Semua Bab Menjadi Pengasuh Anak Presdir yang Kutinggalkan : Bab 21 - Bab 30
74 Bab
BAB 21. KETAKUTAN DALENA MENJADI KENYATAAN
Cassel dibawa masuk ke dalam ruangannya oleh Melinda. Di dalam sana Dalena masih duduk lemas dengan tubuh gemetar hebat, ia menangis tanpa suara menutupi wajahnya. Bagaimana Dalena tidak terkejut, begitu dia kembali mengambil air, dirinya melihat Cassel bersama Damien dan dengan asiknya mereka mengobrol. Untunglah ada Melinda yang Dalena minta pertolongan mengambil Cassel. "Dalena," panggil Maelinda. Saat itu juga Dalena berdiri dan langsung memeluk Cassel dengan erat. Anak itu hanya diam kebingungan. "Mami kenapa menangis?" tanya Cassel menatap wajah Dalena lekat-lekat. Dalena mendudukkan Cassel di atas brankar dan ia duduk di bawah putranya dengan tatapan hangat ia mengusap wajah Cassel. "Cassel tadi sama siapa?" tanya Dalena mencekal hangat lengan sang putra. "Sama Om Papi, Mami," jawab anak itu. Air mata Dalena menetes lagi. "Cassel jangan dekat-dekat dengan Om tadi ya, Sayang. Jangan..." "Tapi Om Papi itu baik, Mi. Cassel dibelikan mainan, camilan, dan Cassel juga-""Mam
Baca selengkapnya
BAB 22. DADDY, PELUKLAH MOMMY-KU!
Dalena berdiri di depan jendela kamar Raccel, ia menatap pemandangan siang hari di mana hujan kembali turun. Di benak Dalena terekam jelas ucapan Damien saat tadi bersama Mamanya, dengan tatapan mata yang tertuju padanya, seolah dia memberi peringatan pada Dalena. Ini sangat menakutkan. "Apa jangan-jangan dia tahu siapa aku sebenarnya?" Dalena berucap. Dadanya terasa bergemuruh hebat. "Apa yang harus kulakukan?" Wanita itu menundukkan kepalanya dan mengusap wajahnya frustrasi.Pintu kamar Raccel terbuka, nampak Damien masuk ke dalam kamar itu. Dia memperhatikan Dalena yang berdiri memasang ekspresi was-was padanya. Damien menoleh tanpa berucap dan mendekati Raccel yang tertidur di atas ranjang. "Raccel menangis?" tanya Damien. "Tidak Tuan, dia hanya tidak mau menemui Oma-nya.""Baguslah..." Damien mengecup pipi Raccel, sebelum kembali berdiri menegakkan tubuhnya dan berjalan mendekati Dalena yang masih bergeming di dekat jendela. Sorot tajam mata Damien jauh memandang pemanda
Baca selengkapnya
BAB 23. OM BAIK ADALAH PAPINYA CASSEL!
Keesokan harinya, Cassel hari ini sudah kembali bersekolah. Cassel berada di dalam kelasnya, ia sibuk mewarnai buku-buku gambar miliknya. Cassel duduk paling belakang dan juga sendirian. Dia tidak bisa dengan mudah akrab pada semua teman-teman di kelasnya yang sangat banyak. "Selamat pagi anak-anak, ayo... Ayo lihat ke sini!" Suara Madam Vivie membuat Cassel menghentikan kegiatannya. Anak itu menatap ke depan sana dan Cassel terkejut melihat laki-laki yang ia panggil 'Om Papi' berada di sana bersama anak perempuannya. "Om Papi!" Cassel langsung berdiri dari duduknya. Laki-laki berbalut tuxedo hitam itu langsung menatap Cassel dengan tatapan terkejut. "Cassel..." Dia tersenyum melambaikan tangannya. Cassel tersebut hangat membalas lambaian tangan Damien. Sementara anak perempuan di dalam gendongan laki-laki itu terlihat menangis sesenggukan memeluk botol Minumnya. "Anak-anak, sekarang kalian kedatangan teman baru. Namanya Raccel... Ayo Sayang, tidak boleh menangis," ujar Madam
