnya, pria tua itu menatapku dengan tatapan memohon. "Kakek sudah berjanji dengan sahabat kakek untuk menjodohkan kalian,” ucap Kakek dengan suaranya yang lirih. “Kakek harus menepatinya sebelum Kakek tiada." "Sudahlah, Kakek istirahat saja.” Aku memutuskan untuk mengabaikan permintaan Kakek, menyudahi obrolan pernikahan yang sangat tidak aku inginkan itu. Aku menarik selimut Kakek, menyuruhnya untuk berhenti mengoceh. “Kakek sedang sakit, tidak baik membicarakan hal berat seperti ini." “Lusi,” panggil Kakek lagi. "Ini tinggal persetujuan dari kamu Lus
last updateLast Updated : 2024-03-02
Read more
KONTRAK PERNIKAHAN
Sesuai kesepakatan, kami bertemu di kantor milik keluarganya. Di sinilah kami sekarang, berada dalam ruangan kerja Rendra. Aku duduk di sofa yang tersedia di ruangan Rendra, menikmati secangkir teh yang telah disiapkan untukku. Sepuluh menit menunggu, Rendra masuk dengan membawa laptop miliknya, lalu duduk di sebelahku. “Ayo kita tulis perjanjian itu bersama,” ajaknya. “Seperti yang aku tawarkan kemarin di taman, aku akan menuliskan pasal-pasal dalam pernikahan kontrak kita,” ucap Rendra sambil mengetik. “Aku penasaran, mengapa kamu begitu ingin menjadi penerus perusahaan ini? Bukankah kamu sudah pasti akan menjadi penerus perusahaan ini?” tanyaku kepada Rendra. “Tidak, perusahaan ini tidak akan diserahkan kepadaku kecuali jika aku menikah denganmu dan bertahan setidaknya satu tahun,” jelas Rendra padaku. “Kenapa situasi menjadi seperti itu? Bukankah kamu saat ini adalah pewaris tunggal di keluargamu?" Rendra melihatku sekilas, lalu menghela napas. “Keluargkaku tidak sehangat k
last updateLast Updated : 2024-03-06
Read more
PERSIAPAN PERNIKAHAN
"Kenapa secepat itu?" tanyaku kebingungan atas sesuatu yang diucapkan Rendra melaui telepon bahwa pernikahan kami akan dilaksanakan satu minggu lagi.Rendra tidak memberikan alasan yang jelas padaku, dia hanya menyuruhku untuk segera bergegas kembali ke rumah sakit, tempat Kakek dirawat. "Hal gila apa lagi ini?" umpatku dalam hati. Sepanjang perjalanan menuju rumah sakit, aku memaki-maki Rendra, menyumpahi namanya karena selalu berbuat seenaknya.Bagaimana bisa dia selalu berbuat seenaknya? Aku berjalan cepat dengan perasaan membara. Segera saja aku masuk ke ruangan rawat Kakek yang penuh dengan aroma obat-obatan menusuk hidung. Pandanganku langsung tertuju ke arah ranjang, namun yang kulihat bukan hanya Kakek yang terbaring di kasur. Di sana, ada banyak sekali orang yang mengelilinginya. Ada keluarga Rendra juga di sana."Kamu sudah datang, Lusi. Kemarilah," sapa Kakek ketika melihatku masuk ke dalam ruangan.Kakek terlihat jauh lebih baik dari sebelumnya. Aku bertanya-tanya menga
last updateLast Updated : 2024-03-07
Read more
HARI PERNIKAHAN
Sekarang adalah hari pernikahanku. Aku berada di ruang makeup, rambutku dihias dengan mahkota bunga segar yang menambah pesonaku. Gaun putih yang elegan menempel dengan manis di tubuhku yang mungil. Perasaanku campur aduk, antara gugup dan gelisah karena momen besar ini.Orang yang sedang meriasku dengan penuh antusiasme memuji, "Cantik sekali, pengantin pria pasti terpesona melihat anda," seraya menambahkan sentuhan akhir pada riasan wajahku.Ucapan pujian itu membawa senyum ke wajahku, meskipun hatiku masih dipenuhi oleh sejumlah emosi yang sulit diungkapkan. "Pengantin wanita sudah siap untuk keluar?" tanya seseorang kepadaku.Aku menjawab dengan anggukan ringan, mencoba menyembunyikan ketidakpastian dalam suaraku. Langkah-langkahku terasa berat saat aku berjalan menuju pintu keluar. Rasa gelisah semakin menguat, seperti tak terbendung oleh keindahan sekelilingku.Papaku sudah berdiri dan siap untuk mengantarku ke pelaminan, aku melihat cahaya kebahagiaan yang terpancar dalam dirin
