"Aku kembali untuk mengambil satu anak kembarku yang pernah kutinggalkan padamu!" Satu malam panas merenggut kesucian Dalena Gabriella akibat jebakan Sepupunya. Pagi harinya Dalena menyadari bahwa laki-laki yang semalam bercinta dengannya adalah seorang Presdir ternama, yaitu Damien Escalante. Akibat dari kejadian itu, Dalena diusir dari rumah. Bahkan setelah beberapa bulan dia dinyatakan hamil dan ia melahirkan dua bayi kembar. Namun kesulitan biaya hidup membuat Dalena memutuskan untuk meninggalkan satu bayinya di depan rumah Damien, dengan sebuah surat yang menjelaskan bahwa bayi itu adalah anak kandungnya. Hal ini membuat Damien membenci wanita yang sudah ia cari berbulan-bulan itu. Lima tahun kemudian, Dalena kembali dengan karir gemilang. Ia berusaha mengambil dan membawa putrinya dari Damien. Dalena bersandiwara menjadi seorang pengasuh. Putri kecil Damien yang menolak dekat dengan orang luar, nyatanya dia malah lengket dengan Dalena. Hal ini menimbulkan kecurigaan Damien, sampai akhir dia terkejut setelah mengetahui siapa sosok Dalena yang sesungguhnya.
Voir plus“Oh ... ternyata ini pertama kali untukmu,” bisik suara berat itu. “Kau masih perawan, Nona.”
Kecupan dan sentuhan panas di atas permukaan kulit lembut Dalena membuat kepalanya terasa kosong. Ia tak kuasa menahan gairah yang memuncak, dan menginginkan sentuhan yang lebih panas dari laki-laki itu.“Tu-Tuan …” lirih Dalena di sela desahan yang saling bersahutan.Gadis itu bahkan tak sanggup untuk sekedar membuka lebar matanya karena terlalu pusing dan terlena. Pandangannya mengabur, aroma alkohol yang pekat menguar dari tubuhnya dan lelaki asing itu.Dalena meringis saat merasakan nyeri di inti tubuhnya. “Tuan, tolong berhenti sebentar ...”Sejenak laki-laki itu terdiam, mengusap air mata di pipi Dalena dengan lembut. Ia membubuhkan kecupan ringan di sudut matanya, menenangkan Dalena.Tangan gadis itu masih melingkar di lehernya. Dalena merasa gila karena tubuhnya langsung merespon dengan cepat tiap sentuhan laki-laki ini.“Aku tidak bisa berhenti, Manis. Kau yang memulainya. Kau yang meminta aku melakukan ini,” bisik pemilik suara bariton itu, kembali menyerang Dalena dengan cumbuan.Gairah kembali menyelimuti keduanya. Dalena seakan lupa bahwa ia tidak mengenal pria itu sama sekali. Dia bahkan tidak ingat bagaimana dirinya bisa berakhir di sini.“Tuan ...!” Dalena memejamkan kedua matanya erat dan meremas kuat punggung laki-laki itu ketika ia melanjutkan gerakannya.Setelahnya, tidak ada suara apapun selain napas berat keduanya yang memenuhi kamar hotel, sampai mereka sama-sama meraih kenikmatan masing-masing.Napas Dalena tersengal-sengal dan sekujur tubuh lemas tak berdaya. Wajahnya yang basah disapu lembut oleh telapak tangan besar laki-laki tampan itu sebelum dia memeluknya.“Tidurlah, aku akan memelukmu …”**“Akh, tubuhku ...”Suara erangan pelan terucap lirih dari bibir Dalena. Tubuhnya seperti hancur dan tulangnya terasa remuk. Gadis itu hendak beranjak bangun sebelum terasa sesuatu yang hangat dan berat melilit perutnya.Sesuatu berembus hangat membuat di leher Dalena membuat gadis itu merinding tak berani bergerak. Kehangatan selimut dan kulit tubuh yang saling menyentuh, membuat Dalena bergetar hebat.“Astaga!” Dalena berucap tanpa suara.Ingatan segera terkumpul. Semalam dia bercinta dengan laki-laki asing yang sama sekali tidak ia kenali!Dalena membekap mulutnya dengan air mata berdesakan. “Tidak, tidak mungkin ...”Dengan keberanian yang tipis Dalena menoleh menatap wajah tampan laki-laki berwajah tampan yang terlelap mendekap erat tubuh Dalena yang polos.Bagai sambaran petir mengejutkannya setelah Dalena menatap wajah laki-laki asing itu. Ketakutan merasuki pikiran dan hati Dalena dengan cepat.