All Chapters of Menjadi Pengasuh Anak Presdir yang Kutinggalkan : Chapter 31 - Chapter 40
74 Chapters
BAB 31. HASIL TEST DNA MEMBUKTIKAN SEGALANYA
"Papi, kita mau ke mana? Kenapa tidak ajak Raccel juga buat jalan-jalan sama kita?" Cassel memeluk leher Damien saat mereka masuk ke dalam sebuah rumah sakit. Jelasnya rumah sakit ini cukup jauh, dan bukan tempat Heins bekerja. Damien ingin melakukan test DNA dengan Cassel. Hanya itu yang terus mengusik benaknya kini, apapun hasilnya, Damien harus melakukan ini. Hatinya begitu tak sabaran. "Ada sesuatu yang harus Papi lakukan, Cassel katanya ingin ikut dengan Papi, hem?" Damien mengecup pipi anak itu. "Heem, iya! Kak Lizi juga ditinggal di cafe, biar apa coba?""Biar tidak genit sama Papi, kan Papi hanya untuk Mami!" jawab Damien dengan santainya. Mendengar jawaban dari Papinya, Cassel tertawa geli dan mengangguk antusias. Mereka berdua masuk ke dalam sebuah ruangan. Cassel sangat panik saat melihat seorang dokter mendekat membawa peralatan. "Papi, Cassel takut!" pekik anak itu keras-keras. "Tidak papa, Sayang. Nanti Papi juga akan disuntik," bisik Damien merangkul Cassel. "E
Read more
BAB 32. WANITAKU YANG BERHARGA
"Jangan bilang kalau kau mencoba menggoda calon suamiku dengan mendekati Raccel, hah?!" Sabrina meneriaki Dalena dengan kesal dan marah. Lancang baginya seorang pelayan seperti Dalena seolah ingin menghentikannya. Di dalam gendongan Dalena, Raccel langsung membalikkan badannya dan memeluk leher Dalena dengan erat. "Mom, Raccel takut!" pekik anak itu menyembunyikan wajahnya. Dalena mengusap punggung Raccel dengan lembut. "Tidak papa Sayang, Mommy ada di sini," bisik Dalena menenangkan."Kau bukan Mommy-nya! Kau hanya seorang pengasuh. Apa kau butuh cermin untuk melihat siapa dirimu, hah?! Lancang sekali dirimu, Dalena!" berang Sabrina. "Jangan mendekat!" Dalena berucap dingin saat Sabrina hendak mendekatinya dan Raccel. Sorot mata Dalena teramat tak terima begitu Sabrina memakinya dan Raccel. Wanita ini, belum apa-apa sudah berani menunjukkan sisi buruknya. "Jangan berteriak di depan Raccel, Sabrina!" desis Dalena, kali ini tidak lagi menoleransi. "A-apa katamu barusan?! Kau b
Read more
BAB 33. RASA SAYANG DAN PERHATIAN YANG MUNCUL
"Ya Tuhan... Kepalaku pusing sekali. Ini jam berapa?" Dalena memijit kepalanya pelan dan membuka kedua matanya perlahan. Wanita itu bangun dan melirik jam yang menunjukkan pukul sebelas malam. Dalena langsung panik, ia menyibak selimut dengan cepat dan berjalan keluar dengan menahan sakit kepala juga tubuhnya yang menggigil. Wanita muda itu, masih dengan mantel milik Damien yang dia pakai. 'Cassel pasti menungguku pulang, aku berjanji akan membelikan roti panggang hangat malam ini. Kenapa aku bisa teledor seperti ini? Apa yang sudah kulakukan, Ya Tuhan!' Dalena memaki dirinya sendiri. Langkahnya tergopoh-gopoh menuruti anak tangga. Sungguh Dalena benar-benar tak mampu menghentikan kekhawatirannya pada Cassel saat ini. Sampai-sampai kini Damien yang tengah duduk di sofa ruang tamu, laki-laki itu duduk memangku laptopnya, ia terkejut melihat Dalena berlari terburu-buru. Lantas Damien lekas beranjak. "Dalena," panggilnya. "Tuan Damien, Tuan saya pamit pulang sekarang." "Ini sudah
Read more
BAB 34. KEDATANGAN CASSEL DI KANTOR DAMIEN
"Mami sakit ya? Kalau Mami sakit lebih baik di rumah saja, tidak usah kerja." Cassel memeluk Dalena yang terbaring di atas ranjang dengan tubuhnya yang kini panas dan lemas.Perhatian manis putranya ini membuat wanita itu tersenyum haru. Dalena mengusap pipi gembil Cassel. "Mami tidak papa, Sayang... Mami hanya pusing biasa," jawab Dalena sebelum akhirnya dia terbatuk-batuk. "Mami tidak boleh sakit..." Cassel memeluk Dalena semakin erat. "Manja sekali Sayangnya Mami," ujar Dalena mengecup pipi putranya dengan manis. Anak itu mengerjapkan kedua matanya sedih, Cassel sejak semalam tidur bersama Delana dan dia sangat menantikan kepulan Maminya. Cassel memamerkan banyak sekali mainan baru yang Damien belikan, namun anak itu bilang kalau mainan itu semua adalah oleh-oleh yang Lizi bawakan dari London, meskipun sebenarnya bukan. 'Mami sakit, badan Mami panas, Cassel harus bilang ke Papi, biar Papi bantu Mami ke rumah sakit,' batin anak itu. Cassel melepaskan pelukannya pada Dalena.
