"Ayah, kalau jumlahnya segini bagaimana?" kataku sambil menunjukkan hitung-hitungan yang baru saja kuselesaikan. Ayahku, Baron Anton Levitski. Orang paling kaya di desa ini. Tuan tanah Barony Levitski. Belum ada kerutan atau rasa sakit di sana. Kepala botaknya mengilap bersih dengan wajah yang segar. Ia mengangguk-angguk memandangi buku keuangan di tanganku. Jemarinya memegangi dagu. "Hitunganmu semuanya benar, Anya," pujinya sambil mengelus rambut hitamku. Tinggiku hanya seketiak ayah. Umurku masih dua belas tahun. "Kau berbakat jadi mandor ayah rupanya," kemudian aku bisa mendengarnya terkekeh puas. Pria itu bertandas pada sebuah tongkat kayu mahal untuk menyeimbangkan tubuhnya dari kaki kiri yang pincang. Suara deburan api di tungku menderu-deru. Pegawai-pegawai sibuk melempar-lempar bongkahan kayu-kayu ke dalam perapian. Hawa di sini sedikit panas, tapi aku tidak pernah keberatan. Mungkin karena aku juga ada di ruang terpisah yang lebih tenang. Kami ada di bagian atas, dengan s
Last Updated : 2024-06-05 Read more