Semua Bab TEA SOMMELIER GIRL ( GADIS PERACIK TEH): Bab 11 - Bab 20
34 Bab
Ungkapan Rasa dari Renata
Aku naik ke ranjang. Tak menggubris kejengkelannya. Ia menyusulku dan tanpa ba-bi-bu menyergap tubuhku dari belakang.”Lepasin,” aku meronta.Aku sadar dengan posisiku di rumah juga di hadapannya. Tapi aku juga manusia biasa. Sekuat apapun aku bertahan ternyata melelahkan juga menghadapi banyak drama pernikahanku. Meskipun kenyataannya aku adalah menantu pilihan kedua mertuaku, mungkin menantu kesayangan mereka. Iya, karena Joya tidak ada di sini.“Mas lepasin bisa nggak sih?” Dia tetap tidak melepaskanku, justru semakin menjadi.”Lebih baik kita bercerai Mas, kalau kamu ingin anak dari pernikahan kita, aku bersedia.” Tangisku luruh. ”Mungkin itu yang sebenarnya kamu inginkan dari pernikahan kita, pewaris dan keturunan untuk baskoro Group!”“Renata Wijaya jaga bicaramu! Aku ini suamimu, Ren. Aku sudah bilang tidak akan menceraikanmu bukan!” Suamiku beringsut, mengunci pintu dan menyembunyikan di sakunya.“Akan kulakukan dan kabulkan apapun permintaanmu asal kamu melepasku dan kita ber
Baca selengkapnya
After Last Night
“Nyah ngagetin. Simbok kira hantu lho. Pakaiannya putih ngibas-ngibas gini.” Mbok Sumi memegang kimono tipis yang kupakai. Sambil memegang bahannya.”Lha bener to saking halusnya. Ini bahan dari apa to, Nyah? Halus bener kaya orangnya.” Tanya Mbok Sumi sambal terkekeh.“Simbok mau buat Mie buat Pak Khamdan, Nyah. Katanya kok lapar waktu terbangun tadi. Simbok jadi nggak bisa tidur lagi to.”“Ya sudah Mbok, buruan di buat. Ada Dara Bacem bakar, tadi saya simpen di kulkas bawah Mbok. Simbok tinggal goreng lagi atau manasin di microwave.”“Nggih, makasih Nyah.” Mbok Sumi pun menyalakan kompor dan menjerang air diatas panci untuk merebus mie.Kutinggalkan dapur menuju kamar yang tadinya kutempati. Sudah jam 2.30 pagi. Kuambil air wudlu dan kugelar sajadah. Terkadang ada banyak hal yang tak bisa kuadukan pada manusia, pada sahabatku apalagi keluargaku. Hanya bisa kuadukan pada Sang Pemilik Hidup. Sudah benarkah keputusanku untuk meninggalkan suamiku nantinya? Keputusanku untuk bersedia di n
Baca selengkapnya
Ginseng dari Mama Mertua
“Yang benar saja to Ren, Gavrielle itu malasnya minta ampun kalau sakit. Merengek-rengek manjanya minta ampun. Aneh kalau tiba-tiba anak itu jadi segesit itu.”“Tapi kenyatannya begitu, Pa. Renata nggak bohong. Coba Papa, telfon John sekarang. Pasti Mas Gavrielle sedang meeting.”Mama mertuaku justru terkekeh. Ia terlihat benar-benar tidak percaya dengan perkataanku, tepatnya bukan apa yang ku katakan tapi kenyataan yang di lakukan oleh putranya yang bad boy itu.“Renata bener-bener kurang tau, Ma. Semalaman Renata kompres. Pagi tadi sudah sehat, makan Burjo dan Wedang Jahe.”Papa mertuaku tambah terbahak keras.”Ini beneran to Mah, nggak lagi bohong kan Renata?”Semakin aneh saja pembicaraan mertuaku ini. Kepalaku tambah pusing meski mereka tampak gembira sampai terkekeh lepas. Apa mau di kata, kenyataan kan demikian. Aku paling anti bohong, kecuali sangat terpaksa.Mama mertuaku mendekat. Ia tiba-tiba memelukku.”Mama minta maaf, kalian bertengkar ya kemarin?” Tanya beliau.“Nggak Ma
Baca selengkapnya
Salah Siapa?