‘Laki-laki ini … Bukankah dia pebisnis yang terkenal itu?! Ba-bagaimana bisa dia dan aku …’Sosok laki-laki bertubuh tinggi besar, berparas tampan menawan, memiliki rambut hitam dan berkulit putih bersih. Sosok pebisnis ternama dan kaya raya yang sering disorot oleh dunia, hingga semua orang tahu betapa berkuasa dan hebatnya laki-laki ini.‘Damien Escalante!’ batinnya berteriak.Dalena gemetar dengan hanya menatapnya dari jarak sedekat ini.Dengan penuh kehati-hatian, Dalena menjauhkan lengan kekar laki-laki itu dari pinggangnya dan bergegas turun perlahan-lahan dari atas ranjang.“Sial ...” Dalena memejamkan kedua matanya saat merasakan nyeri dan sakit pada inti tubuhnya. “Aku harus cepat, jangan sampai laki-laki ini bangun sebelum aku pergi!”Menahan rasa sakitnya, Dalena pun memunguti semua pakaiannya yang berserakan di lantai, memakainya dengan cepat sebelum ia bergegas pergi keluar dari dalam kamar hotel dan meninggalkan laki-laki tampan yang masih tertidur.Dalena berjalan tertatih di lorong hotel. Kesedihan menyergapnya saat sadar bahwa sepupunya telah meninggalkannya hingga mabuk dan berakhir tidur dengan laki-laki asing.“Kenapa... kenapa mereka setega itu padaku?” lirih Dalena menahan tangis seraya berjalan dengan cepat.Sepanjang perjalanan pulang menuju rumah, Dalena merapikan penampilannya. Gadis itu harap-harap cemas karena ia sangat takut dengan Bibinya yang galak.Namun, Dalena berhak marah pada sepupunya, Kelara, sebab dialah penyebab terjadinya kejadian semalam.“Ke mana saja kau semalam hah!? Kenapa kau menghilang?!” amuk Bibinya, sambil mendekati Dalena dengan wajah penuh amarah begitu ia membuka pintu.“Kelara menjebakku Bi, dia meninggalkanku di hotel! Aku—”“Bukan itu maksud Mamaku, Dalena!” pekik Kelara menyahuti.Wanita paruh baya itu mendekati Dalena dan mengapit dagu kecilnya dengan kasar.“Kenapa kau malah menghilang? Harusnya semalam kau melayani seseorang yang sudah memesanmu, Bodoh! Ke mana kau semalam?!”Tubuh Dalena terdorong hingga punggungnya menabrak dinding.“Kau tahu, akibat kebodohanmu itu kami yang kena imbasnya! Kami harus ganti rugi ulah bodohmu!” teriak Kelara sambil menuding wajah Dalena.Dalena menatap kedua orang itu dengan wajah memerah. “Ka-kalian berniat menjualku?”Kini, bukan hanya tubuhnya yang sakit, namun hati dan hidupnya pun tidak baik-baik saja. Ia tidak percaya kerabat terdekatnya akan berbuat sejauh ini.“Kenapa kalian tega melakukan hal ini padaku? Kurang apa selama ini aku pada kalian semua?!” berang Dalena putus asa.“Kau sudah mendapatkan segalanya dari semua orang, perhatian, pujian. Gara-gara kau, semua orang tidak menatapku!” balas Kelara meneriakinya.“Kalian tidak punya hati! Kalian menghancurkan masa depanku …” lirih Dalena mundur beberapa langkah.“Kami tidak peduli! Kau memang tidak berguna, Dalena! Tak ada gunanya juga kau di sini!” Bibinya mendorong Dalena hingga keluar dari dalam rumah.Gadis itu terjatuh dan menangis tertunduk menatap kedua punggung tangannya yang gemetar.Teganya mereka masih menyalahkan Dalena karena rencana yang gagal … di saat mereka tidak tahu bahwa kesucian Dalena telah terenggut oleh pria asing!“Kelara, ambil tas dan semua pakaian milik gadis ini!” perintah Calestia pada putrinya, membuat Dalena langsung tersentak.