Semua Bab Istri Sengsara Sang Billionaire: Bab 161 - Bab 170

Peristiwa PenusukanDi tempat lain, mobil Isabela terlihat memasuki area parkir apartemen mewah. Beberapa menit setelahnya dia sudah berdiri di depan sebuah pintu unit apartemen, apartemen yang tidak asing, yang dulu sering didatangi.Dia tidak mengetuk pintu unit apartemen itu, namun hanya berdiri. Ada kegugupan terpancar dari wajahnya, lalu Isabela terlihat menekan kode kunci pintu, dan apartemen itu pun terbuka. Rupanya sang pemilik tidak merubah kode kunci apartemen sejak terakhir dia datang.Isabela masuk ke dalam unit apartemen itu, seolah sudah biasa dia lakukan, tidak ada rasa canggung terlihat dari wajahnya.“Aku tahu kamu akan datang,” ucap seseorang yang terlihat duduk di sofa yang ada di dalam unit apartemen.“Aku sengaja tidak merubah kode sandinya,” ucap pria yang ternyata adalah Evan, sang pengacara.“Apa maumu?” tanya Isabela, lalu dia terlihat menarik nafas panjang. Dia berjalan mendekat ke arah Evan dan duduk di sofa yang berhadapan dengan posisi duduk Evan.“Sudahla

Perang Segera DatangDi dalam mobil, perjalanan menuju ke kantor, Ardian terlihat membuka buka ponselnya, membaca berita mengenai peristiwa penusukan Evan, pengacara yang cukup terkenal itu.“Apa dia dirampok? Sangat mengerikan,” gumam Ardian. Pikirannya melayang ke ingatan beberapa tahun lalu ketika dia bertemu dengan Isabela untuk pertama kalinya. Mereka berkencan setelah bertemu di sebuah club malam. Perkenalan singkat, namun membuat mereka terbangun di pagi hari di ranjang yang sama.Sejak hari itu, mereka memutuskan untuk berkencan, walaupun Isabela sudah menjelaskan keadaannya yang sudah memiliki kekasih. Kecantikan dan godaan Isabela membuat Ardian luluh yang akhirnya meminta Isabela untuk mengakhiri hubungannya dengan kekasihnya yang tidak lain adalah Evan.“Kamu tidak bisa mempertahankan kekasihmu, itu salahmu sendiri, bukan salahku. Kamu sendiri yang tidak bisa menjaga milikmu,” ucap Ardian dalam hatinya.***Alana terlihat begitu anggun dengan balutan gaun serba hitam, tudu

Aksi Sekretaris EdoDi kantor Rumah Sakit Keluarga Sehat, Alana terlihat meminum secangkir kopi susu yang manis.“Nona meminum kopi?” tanya sekretaris Amanda.“Amanda, apa kamu mau?” tanya Alana.“Ti-tidak nona, saya tidak minum kopi,” ucap sekretaris Amanda.“Kamu tahu, aku dulu begitu menyukai kopi, ini hanya sebagai wujud rasa bahagia atas kabar ini,” ucap Alana.“Benar nona, sesuai dengan rencana, Abadi group akan mengalami kebangkrutan,” ucap sekretaris Amanda.“Belum, masih belum, aku rasa Arsen sudah memiliki rencana,” ucap Alana.“Mereka bukan manusia, mereka pantas mendapatkan ini semua. Aku tidak perlu menahan hatiku lagi, Loly sudah tidak ada, tidak ada lagi yang perlu aku khawatirkan,” ucap Alana.“Apa nona berencana menemui pak Ardian?” tanya sekretaris Amanda.“Tentu saja, ini kemenangan yang pertama, setidaknya karena masalah ini, Abadi group akan mengalami masalah besar,” ucap Alana.“Iya nona, setelah ini akan jauh lebih mudah,” ucap sekretaris Amanda.Mata Alana ter

FaktaSekretaris Edo terlihat masuk ke dalam ruang kerja Arsen.“Apa sudah ada kabar?” tanya Arsen.“Sudah pak, setelah kami berhasil mengambil mayat itu, kami melakukan penyelidikan dan pemeriksaan akurat. Wanita itu meninggal karena bun-uh diri, meminum racun. Dari luka yang dimiliki, dia juga pernah berniat untuk memotong nadinya,” ucap sekretaris Edo.“Begitu rupanya,” ucap Arsen.“Mayat itu ditemukan di tengah hutan, mungkin dia sengaja masuk ke dalam hutan untuk bu-nuh diri, lalu ada beberapa hewan buas yang menyeretnya masuk hingga jauh ke dalam hutan,” ucap sekretaris Edo mengutarakan pendapatnya.Arsen terdiam, memahami segala hal, sungguh kehidupan begitu mengerikan.“Segera urus pemakamannya dan juga orang orang yang terlibat di dalamnya,” ucap Arsen.“Baik pak, saya akan mengurusnya dengan baik,” ucap sekretaris Edo.“Mayat itu akan menghilang, begitu juga dengan Ayra. Setelah semua beres, segera terbitkan video CCTV itu, public akan heboh dan Ardian akan segera ditangkap,

Tidak Terduga Amora terlihat duduk termenung di pinggir tangga, memeluk pagar tangga dengan kedua tangannya. Dia terlihat begitu sedih, tanpa terasa air matanya menetes.“Tante jelek, maafkan ibuku ya. Amora merindukan tante,” ucap Amora lirih. Lalu dia menangis dengan terisak.Bibi Esti terlihat mendekat ke arah Amora duduk.“Non Amora, kenapa duduk di sini, ada apa?” tanya bibi Esti.“Bibi,” ucap Amora lirih. Bibi Esti melihat kesedihan di wajah Amora.“Ada apa non, sini bibi temani,” ucap bibi Esti yang kemudian duduk di sebelah Amora duduk.“Kenapa non Amora sendirian? Nyonya Isabela dimana?” tanya bibi Esti. Amora hanya menggeleng, dia masih terlihat sangat sedih.Bibi Esti mengusap air mata Amora.“Ada apa non? Kenapa sedih sekali,” tanya bibi Esti.“Bibi, apa ibu salah?” tanya Amora seraya menatap bibi Esti dengan pandangan mendalam.“Salah?” tanya bibi Esti yang belum mengerti.“Iya, apa ibuku salah? Ibu membuat tante jelek tidak bergerak,” ucap Amora.“Tante jelek? Tante Lol