Rasanya badanku benar-benar nggak karuan. Kutahan-tahan supaya tidak menyentuh suamiku. Akhirnya tubuhku bergerak mendekat padanya.”Bi, panas sekali. Air dingin, air es. Es……. Aku mau berendam air es. Panas, kebakar badanku.” Racauku tidak karuan. Suamiku menghela nafas berat.“Ren, mungkin Mbok Sumi salah beli Ginseng. Ini untuk stamina pria. Yang konsumsi idealnya aku.”“Maksudnya apa?” Aku tambah pening. Badanku benar-benar sakit.“Kamu bisa nebak sendiri maksutku, Ren.” Mataku membola mendengar perkataaannya.”Tapi tubuhmu sedang begini, kamu juga sedikit demam.”“Apa yang sudah Mbok Sumi lakukan?” Tanyaku sambil menahan tangis dan sakit di badanku. Malam ini ia berlaku lembut padaku. Tahu benar-benar keadaanku. Padahal aku takut dia demam lagi. Kami mungkin akan sama-sama sakit karena bergelung di bawah selimut yang sama.“Kalau kamu sakit lagi gimana?” Tanyaku.“Kamu obat terbaik. Terimakasih sudah begadang semalaman.”“Apa?” Tanyaku pura-pura tak tahu.“Skin to skin. Supaya pa
Baca selengkapnya
Mertua Ingin Mocu
“Bangun Bi. Ngantor apa nggak? Jadi liburan nggak?”Suamiku masih saja tak bergeming meski sudah ku usap lengannya. Aku tidak mungkin menyentaknya bukan?Ku usap rambutnya dan ku kecup keningnya. Memang suamiku suka modus. Bagitu dicium kenapa dia langsung membelalakan matanya.“Jadi liburannya? Kemana nih kita?” Tanyanya dengan semangat.“Kemana ya baiknya? Bali, Raja Ampat, Jogja atau Singapura mungkin, Pattaya.” Aku bingung memikirkan tempat tujuan kami. Selama ini aku selalu liputan bukan liburan, jadi aku juga bingung memilih.“Phuket atau Singapura ya?” Suamiku masih menunggu keputusanku.“Oh ya, Bie. Kalau aku ke kantor aku sudah nggak menempati kubikelku lagi. Terus masalah kepala divisi siaran dan liputan siapa yang ngisi?”“Kosong.” Jawabnya enteng.“Jangan gila, dong. Masak di kosongin.” Aku menabok lengan suamiku.”Ya jangan gitu juga, bener-bener di kosongin atau baru mau seleksi. Ngaku deh!” Cecarku.Bisa-bisanya suamiku mengosongkan bagian itu. Dia nggak ngerti gimana k
Baca selengkapnya
Mendadak ke Kantor?
Setengah hari aku mengurus dokumen-dokumen penting Baskoro Group. Seharusnya aku berjemur sebentar untuk menghilangkan demamku. Memang masih terasa kedinginan tapi badanku sudah membaik. Meskipun bukan penyakit berat, masuk angin tidak bisa dianggap sepele.Terpaksa aku mandi air hangat. Setelahnya aku kembali berpakaian dan Shalat Dzuhur. Usai shalat aku keluar rumah. Matahari begitu terik, duduk di gazebo yang rimbun tidak ada salahnya. Ada ayunan, kolam Ikan Koi yang cukup besar, ada taman bunga di sepanjang gazebo, juga air mancur. Aku ingat rumah juga nenek . Aku bahkan sengaja tidak menghubungi beliau. Khawatir beliau justru terpukul mengetahui kabarku yang sebenarnya. Nenekku hanya tau aku menikah dengan pria mapan biasa bukan elite konglo pemilik koporasi besar di jagat bisnis Indonesia.Melihat ayunan, pikiranku melanglang buana. Seandainya aku punya anak-anak yang lucu, mereka tentunya bermain di waktu liburan bersama suamiku. Harapanku itu entah terkabul atau tidak, sebagai
Baca selengkapnya
Aku dan Sahabatku
Wanita itu adalah Meira, sahabat dekatku. Apa yang harus kulakukan? Meira meninggalkan rombongannya, berlari dengan stiletto tingginya ke arahku.“Ata.”Dia memelukku sampai menepuk-nepuk pipiku berulang kali. Ia mencubit pipiku bahkan mengacak pelan rambutku saking senangnya.“Meira, kamu apa kabar?” Masa bodoh dengan masalah meeting perusahaanku. Sekarang mumpung aku bertemu dengan sahabatku, aku mau bernostalgia dengannya. Hampir delapan tahun aku tak bertemu Meira. Terakhir kali setelah SMA, dan kami tak berjumpa lagi.“Ata kayaknya kita harus ngopi dulu deh sekarang.”“Tapi meeting-nya?”“Kita tunda dulu, Ta. Ayo.” Dia menarik tanganku.Aku sampai lupa mempersilahkan rombongan mereka.“Mei, tuh ada coffee shop . Kayaknya asyik tempatnya.”Kami berjalan meninggalkan kantor menuju coffeeshop di seberang jalan. Bak menemukan Durian runtuh, bisa ketemu Meira lagi. Padahal sekian lamanya, aku mencari aksesnya. Nihil, aku benar-benar kehilangan kontak dengannya.Waitress mendatangi kami