Baca selengkapnya
BAB 24. DAMIEN MEMBAWA CASSEL
"Memanggil Papi?" Damien bergeming menatap dalam-dalam Cassel yang kini mengatupkan bibirnya sembari mengangguk. "Iya. Papinya Cassel, tapi kalau tidak ada siapa-siapa. Boleh kan?" Cassel memberikan tatapan yang begitu dalam. "Tentu saja boleh," jawab Damien cepat. Pancaran wajah bahagia terlukis di raut wajah Cassel. Dia berjinjit mengulurkan kedua tangannya. "Minta peluk, boleh?" pintanya dengan tulus. "Kemarilah..." Damien menerima uluran kedua tangan Cassel dan memeluknya dengan erat. Menggendong tubuh mungil anak itu dalam dekapan eratnya. Jemari mungil Cassel meremas punggung Damien, dia menyembunyikan wajahnya dalam pundak Damien dengan perasaan sedih, bahagia, dan rindu. "Enak rasanya dipeluk Papi," bisik Cassel rendah. Suara lucunya membuat dada Damien terasa nyeri. Ia mengusap punggung mungil Cassel berkala dan nyaman. "Papimu memangnya ke mana, Cassel?" gumam lirih Damien. "Cassel tidak tahu. Cassel cuma sama Mami saja, Mami bilang Mami juga tidak punya keluarga
Baca selengkapnya
BAB 25. DAMIEN MENGETAHUI SEGALANYA
"Huwaa Raccel masih mau main sama Cassel! Hihhh Daddy nakal! Katanya mau culik Cassel! Nakalll...!" Raccel membanting keras-keras tas pink-nya di lantai teras depan sambil menangis berteriak marah-marah. Anak perempuan itu berbaring di lantai teras dengan kaki menghentak-hentak dan berteriak sekeras-kerasnya. Beginilah Raccel bila sudah tantrum. "Princess, dengarkan Daddy sebentar Sayang... Cassel pulang sama Om-nya. Cassel kan juga harus istirahat juga seperti Raccel," bujuk Damien dengan sabar. "Daddy bohong! Daddy nakal! Daddy tidak sayang Raccel lagi! Daddy benci sama Raccel! Raccel marah sekali!" teriak anak itu terus mencerocos. Raccel bangun dari duduknya dan meninju Damien dengan kepalan tangan mungilnya. Bahkan Raccel melepaskan sepatunya dan melemparkan ke sembarang arah, dia menjambak ikatan rambutnya hingga berantakan tanpa berhenti berteriak menangis. "Huwaa... Cassel! Mau main sama Cassel, ayo culik Cassel Paman, ayo cepat! Paman Thom ayo! Aaaaaa...!" Raccel mena
Baca selengkapnya
BAB 26. PAPA DAN ANAK YANG TELAH MENGENAL
"Tidak... Tidak... Aku tidak punya, Tuan!" Dalena menggeleng-gelengkan kepalanya dan menunduk takut di hadapan Damien. "Dalena," lirih Damien semakin memangkas jarak dengannya. Wanita itu mengangkat wajah menahan tangisnya. "Tuan Damien saya mohon," lirih Dalena pilu. "Gambaran siapa yang ada di dalam tasmu?" tanya Damien lagi dan kali ini sangat pelan. "I-itu... Itu-""Temukan aku dengan keluargamu!" seru Damien mundur perlahan. Bergetar hebat tubuh Dalena saat ini. Ia teramat takut sekedar menatap raut wajah Damien di hadapannya. Sorot mata tajam Damien teralih pada rumah milik Dalena, tanpa perintah siapapun tiba-tiba Damien melenggang masuk ke dalam pekarangan rumah Dalena. Kedua mata Dalena melebar melihat Damien hendak berjalan masuk ke dalam rumahnya. "Tuan! Tuan Damien, tunggu!" teriak Dalena mengejarnya. Dalena tergopoh-gopoh, Damien tak menghentikan langkah lebarnya hingga sampai tiba saatnya tubuh Damien tersentak, Dalena memeluknya dari belakang dengan erat.
Baca selengkapnya
BAB 27. CASSEL ADALAH PUTRAMU, DAMIEN!