Read more
BAB 35. SI KEMBAR RACCEL DAN CASSEL KABUR BERSAMA
Damien datang ke kediaman Dalena tanpa menghubungi wanita itu. Kata-kata sedih yang Cassel katakan tentang Maminya yang sakit, membuat Damien khawatir. Laki-laki itu membuka pintu rumah, dia melihat beberapa mainan milik Cassel yang tertata rapi. Namun di dalam rumah itu tidak ada satu foto pun milik Dalena dan Cassel. "Di mana kamar Dalena?" gumam Damien sebelum dia mendengar suara batuk dari lantai dua. "Di atas?" Singkatnya seraya bergegas naik. Damien mendengar suara batuk-batuk dari dalam kamar, ia membuka pelan pintu kamar tersebut. Nampak Dalena duduk di tepi ranjang menyandarkan kepalanya di tiang kanopi. "Akhhh, dadaku sesak!" Dalena memukuli dadanya. Wanita itu berdiri perlahan dengan napas berat. Kedua kakinya sangat lemas, tubuhnya panas karena demam. "Dalena!" Suara Damie membuat Dalena menatap ke arah pintu dan melihat siapa yang datang. Wanita itu mundur perlahan, namun kalau cepat dengan langkah lebar kaki Damien. Laki-laki itu menyahut satu lengan Dalena dan
Read more
BAB 36. SI KEMBAR KABUR!
"Itu Tayo-nya sudah datang, Raccel!" Cassel memekik antusias menunjuk ke arah bus berwarna biru yang selalu berhenti di depan halte. "Wahhh... Asik! Naik Tayo! Naik Tayo!" seru Raccel lompat-lompat kesenangan. Bus itu akhirnya berhenti di depan mereka. Sopir Bus pun terkejut melihat dua anak kecil berwajah mirip berdiri di depan pintu. "Loh, kalian mau ke mana? Kalian sama siapa?" tanya sang sopir khawatir. "Kita mau ke rumah sakit Ibu Kota Pak, Maminya Cassel dibawa ke rumah sakit. Boleh antarkan ke sana? Cassel nanti kasih uang!" seru Cassel menjelaskan. "Iya. Raccel juga bawa uang, kalau kurang nanti minta ke Daddy!" sahut Raccel. Laki-laki berambut putih itu menoleh pada kondektur yang kini mengangguk. "Ayo naik, hati-hati nak... Awas jatuh," ujar sang kondektur membantu mereka naik. Kedua bocah manis itu duduk di samping sopir. Cassel merasa panas telinganya saat mendengar Raccel yang berkali-kali bersorak kesenangan. Untuk kali pertama dia naik bus. "Bisa diam tidak, k
Read more
BAB 37. KAU MEMILIKI SEORANG PUTRA, DALENA?
