All Chapters of Karma 3 Kubalaslah Sakit yang Kau Berikan.: Chapter 131 - Chapter 140

Aku berusaha berenang ke arah sungai menjauhi muara dan kapal itu, sebisa mungkin aku tidak menunjukkan diriku agar para penjahat itu tidak menodongkan senjata dan menembak diri ini. Aku tahu persis bahwa sekalinya aku terlihat maka mereka akan langsung memberondongkan peluru. Kucari momen yang tepat untuk mengambil nafas lalu segera berenang menjauh menyamarkan diri lewat bagian bawah jembatan dermaga dan terus sampai ke pinggir sungai.Kutarik tubuh suamiku, menyeretnya keluar dari air, dari kakinya darah masih mengalir. Di tak sadarkan diri, sepertinya, menelan banyak air. Kutekan dadanya, memompa dengan cara menumpuk tanganku lalu menekannya berkali kali, hingga suamiku sadar dan terbatuk batuk. "Roni, bertahanlah, aku akan menyelamatkanmu dan membawamu pulang ke rumah kita."Kurobek bagian bawah bajuku lalu menggunakan kain itu untuk membebat kaki Roni. "Imel, kau kah itu?" tanya Roni dengan suara yang nyaris tidak terdengar."Iya, ini aku. aku janji aku akan menyelamatkanmu da

Sinar mentari begitu terik, menampar tubuhku yang sedang duduk di Jeep dengan pintu setengah badan. Kalo ini mobil Peter menempuh jalan menuju ke rumah orang tuaku.sepanjang perjalanan aku terdiam sambil merenungkan begitu banyak yang terjadi dan nyawa yang melayang, begitu banyak luka dan darah yang berceceran, demi batangan emas dan genggi siapa yang lebih kuat dan bertahan. Sebenarnya tak ada seorang pun yang menantang diri ini selain diriku sendiri. Terakumulasi emosi akibat seringnya bendi melecehkan diri ini membuatku dendam untuk membuatnya kehilangan hidup dan kesuksesannya. Mungkin, hanya aku yang gila di dunia ini. Tumbuh dari seorang anak yang selalu diberi cinta dan dalam perlindungan orang tuanya tak lantas membuatku takut untuk menghadapi dunia dan orang orang jahat itu. Kalau dipikir, kenapa adrenalinku begitu memuncak saat aku ditodong senjata dan balas menodong, ataukah saat diri ini terkepung, dan juga, kenapa kedalaman lautan yang ganas tak membuatku gentar untuk

Sampai sekarang aku belum mengetahui Di mana lokasi orang tuaku berada. karena bingung harus ke mana aku putuskan untuk segera keluar rumah sakit untuk menyusul Roni dan memeriksa keadaannya. Kurasa sekarang dia sudah menjahit dan membersihkan lukanya. Kuharap dokter sudah memindahkan dia ke ruangan yang lebih aman dan terlindung dari pengunjung."Kita akan kemana?" Tanya Peter."Periksa dulu keadaan anak buahmu yang berada di markas Bendi!""sudah kubilang kalau mereka berhasil melumpuhkan para anggota dan mengambil semua senjata lalu mengamankannya.""Lalu keadaan anak buah yang ada di dermaga bagaimana?""Ituu yang aku kurang tahu, aku rasa mereka berhasil mengimbangi perlawanan atau boleh jadi mereka sudah dikalahkan. di sana ada Bendi dan mantan suamimu itu cukup tangguh untuk mengalahkan bahkan 100 penjahat, dia mafia yang cukup diperhitungkan dan ditakuti, aku sangat terkejut ketika mengetahui bahwa mantan istrinya ingin melawannya. tanpa inisiatif darimu, aku maupun Tuan Rich

Di dalam perjalanan menuju mansion mantan mertua, matahari sore mulai menguning dan semilir angin semakin kencang menerpa wajah ini. ada perasaan sedih yang tiba-tiba menyeruak di hatiku di mana Aku merindukan kehidupanku yang dulu. Entah kenapa keadaan hatiku tiba-tiba menjadi melodramatis dan aku tidak mengerti mengapa itu terjadi.Mungkinkah karena tekanan mental, dan beban yang begitu banyak yang kini ada di pundakku. Belum lagi dosa dosa yang sudah kutanggung, ditambah kini, bersamaku ada calon kehidupan baru yang menunggu tanggung jawab besar."Aku tidak bisa terus-terus seperti ini... aku harus berjanji pada diriku sendiri, setelah masalah dengan bendi dan Erika tuntaskan maka aku akan kembali ke kehidupanku yang awal, di mana aku akan menjadi istri yang manis dan ibu yang baik juga.""Ada apa kau melamun, Apakah kau merasa takut seharusnya kau tidak perlu takut karena sekarang ada 50 Jeep yang beriringan bersama kita.""Aku yakin Nyonya Erika sudah mengerahkan pasukannya dan j

"Tarik napas dan bersiaplah mengejan!" teriak pria itu diantara deru mesin mobil yang mengebut. Aku tidak peduli dia pria atau hanya orang asing yang akan melihat bagian pribadiku, yang aku tahu ... aku membutuhkan bantuannya untuk menyelamatkan bayiku.Anak buah tuan Peter yang terkesima melihat dia sigap menyiapkan momen lahiran hanya melongo kebingungan. plak!Tuan Peter menggeplak salah seorang anak buahnya dan memintanya tetap fokus melihat ke jalanan."Apa yang kau lihat, kenapa kau melongo. Jaga kami dan pastikan semua aman dari segara arah. Pasukan bendi bisa datang dari mana saja dan kapan saja!" Ujar tuan Peter setengah marah."Ayo Imelda, mengejanlah ketika rasa sakit itu datang. Jangan mengerang, tapi mengejan dengan menekan napas di tenggorokan!" "Baik, Pak.""cukup panggil saja aku dengan ucapan Peter seperti sebelumnya kau memanggilku, jangan sebut tuan atau pak!" pria itu memarahiku di tengah rasa sakit."Iya baiklah. arrggggg... hsssgggghh ....""sekali lagi!""hgg