Baca selengkapnya
Habibie
Kedua mertuaku terbahak.”Vril, kamu punya saingan lho. Tuh Renata jangan kamu bikin sesak kenapa. Lepasin Nak.” Tegur papa mertuaku.“Pah, jangan bikin panas suasana dong. Nggak baik jadi angin di tengah api yang berkobar.” Kata suamiku pelan. Ia melonggarkan dasinya. Lalu duduk di sampingku.”Habibi-nya Renata itu ya aku, masa Papa, apalagi Pak Khamdan. Beuh.” Cibir Gavrielle.“Oh, ternyata punya panggilan sayang nih ceritanya.”Papa mertuaku benar-benar konyol. Belakangan setelah ia tinggal dirumah suamiku, ia selalu saja meledek suamiku. Mungkin beliau bermaksut menghibur atau sengaja ingin memberi pelajaran pada suamiku untuk tidak terlalu bersikap arogan. Padahal, notabenenya sama saja. Yang satu sudah senior, mantan playboy, yang satu yunior belum insaf.“Ha-bi-bie.” Papa mertuaku mengambil ponselnya dari saku lalu mengetikkan kata itu di keyword lalu beliau pun terperangah.”Mah, Papa mau juga dong di panggil kaya dulu itu lho.” Sahutnya tanpa sungkan pada kami.Mama mertuaku
Baca selengkapnya
Bu Boss
Dua bulan berlalu, tak terasa begitu cepat. Effek dari kerjasama Baskoro TV dan juga Dubai Corp, pekerjaan suamiku metumpuk. Proyek pengerjaan iklan untuk penjualan apartemen yang di bangun Dubai Corp sungguh menyita tenaga juga pikiran kami. Suamiku sudah wanti-wanti agar semua karyawan bekerja degan baik, sebab citra Baskoro TV di bawah kepemimpinan suamiku sangat di pertaruhkan.Meski kami belum mengadakan resepsi dan mempublikasikan secara resmi pernikahan kami. Karena kedatangan Maira, akhirnya terbongkar sudah statusku. Berjalan masuk ke lobi kantor, pagi itu aku berangkat setelah Gavrielle, dengan mobil terpisah. Biasanya aku akan ngantor agak siang. Tentu saja, mendekati jam makan siang. Karena biasanya aku membawa masakanku ke kantor untuk di makan bersama Gavrielle.Semenjak proyek Dubai Corp, papa mertuaku juga sering berkunjung ke Baskoro TV. Padahal, biasanya beliau anteng saja di singgasananya di kantor utama Baskoro Company. Kulangkahkan kakiku masuk ke lobi, ku lihat c
Baca selengkapnya
Ketemu Nenek
“Eyang………..”Kupeluk wanita yang sudah sepuh dengan rambut memutih itu. Wanita dengan paras ayu, tubuh yang tegap meskipun terlihat sedikit lemah. Tongkat kayu di tangan kanannya tetap terjaga menopang berdiri tubuhnya. Parasnya tetap bersih dan cantik meskipun keriput itu tetap bertambah setiap tahunnya.“A-ta? Apa kabar nak?”Aku hanya mengangguk. Mulutku kelu. Sebab mataku sudah basah. Make-up ku mungkin tak terlalu berantakan, tapi rambutku?Kupeluk erat eyang putriku. Rasanya aku bahagia sekali. Bisa memeluk tubuhnya. Sejak menikah, aku tak lagi bertemu. Khawatir pasti ,padahal suamiku sudah menggaransi kesehatan juga menjamin kehidupan eyangku akan baik-baik saja. Dan aku cukup lega. Bisa memeluk wanita yang sangat kusayangi ini. Suamiku sudah membuktikan omongannya.“Ayo masuk Gav.” Pinta Eyangku.Ia berjalan di belakang kami. Kupapah Eyangku, kami berjalan pelan sampai ke teras Joglo. Aku merindukan rumah ini. Rumah yang sejak aku membuka mata, kutinggal dengan beberapa pelay
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status