"Apa yang kalian lakukan? Kenapa pergi dari sekolah, Sayang?" Damien menekuk kedua lututnya menatap dua anak manis yang kini memasang wajah sedih di hadapannya. Ekspresi mereka sangat-sangat mirip. "Cassel mau nyari Mami," jawab Cassel memeluk Damien. "Raccel ikut saja, enak tahu Dad... Tadi kita berdua naik Tayo!" seru Raccel berjinjit-jinjit kesenangan. Damien berdecak pelan, ia merangkul mereka berdua sebelum kembali berdiri dengan tubuh tegap menggandeng tangan mungil si kembar. Pandangannya tertuju pada Heins yang mematung di tempat. Laki-laki itu maju dua langkah. "Cassel... Ayo sama Om," ajak Heins melambaikan tangannya. "Tidak mau, Cassel mau ikut dengan Papi-nya Cassel, Om Ayah!" jawab anak itu menggenggam tangan Damien. "Cassel Sayang..." "Apa hakmu melarang putraku untuk ikut denganku, Dokter Heins?!" seru Damien menatap tajam. Heins begitu terkejut, dia terdiam dengan wajah pucat pasi. "Anak itu juga menjadi tanggung jawabku, Tuan Damien. Mamanya Cassel-" "Ken
Read more
BAB 38. DAMIEN INGIN MEMILIKI SI KEMBAR DAN DALENA
Tidak ada percakapan antara Dalena dan Damien. Setelah membicarakan hal tadi, Damien malah melangkah keluar dan akhirnya mereka pulang. Sepanjang perjalanan Dalena dibuat resah oleh Damien. Ia tidak mengerti, kenapa bisa jadi seperti ini. "Berhenti di sini saja, Tuan," pinta Dalena. "Tidak, sampai di rumahmu!" jawab laki-laki itu tegas. "Tuan..." Dalena terdengar merengek, hal itu menggelikan untuk Damien. Semakin dia merengek, semakin Damien bergejolak ingin terus membuat Dalena hidup dalam keresahan. Sampai akhirnya mobil milik Damien berhenti di depan rumah Dalena. Mereka berdua pun turun dari dalam mobil bersamaan. "Tuan... Tuan ikut saya masuk?" tanya Dalena menatap Damien lagi. "Heem," jawab laki-laki itu. Dalena mendengkus pelan. 'Ya Tuhan... Bagaimana ini? Bagaimana kalau Damien bertemu dengan Cassel? Mati aku!' batin Dalena berteriak menangis. Pintu rumah dibuka oleh wanita pemilik tempat tersebut, namun ruangan yang sepi dan senyap menyambut Dalena. Tidak ada teria
Read more
BAB 39. MAMI, CASSEL INGIN PINDAH KE RUMAH PAPI
"Kalian dari mana saja? Lizi, kenapa kau membawa Cassel pergi malam-malam?" Dalena mengomeli pengasuh anaknya tersebut dan gadis itu hanya tertunduk diam. Pandangan Dalena tertuju pada plastik besar berisi makanan dan mainan, juga peralatan sekolah untuk Cassel. Untuk kesekian kalinya Cassel dibelikan banyak makanan hingga lemari es penuh, dan mainan yang menumpuk banyak. "Ini... Mainan dan semua ini dari mana?" tanya Dalena menatap putranya. "Kak Lizi belikan, Mami," jawab Cassel. Dalena kembali menatap Lizi. "Liz, Ayahmu di London sakit. Kenapa kau setiap hari malah mentraktir Cassel seperti ini?! Uang dari mana sebayak ini, Liz?" "Anu... Saya punya tabungan pribadi." Lizi menjawabnya dengan wajah takut. Decakan kecil terdengar dari bibir Dalena. "Jangan sekali-kali lagi memanjakan Cassel dengan uangmu. Jangan mengajaknya pergi malam-malam, mengerti!" Gadis itu mengangguk, barulah Dalena mendekati Cassel dan menggendong putranya. Anak itu memeluk leher Dalena seraya membaw
Read more
BAB 40. DAMIEN MENGEJAR DALENA DAN CASSEL
"Ayo Dad! Come on...!" Raccel menarik jemari Damien dan mengajaknya cepat-cepat ke area taman. Di sana terdengar musik lagu anak-anak yang ramai dengan tarian para maskot taman. Ada badut kelinci, kucing, dan banyak lagi. "Raccel gendong Daddy saja, okay?" Damien menatap putrinya. "No! Raccel mau jalan sendiri!" tolak anak itu. "Nanti kau bisa hilang, Princess. Taman sangat ramai hari ini!" seru Damien menatap lekat-lekat wajah Raccel. Anak itu tetap keras kepala dan malah berlari meninggalkan Daddy-nya. Damien menghela napasnya panjang mengejar Raccel, juga Sabrina yang ikut mengejar mereka berdua. Raccel tersenyum bahagia dengan momen ini, dia melihat para maskot yang menari-nari, memberikan hadiah, dan banyak sekali anak-anak kecil berkumpul di sana. "Daddy, lihat itu! Lihat... Badut kelincinya pakai kaos kaki!" seru Raccel tertawa terpingkal-pingkal. Damien ikut tersenyum, ia menekuk kedua lututnya dan memeluk Raccel dari belakang, guna melindunginya. "Huhh... Panas! Ken
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status