Semua Bab Istri Sengsara Sang Billionaire: Bab 121 - Bab 130

Penampilan MemukauMalam harinya, Arsen mendatangi rumah nyonya Farida. Baru masuk ke dalam rumah, dia sudah disambut dengan pelukan oleh nyonya Farida."Arsen, dia cantik sekali, dia wanita yang sangat sempurna, semua orang membicarakan kalian. Tapi apa itu benar kamu telah melepas kepemimpinan Rumah sakit Keluarga Sehat, tante kira kamu akan memikirkannya lagi," ucap nyonya Farida lalu dia melepaskan pelukannya."Iya tante, tante jangan khawatir, semuanya akan baik baik saja," ucap Arsen yakin."Arsen, apa benar dia belum menerimamu? apa yang dia cari? tidak ada yang kurang darimu, bahkan dia mungkin tidak akan menemukan laki-laki yang lebih sempurna dari pada kamu," ucap nyonya Farida."Dia hanya butuh waktu tante, Arsen tidak akan berhenti berusaha," ucap Arsen seraya tersenyum."Baiklah, ayo masuk, tante sudah membuat makanan kesukaanmu, steak daging sapi. Untuk bisa membuatnya tante bahkan harus memanggil chef internasional ke rumah, chef hotel kita yang terkenal itu, dia meman

PersainganDi kantor Galaksi hotel, Arsen terdengar memanggil sekretaris Edo."Edo, masuklah ke ruanganku," teriak Arsen ketika melihat sekretaris Edo di depan lift. "Baik Pak," ucap sekretaris Edo dengan sigap namun sedikit gugup."Apa ada yang bapak perlukan?" tanya sekretaris Edo setelah masuk ke dalam ruang kerja Arsen."Edo, bagaimana kemajuan Alana?" tanya Arsen pada sekretaris Edo."Sangat pesat kemajuannya pak, nona Alana mempelajari mengenai Rumah sakit Keluarga Sehat dengan serius dan teliti, bahkan hingga larut malam, dia tidak peduli pada dirinya sendiri, kemauannya sungguh sangat kuat," ucap sekretaris Edo."Apa kamu yakin?" tanya Arsen."Iya Pak, itu yang Amanda katakan, dia kadang tidur di apartemen nona Alana karena ingin menemani nona Alana belajar, dia benar benar serius," ucap sekretaris Edo."Baguslah, dia memang memiliki kemauan keras," ucap Arsen."Oh iya, tolong tanyakan jadwal Alana hari ini," pinta Arsen."Hari ini nona Alana tidak berangkat ke kantor pak,"

Cinta Pada Pandangan PertamaIsabela keluar dari kamar Amora, lalu mengambil ponselnya yang ada di atas meja ruang makan, dia mencoba menghubungi Ardian. Isabela terlihat beberapa kali menghubungi Ardian, namun tidak ada jawaban, padahal sambungan telephone itu tersambung dengan benar. Isabela terlihat begitu kesal dan penuh amarah.Di sisi lain, Ardian terlihat sedang berada di sebuah ruang karaoke bersama sekretaris Pete. Dia minum minuman beral-kohol dan itu membuatnya sedikit ma-buk. Ini tidak seperti Ardian yang biasanya, Ardian bukan orang yang suka ma-buk ma-bukan."Pak, nyonya Isabela menghubungi saya, sepertinya nyonya Isabela berusaha menghubungi anda," ucap sekretaris Pete pada Ardian."Sudah, abaikan saja, wanita itu benar benar membuatku gila," ucap Ardian dengan suara lirih karena dia dalam keadaan setengah ma-buk.Di apartemen Isabela, Isabela terlihat melempar ponselnya, berteriak, sangat marah. Dia menggenggam tangannya erat, seperti ingin memukul seseorang."Apa yang

GugupMereka terlihat menikmati makanannya, Alana terus berpikir bagaimana cara supaya dia bisa segera mengambil dokumen itu lalu secepatnya pergi.Dia tidak ingin merubah keadaan menjadi lebih sulit. Dia hanya ingin membuat Abadi group mengalami masalah, bukan membuat skandal dengan pemiliknya. Alana masih menyimpan kebencian yang begitu mendalam, mungkin tepatnya adalah Ayra yang menyimpan kebencian itu. Dia begitu benci pada Ardian, suami yang baginya sudah menjadi mantan, laki laki yang telah melenyapkannya dengan luka yang begitu mendalam.Lebih sakit lagi Alana harus terus berpura pura tidak memiliki perasaan benci itu. Dia juga harus meyakinkan Ardian supaya Ardian tidak memiliki kecurigaan apapun padanya.***Alana dan Ardian berjalan menuju ke arah kamar hotel tempat Ardian menginap. Jantung Alana bergetar, berdegup tidak karuan. Dia khawatir ini akan menjadi sebuah bumerang yang menakutkan.Dia hanya berdua dengan Ardian, di sebuah kamar hotel, segala hal bisa terjadi. Tubu

Mencari Fakta BaruArsen terlihat mengamati sekretaris Edo.“Kamu tahu, hanya kita berdua yang mengetahui kebenaran mengenai Alana, aku harap kamu akan menyimpannya,” ucap Arsen.“Baik pak, saya mengerti, bahkan Amanda tidak tahu apa apa mengenai ini,” ucap sekretaris Edo.“Ya, kita harus menyimpan ini rapat rapat. Beritahu aku secepatnya jika kamu mendapat informasi apapun,” ucap Arsen.“Baik Pak,” ucap sekretaris Edo yang kemudian berbalik, hendak meninggalkan ruang kerja Arsen.“Edo,” panggil Arsen.“Iya Pak, apa ada lagi yang bisa saya bantu?” tanya sekretaris Edo yang berhenti melangkah dan kembali membalikkan tubuhnya.“Oh iya, ada yang ingin aku tanyakan. Bukankah kamu tinggal di panti asuhan, lalu bagaimana bisa kamu mengenali Amanda sebagai sepupumu?” Tanya Arsen.“Iya pak, saya, Pete dan Amanda berada di panti asuhan yang sama waktu kecil, ibu panti mengatakan bahwa Amanda adalah adik sepupu saya. Saya tidak tahu itu benar atau tidak, namun saya memilih untuk mempercayai itu