last updateLast Updated : 2024-03-07
Read more
MALAM PERTAMA SETELAH MENIKAH
Aku dan Rendra sudah sampai di kediaman Rendra.Rumah milik Rendra adalah sebuah bangunan megah yang menjulang tinggi dengan arsitektur modern yang menawan. Dikelilingi oleh taman yang rimbun dan indah, pintu masuk utama dilapisi dengan panel kayu yang elegan. Langit-langit tinggi memberikan kesan luas dan anggun saat memasuki ruang utama.Interior rumah dipenuhi dengan furnitur mewah dan sentuhan artistik yang menghadirkan suasana yang hangat dan mengundang.Dinding-dindingnya dihiasi dengan lukisan-lukisan indah dan hiasan seni yang menambah keanggunan ruangan.Cahaya alami memasuki ruangan melalui jendela-jendela besar, menciptakan permainan cahaya yang menawan di sepanjang hari.Rumah Rendra adalah tempat yang memancarkan kemewahan dan kenyamanan."Kamarmu sebelah sana, dan kamarku sebelah sini. Jangan pernah sesekali masuk ke kamarku tanpa izin. Dan ada tangga mengarah ke ruang bawah tanah, kamu dilarang ke sana," ucap Rendra dan pergi meninggalkanku ke kamarnya. Aku juga masuk k
last updateLast Updated : 2024-03-07
Read more
MENJALANKAN MISI
Sesuai apa yang telah aku rencanakan kemarin, misiku hari ini adalah mencari tukang untuk memperbaiki dinding dan pintuku. "Ah, lapar sekali," ucapku sambil meng-scroll aplikasi pesan antar makanan. Aku akan memesan makanan untukku dan Rendra, "Kamu seharusnya beruntung memiliki istri sepertiku. Lihat, aku juga memesankan makanan untukmu," ucapku berbangga diri. Sambil menunggu pesanan, aku duduk di sofa ruang tamu sambil berpikir, "Kira-kira siapa yang punya kenalan seorang tukang?" "OH! SELLA!!!" pekikku teringat seorang teman masa kuliah yang memiliki banyak kenalan tukang karena kelurganya selalu melakukan renovasi rumah tiap dua bulan sekali. "Halo Sella," sapaku pada Sella melalui telepon. "Iya Lusi. Ada apa nih?" tanya Sella "Jadi gini Sel, aku lagi mau merenovasi kamarku. Kamu ada rekomendasi tukang gak?" jelasku pada Sella. "Butuh kapan Lus?" tanya Sella memastikan. "Aku butuh hari ini, ada gak ya Sel?" ucapku pada Sella. "Coba aku cariin ya, nanti aku hubungi lagi,"
last updateLast Updated : 2024-03-08
Read more
ACARA KELUARGA (1)
"Nanti malam ada acara keluarga," ucap Rendra ketika aku lewat di depannya, sedang duduk di sofa ruang tamu."Artinya aku harus bersandiwara menjadi pasangan sungguhan dengannya?" pikirku dalam hati mengenai ucapan Rendra.Aku tidak memedulikan ucapannya, melewatinya begitu saja dan menyambut para tukang yang sudah datang.Aku berjalan keluar rumah dan berhenti di depan pintu, "Halo, kamu mau kerjaan?" tanyaku kepada seseorang melalui telepon."Temui aku di butikku," ucapku yang kemudian mengakhiri telepon.Aku melirik Rendra sejenak, "Dia sedang siap-siap untuk berangkat ke kantor."Kruyuk, kruyuk.Perutku berbunyi."Sabar, habis ini kita makan enak," ucapku kepada perut rataku.Aku berjalan menuju tempat mobilku terparkir, saat aku hendak membuka pintu, sebuah mobil berhenti di halaman rumahku."Siapa itu?" gumamku dalam hati memperhatikan seseorang tersebut hingga keluar dari mobilnya."Hai," sapa seseorang padaku, dan dia adalah...."Anya," gumamku pelan.Aku masuk ke dalam mobilku