“Bi-Bibi... Apa yang akan Bibi lakukan? Ini rumah peninggalan Mama—”“Aku tidak peduli! Aku sudah muak melihatmu di sini. Sekarang aku harus pusing memikirkan ganti rugi karena semalam kau menghilang! Dasar bodoh!” teriak Calestia menepis tangan Dalena.Gadis itu bersimpuh di atas kedua lututnya sambil memegang tangan sang Bibi dan menangis memohon.“Bibi jangan usir Dalena... Ke mana Dalena pergi kalau Bibi mengusirku? Rumah ini peninggalan mendiang Mama dan—”BRUK!Suara tas besar berisi pakaian dilemparkan tepat di hadapan Dalena.Kelara bersungut-sungut menatap Dalena dengan penuh kekesalan di hatinya. “Pergi sialan!” berangnya sambil menendang tas milik Dalena.“Pergi! Angkat kakimu dari sini sebelum aku menyeretmu ke depan!” Calestia menunjuk ke arah gerbang.Dalena meraih tas miliknya dan suara tangisannya pun lenyap. Ia mengusap air matanya yang terus menetes sembari bangkit perlahan-lahan.Bersamaan langkah kaki Dalena pergi meninggalkan teras, pintu rumah itu pun ditutup dengan keras.Setiap langkah Dalena menangis dan bingung apa yang harus dia lakukan saat ini, dia sungguh tak punya siapa-siapa lagi.Dalena menyentuh dadanya yang terasa sesak. “Aku harus pergi ke mana ...”Sejak pagi hingga sore hari, di kediaman Keluarga Escalante sangat sibuk. Mereka menyiapkan pesta keluarga untuk malam ini. Hingga siang berganti malam, rumah megah berlantai dua itu nampak dihiasi dengan meriah lampu-lampu di luar rumah, maupun di dalam rumah. Dalena tersenyum melihat anak-anaknya berkumpul bersama. "Baru kali ini acara akhir tahun menjadi sangat meriah, iya kan, Sayang?" Dalena menoleh pada sang suami yang berdiri di sampingnya."Iya. Mungkin itu semua karena kita bisa melihat anak-anak kita, menantu kita, cucu kita berkumpul bersama. Sangat membahagiakan, Sayang." Damien merangkul pundak Dalena memperhatikan pemandangan ruangan di dalam rumah yang sudah dihias dengan indah oleh Cassel dan Nicholas sejak siang tadi. Sampai tiba-tiba saja, Elsa dan Gissele muncul dari arah lantai dua. Di sana nampak Gissele cemberut dan bersedekap dengan wajah kesalnya. "Ada apa, Sayang? Sini..." Damien melambaikan tangannya pada Gissele. Dalena juga ikut melambaikan tangannya
Salju turun cukup tebal kemarin, dan siang ini Cassel mengajak anak istrinya untuk pergi membelikan beberapa makanan, dan juga hadiah. Mereka akan menghabiskan beberapa hari di musim dingin bersama dengan keluarga Cassel. Mereka bertiga datang ke sebuah pusat perbelanjaan. Di sana, Gissele sibuk memilih mainan, camilan, dan hiasan-hiasan yang menarik perhatiannya. "Sayang, jangan mengambil gantungan banyak-banyak, nanti mau ditaruh di mana lagi?" Elsa merebut beberapa boneka gantung yang Gissele ambil. "Gissele mau itu, Ma!" seru bocah itu menunjuk ke sebuah lonceng-lonceng kecil. "Astaga ... untuk apa, Sayang?" Elsa mengusap wajahnya. "Sana, Gissele sama Papa saja. Minta gendong Papa." Anak itu cemberut. Kalau sudah bersama Papanya, dia tidak akan diturunkan dari stroller. Namun, meskipun dengan wajah protes, Gissele pun patuh dengan Elsa dan anak itu mendekati Cassel, meminta gendong dan meminta didudukkan di atas stroller miliknya. "Sudah ... Gissele duduk di sana saja, se
