LOGIN"Ehem. Terimakasih sudah bersedia menerimaku untuk makan bersama dengan kalian, wahai para ksatria. Terimakasih sudah mendedikasikan hidup dan kehormatan kalian semua pada keluarga Korzakov, keluarga kami. Aku merasa sangat terhormat bisa menjadi bagian dari kalian semua," tandasku. Kuakhiri dengan membungkuk kecil pada mereka.
Aku bisa melihat mereka terkesiap. Mungkin kagum atau apa.
"Sebuah kehormatan bagi kami, my lady."
Kata salah satu dari mereka. Mungkin yang jabatannya cukup tinggi, jadi perwakilan.
Setelah aku duduk, mereka pun ikut duduk. Lalu Alexey mengangkat tangannya mempersilahkan semuanya untuk makan. Pria-pria itu mulai makan dengan lahap. Alexey juga mulai menyendok sup dagingnya deng
Dalam budaya pernikahan bangsawan-bangsawan Kekaisaran Levron, cuma bangsawan-bangsawan tertentu yang sudi mengeluarkan ribuan kepingan Lyrac untuk pernikahan mereka. Pernikahanku dengan Sofia cukup mewah. Menghabiskan nyaris dua juta keping Lyrac. Pesta yang cukup megah dan fantastis. Mengundang banyak tamu, makanan-makanan mewah dan hiburan yang luar biasa mahal.Aku ingat bagaimana surat kabar memberi predikat kepada pernikahanku dengan Sofia, masuk dalam sepuluh besar pernikahan termahal di sepanjang sejarah Kekaisaran Levron. Istana keluarga kekaisaran mengeluarkan biaya yang besar, ditambah pernikahan yang diadakan oleh keluargaku di kastil kami. Gabungan keduanya memiliki nilai yang fantastis.Aku ternganga dan terpana kepada jumlah akhir biaya yang telah Sofia habiskan untuk yang katanya pesta minum teh dan berbelanja
Sudah seminggu kami tidak bicara. Tentu aku sudah mencoba untuk meminta maaf. Tapi dia selalu mengelak, tidak mau menemuiku. Saat malam hari pun aku tak diijinkan untuk masuk ke kamarnya. Jujur saja, ego jiwa mudaku masih menggelora. Aku tahu, dia tahu bahwa ini adalah salahnya. Aku pikir denganku yang juga diam seribu bahasa, dia akan menyesal dan meminta maaf kepadaku."Alexey, sebetulnya ada apa dengan kalian berdua?"Di suatu makan siang, ibu menegurku. Aku tengah menikmati semangkuk sup labu hangat bikinan Roman si juru masak."Tidak ada apa-apa Bu. Aku cuma sibuk saja di barak."Wajah Ibu cemas.Ini kesekian kalinya aku menghindari obrolan tentangku dan S
Dadaku kembang kempis di ruang kerjaku. Buku-buku yang berjajar rapi dengan sesak tak membuatku merasa lebih baik. Aku mengetuk-ketuk meja kayu pohon ek yang dipernis. Kaki kanan naik turun begitu cepat lebih dari irama detak jantung. Sesaat, bulir-bulir keringat jatuh di pelipis.Sejam yang lalu, pendeta yang dikirim oleh katedral di kota berdoa di kamar pengantin. Kubiarkan Sofia masih terlelap pagi-pagi subuh sekali. Matahari mulai bergemilang di langit. Pagi menjelang. Jam enam tepat.Seseorang membuka pintu."My lord, pendeta sudah selesai. Mereka ingin bertemu dengan Anda," Igor berucap di bawah rambut hitam yang mulai beruban.Tubuhku menegak saat para pria tua kombinasi dengan muda berduyun-duyun memasuki ruang kerjaku. Lima orang. Mereka memakai jubah hitam yang bersih rapi dan wangi. Ada pula yang pakai baju putih. Kurasa dia pendeta tertinggi di antara mereka.Mereka membungkuk kepadaku. Jantungku sudah tidak karuan.Aku berdiri,
Pesta pora pernikahan kami di istana Santo Peterkov begitu megah. Pesta itu jadi tajuk utama yang meriah bukan main di seluruh surat kabar seantero Kekaisaran Levron. Setelahnya aku dan istri baruku, kami juga mengadakan pesta di Kota Balazmir. Seisi kota mengadakan festival atas pernikahanku. Pesta rakyat yang begitu meriah. Tak kalah mewah juga pesta di kastilku. Rumahku bersama istriku, rumah baru Sofia Korzakov.Rangkaian pesta dan ritual pernikahan belum sepenuhnya usai. Ada satu hal lagi yang harus kami lakukan.Malam pengantin.Malam pengantin haruslah dilakukan oleh sepasang suami istri yang baru menikah. Pagi-pagi setelahnya para pendeta akan memeriksa dan memanjatkan doa-doa kuno untuk Bunda Suci, memberkati dan mensakralkan pernikahan kami. Itu juga akan meyak
Hari pernikahan.Langit pagi di atas Katedral Kazan di antara Biara Alexander Nevakov, nyaris tengah Kota Santo Peterkov cerah dan lembut, kubah emas dan lorong marmernya berkilauan, seolah mengetahui hari itu bukan hari biasa. Lonceng-lonceng katedral berdentang perlahan, suaranya bergema di antara deretan pohon burja dan air mancur berlapis emas yang menari mengikuti irama angin Sunga Niva.Di aula agung, cahaya matahari menembus jendela-jendela tinggi berbingkai emas, memantul pada kristal kandelir raksasa. Para bangsawan berdiri berbaris dalam busana terbaik, sutra gelap berhias lambang kadipaten, mantel bulu bertepi perak, dan gaun-gaun panjang berwarna mutiara. Aroma lilin lebah dan mawar musim semi memenuhi udara, bercampur wangi kayu tua katedral yang menyimpan ratusan tahun sejarah.
Keesokan harinya aku memutuskan untuk menghabiskan waktu di kelab. Zolotoy Orel. Kelab nomor satu di kota. Aku tak memesan ruang VIP seperti saat itu. Aku masih tak ingin mencolok sebagai bangsawan bergelar Duke baru di dalam kelab. Kupesan beberapa makanan dan anggur impor terbaik. Aku membaca surat kabar hari ini sekedar untuk mengganti suasana. Aku cuma ingin bersantai sejenak sebelum aku kembali ke Kota Balazmir, ke kastilku dan membujuk diriku sendiri untuk menyiapkan pesta pernikahanku dengan Sofia. Untuk Ibu dan Vera.Tapi ... tidak tahu kenapa aku masih menyimpan sapu tangan putih yang sulamannya tidak terlalu ahli di saku celana. Padahal jelas-jelas aku akan menikah dengan tunanganku.Siang ini cukup ramai. Orang-orang berkumpul untuk makan siang bersama dengan rekan-rekan sejawat mereka. Sesama bangsawan, mungkin ksatria, pejabat dan orang-orang penting lainnya.Seorang pemuda di belakangku berceletuk. Dia dan seorang temannya menyantap hidangan mahal