last updateLast Updated : 2024-03-09
Read more
ACARA KELUARGA (2)
"Memangnya aku akan berbuat apa?" gumamku dengan kesal mendengar ucapan Rendra.Aku bersiap-siap dengan dress ungu muda yang Rendra berikan. Dress itu terlihat begitu indah dan pas di tubuhku."Bagaimana sekretaris Rendra tahu kalau aku mengincar dress ini?" tanyaku seorang diri masih penasaran.Aku tersenyum, "Tapi dia manis juga membelikanku dress ini."Aku berputar-putar di depan kaca, melihat penampilanku.Ketika merasa sudah siap, aku berjalan keluar kamar untuk menemui Rendra yang sepertinya sudah menunggu di depan. "Rendra," sapaku pada Rendra ketika aku melihatnya dari belakang sedang duduk di sofa.Rendra menoleh saat aku memanggil namanya, tatapannya terpaku selama beberapa detik, "Apakah ada yang salah dengan penampilanku?" tanyaku pada Rendra memastikan bahwa tidak ada yang aneh dengan penampilanku."Tidak. Ayo berangkat," balasnya kemudian jalan keluar rumah.Aku mengikuti langkah kaki Rendra, mencoba mensejajarkan dengan langkahnya, "Apakah aku tidak terlihat cocok denga
last updateLast Updated : 2024-03-10
Read more
SEBUAH FAKTA
Suasana di rumah terasa tegang dan penuh dengan ketegangan. Wajah Rendra masih memancarkan amarah, mencerminkan ketidakpuasan dan ketegangan yang mendalam dalam dirinya. Dengan langkah perlahan, aku memasuki dapur untuk mencari segelas air minum. Dengan suara yang lembut, aku menawarkan air tersebut kepadanya, mencoba memberikan sedikit ketenangan, "Minumlah agar kamu lebih tenang," ucapku sambil menyerahkan gelas air ke tangannya. Rendra menerima gelas air dengan tangan yang gemetar, menunjukkan kegelisahan yang masih terasa di dalam dirinya. Setelah mengambil beberapa tegukan air, ekspresinya sedikit mereda, tetapi suasana tegang masih terasa di sekitarnya, seolah-olah siap meledak setiap saat. Dengan napas yang masih memburu, Rendra menoleh ke arahku, "Kenapa kamu sendirian di sana?" tanyanya dengan nada tajam. Aku menjelaskan situasi yang terjadi sebelumnya, "Aku hendak berjalan ke arahmu, namun Tante Dewi-" "Jangan menyebut namanya, itu akan mengotori rumahku," potong Rendra
last updateLast Updated : 2024-03-10
Read more
PEMBALASAN UNTUK ANYA
"Anya?" ucapku dengan terkejut ketika melihat yang ada di depan pintu bukan kurir, melainkan Anya. Anya mengernyitkan dahinya, "Kenapa kamu begitu terkejut?" tanyanya padaku. "Rendra di dalam kan?" tanyanya lagi sambil melihat ke arah dalam rumahku. Saat Anya hendak masuk ke dalam rumah, aku menahannya, "Hari ini libur dulu, biarkan Rendra istirahat," tegasku padanya. Anya menatapku dengan tatapan heran, mencoba memahami alasan di balik kata-kataku. Wajahnya memperlihatkan sedikit kebingungan, seolah tidak yakin dengan ucapan yang baru saja aku sampaikan. "Apa yang terjadi?" tanyanya, suaranya penuh dengan kekhawatiran, mencerminkan ketidakpastian yang ada di benaknya. "Aku hanya ingin Rendra mendapatkan istirahat yang cukup," jawabku dengan mantap, mencoba meyakinkan Anya tentang ucapanku. "Dia akan lebih baik jika bersamaku," ucap Anya dan mendorong tubuhku agar bisa menerobos masuk ke dalam rumahku. Meskipun Anya berusaha keras, aku menahan langkahnya. "Aku mengerti bagaiman
last updateLast Updated : 2024-03-11
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status