"Lihat! Mamiku membawakan bekal juga untukmu!" Cassel menunjukkan sebuah paper bag berwarna merah muda yang ia bawa pada Raccel. "Waahhh, terima kasih Cassel!" Raccel tersenyum dan lompat-lompat kesenangan. Anak perempuan kecil itu membalikkan badan menoleh pada Daddy-nya. "Dad, lihat... Maminya Cassel berikan bekal buat Raccel. Bekal yang tadi beli ambil balik, Raccel tidak mau!" Raccel menyerahkan kembali kotak makanan yang Damien belikan di sebuah resto. "Yakin? Ini hamburger yang Princess mau tadi," ujar Damien pada putrinya. "No!" Raccel menggeleng. "Sandwich buatan Maminya Cassel enak sekali. Sekarang hamburger jadi makanan kesukaan Raccel yang nomor dua!" Damien tersenyum tipis mendengar ocehan putri kecilnya. Laki-laki itu melirik Cassel yang berdiri dengan pipi gembilnya yang memerah seperti biasanya. Dengan lembut Damien mengusap pipi bocah laki-laki itu. "Cassel, terima kasih banyak sudah membuatkan bekal untuk Raccel. Katakan terima kasih Daddy Damien pada Mamimu,
Baca selengkapnya
BAB 28. DAMIEN MENGETAHUI FAKTA TENTANG CASSEL
Damien menemui seorang perawat yang kini tengah mengecek sebuah data kelahiran Cassel dan Raccel beberapa tahun lalu. Ditemani oleh Thom, mereka berdua berada di dalam sebuah ruangan khusus. Bahkan semua orang juga tahu, seberapa terhormatnya seorang Damien Escalante. "Cassel Gabriel..." ucap perawat itu. "Ya, anak itu bernama Cassel Gabriel." Suster itu mengecek lagi. "Berusia empat setengah tahun sekarang, Tuan? Lahir di rumah sakit ini dengan operasi caesar. Dan... Cassel memiliki saudara." "Saudara?!" Damien melebarkan kedua matanya. "Benar Tuan, bayi ini punya kembaran. Di sini tertulis dua bayi," jelas suster itu. "Tunggu sebentar, berkas-berkasnya tentang kelahiran bayi tahun-tahun yang lalu sudah tertimbun, sulit bagi kami untuk mencarinya. Apa Tuan bersedia menunggu?" Damien mengangguk cepat, dan dua pekerja rumah sakit itu langsung mencarinya. Pikiran Damien kini mulai tak tenang, jangan bilang kalau Cassel dan Raccel bersaudara. Tak mengelak banyak yang mengatakan m
Baca selengkapnya
BAB 29. PERMINTAAN TIDUR BERSAMA
"Bobo sini, Mommy ... Bobo sini peluk Raccel." Dalena naik ke atas ranjang dan memeluk putri kecilnya yang merengek terbangun dari tidurnya. Baru saja ia beranjak usai menidurkan Raccel, ternyata anak ini kembali bangun dan merengek menahan Dalena. "Ssshhhttt... Jangan menangis Sayang, ini Mommy sudah di sini." Dalena mengusap kening Raccel dengan pelan. "Jangan pulang pokoknya. Mommy harus di sini sama Raccel!" Anak itu memeluk Dalena erat-erat. Helaan napas pelan terdengar di bibir Dalena. Wanita itu ikut memejamkan kedua matanya perlahan-lahan. Tak terdengar pintu kamar terbuka, Damien berjalan masuk ke dalam kamar Raccel dan memperhatikan putri kecilnya yang tertidur mendusal dalam pelukan Dalena. Senyuman Damien terukir tipis. "Kalian... Sangat cantik," ucapnya lirih tak bersuara. Damien menelisik paras ayu Dalena yang begitu persis dengan Raccel saat tertidur. Meskipun ia tidak mengetahui siapa dan sosok seperti apa pengasuh putrinya ini. Perhatian Damien teralihkan pad
Baca selengkapnya
BAB 30. TERNYATA CASSEL ADALAH PUTRAKU?!
"Mom, Raccel minta buatin sandwich, boleh?" Raccel memegangi tangan Dalena dan mereka berdua berada di dapur. Dalena mengangguk memberikan senyuman manisnya. "Boleh dong. Raccel duduk di sini sebentar ya, Sayang..." "Iya Mommy!" Raccel bertepuk tangan kesenangan. Barulah Dalena membuka pintu lemari es, dia mengambil beberapa bahan dan membuatkan sandwich seperti yang Raccel inginkan. Namun Dalena malah termenung diam di sana, sandwich buatannya adalah makanan kesukaan Cassel. Semalam Dalena tidur memeluk Raccel bersama Damien, sedangkan Cassel belum pernah merasakan posisi itu. "Cassel," lirih Dalena mengusap air matanya tiba-tiba. "Aku akan pulang sebentar lagi." "Dalena, kau tidak papa?" tanya Bibi Mery mengusap pundak Dalena tiba-tiba. "Tidak papa Bi," jawab Dalena menoleh dan tersenyum manis. "Syukurlah. Aku tidak pernah melihat Tuan Damien semarah itu pada para pelayan, pagi tadi benar-benar menakutkan." Bibi Mery mengusap dadanya. Hanya senyuman tipis yang menjadi tan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234568
DMCA.com Protection Status