"Mommy dan Daddy ingin kalian menginap di sini. Kapan kalian bisa? Daddy ingin membuat party bersama kalian juga..." Suara di balik panggilan itu adalah suara Dalena yang kini bertanya pada Elsa dan Cassel. Setelah hampir tiga mingguan Cassel dan Elsa tidak datang ke kediaman orang tuanya karena sibuk. "Mungkin besok malam kita akan ke sana Mom, besok kan sudah mulai libur akhir tahun," jawab Cassel tersenyum."Iya. Janji ya, Nak ... Mommy sudah sangat kangen dengan Cucu cantik Mommy," ujar wanita itu. Cassel beranjak dari duduknya, laki-laki itu melangkah masuk ke dalam kamar. Dia menunjukkan kamera ponselnya ke arah Gissele yang kini tengah mengacau pekerjaan Elsa. Karena Elsa mempunyai banyak pesanan hingga menyentuh hampir seribu bouquet selama musim dingin ini, dia pun membawa beberapa bunga dan membentuknya di rumah. "Sayang, dicari Oma, katanya Oma kangen," ujar Cassel menyerahkan ponselnya pada Gissele.Anak cantik dengan rambut pirang cerah itu langsung melebarkan kedua
Pagi setelah menginap di tempat orang tua Cassel, esok harinya Elsa nampak sibuk di rumah. Gadis itu kini tampak bergelut dengan beberapa pekerjaan rumah, termasuk membuat banyak kue yang akan ia antarkan ke panti asuhan seperti biasa. "Mama buat kue banyak sekali? Mau dibawa ke panti, ya?" tanya Gissele yang kini membantu Mamanya memasukkan beberapa kue dalam sebuah box. "Iya Sayang. Tapi Gissele tidak usah ikut, ya ... Gissele di rumah saja dengan Tante Raccel dan Oma," ujar Elsa menatap putrinya. Dan dengan patuh Raccel menyetujui hal itu. Bukan tanpa alasan Raccel melarang putri kecilnya untuk ikut, melainkan sejak awal, pengurus panti meminta Elsa untuk tidak sering-sering lagi membawa Gissele ke panti, mereka takut Gissele ingat masa dulu dan tidak mau pulang lagi ke rumah. Anak perempuan itu mengangguk patuh, namun dia cemberut, seolah-olah dia memang tidak setuju dengan apa yang Mamanya pinta padanya. "Mama, hari ini Gissele mau pergi beli sepatu baru kata Papa," ujar an
Setelah kondisi Elsa kembali sehat, Cassel pun memutuskan untuk mengajak istrinya pergi jalan-jalan bersamanya dan putri mereka.Setelah puas menemani Gissele bermain di taman dan game zone, mereka bertiga kini pergi ke rumah orang tua Cassel. Kedatangan mereka disambut dengan sangat hangat, terlebih lagi di sana ada Raccel dan anak kembarnya. "Wahh, Cucu Oma akhirnya ke sini juga!" seru Dalena mengendong Gissele dan mengecup pipi gembul anak itu. "Gissele...!" Suara Raccel membuat Gissele menoleh, anak perempuan dengan dress merah muda itu langsung berlari ke arah Raccel di ruang tengah. Sementara Elsa, gadis itu meletakkan paper bag berisi makanan di atas meja, dan Cassel juga berjalan ke dapur mengambil minuman dingin. "Raccel di sini sejak kapan, Mom? Nicho ke mana?" tanya Cassel menatap sang Mama. "Nicholas sedang ada urusan kantor dengan Daddy, mereka ke luar kota, Sayang. Raccel memang sekarang Mommy minta untuk pindah ke sini, merawat Lovia dan Livia sendirian itu sangat
"Dokter Cassel, apakah ada jadwal yang lain lagi hari ini?" Cassel menoleh ke belakang saat rekannya bertanya, begitu Cassel keluar dari ruangan operasi. Cassel menggelengkan kepalanya. "Tidak dok. Aku akan pulang cepat hari ini karena istriku sedang sakit," jawab Cassel sembari tersenyum. "Oh begitu, baiklah..." Tanpa menjawab apapun lagi, Cassel segera bergegas keluar dari dalam ruangan itu dan ia berjalan ke arah ruangannya sendiri.Laki-laki dengan jas putih itu membuka ruangan pribadinya. Di sana, Cassel langsung meraih ponsel miliknya dan ia melihat apakah dirinya mendapatkan pesan dari Elsa atau tidak?Cassel menghela napasnya panjang dan tersenyum. Baru saja dia ingin melihat pesan, Elsa sudah memberikan kabar lebih dulu padanya."Hemm, tumben sekali dia memintaku membawakan makanan? Biasanya juga selalu menolak," gumam Cassel. Segera Cassel menghubungi Elsa. "Halo Sayang, kau ingin menitip makanan apa, hem?" tanya laki-laki itu. "Bukan aku. Tapi Gissele, dia ingin mela
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Commentaires