Semua Bab Pembalasan sang Istri Tertindas: Bab 911 - Bab 920

Saat berdiri tegak di tengah aula utama, Janice bisa merasakan tekanan dari segala arah sampai punggungnya perlahan-lahan menjadi kaku. Dia sebenarnya sudah tahu niat tulusnya tidak berarti apa-apa di depan orang-orang ini. Namun, saat semuanya dikatakan di depan umum, rencananya seolah-olah sebuah lelucon. Dia khawatir rencananya ini malah akan mencelakai Jason dan Landon.Namun, tangan Janice tiba-tiba terasa hangat karena digenggam oleh Jason. Ujung jari Jason mengelus punggung tangannya dengan lembut, seolah-olah mencoba menenangkannya.Beberapa saat kemudian, Jason mengangkat cangkirnya dan menyeruput tehnya sedikit. Setelah itu, dia menundukkan kepalanya sedikit dan bertanya dengan ekspresi datar, "Kamu mau bagaimana?"Anwar menatap Janice dengan dingin, lalu tersenyum dan berkata, "Aku hanya kasihan pada Rachel. Dia benar-benar mencintaimu sampai rela mempertaruhkan kesehatannya demi melahirkan anak itu. Kalau kamu nggak mengakui anaknya dan kabar ini sampai tersebar, kamu akan

Wanita berambut hitam itu mengelus perutnya yang masih datar dengan lembut, lalu tersenyum dan tatapannya terlihat agak menggoda. "Pak Anwar.""Bina hubungan yang baik dengan Pak Jason," perintah Anwar pada wanita itu. Soal membina hubungan baik antara Jason dan anak itu atau hubungan lainnya, dia tidak peduli.Wanita itu menjawab sambil menganggukkan kepala, "Baik."Setelah mengatakan itu, Anwar sempat melirik Janice dengan tatapan yang meremehkan. Dia seolah-olah berkata pada Janice bahwa semua pria itu sama saja.Namun, Jason menyipitkan mata dan tatapannya terlihat ambigu. "Sepertinya kamu nggak berhak menentukan hal ini."Begitu Jason selesai mengatakan itu, Landon perlahan-lahan masuk bersama beberapa orang.Melihat orang yang datang, Anwar langsung tertegun. Padahal bawahannya jelas berkata Landon sedang menemani Ibrahim berobat ke luar negeri, mengapa Landon bisa muncul di sini? Namun, setelah dipikirkan, dia langsung menyadari sesuatu. Dia pun menggertakkan giginya dan menatap

Setelah dokter pergi, suasana di luar ruangan operasi masih tetap sunyi. Janice juga masih terpaku dalam kesedihan atas kepergian anak itu.Sementara itu, ekspresi Landon menjadi muram dan menatap Anwar dengan marah. "Pak Anwar, semua orang sudah menyaksikan sendiri, orang-orangmu yang sudah membunuh anaknya adikku. Kalau Keluarga Karim nggak memberi penjelasan yang memuaskan, aku nggak akan membiarkan hal ini berlalu begitu saja. Meskipun harus diumumkan ke publik, Keluarga Luthan juga nggak bersalah."Anwar dan para tetua Keluarga Karim yang tadinya masih angkuh pun langsung terdiam.Setelah melipat kedua tangannya di punggung, Anwar berbalik dan menatap Jason. "Bagaimana pendapatmu soal ini?""Kamu yang mau anak itu, jadi kamu sendiri yang harus menyelesaikan masalah ini," jawab Jason dengan dingin."Kamu ... ini juga bagian dari Keluarga Karim," kata Anwar sambil menggertakkan gigi.Jason menatap para tetua lainnya. "Kalian juga berharap aku yang menyelesaikan masalah ini?"Situasi

Di River Bay.Begitu Janice masuk, Vega langsung berlari ke pelukannya.Louise pun bangkit dari sofa. "Pak Jason, Janice, karena kalian sudah pulang, aku pulang dulu ya. Vega sudah mandi. Dia sudah sangat ngantuk, tapi dia tetap mau tunggu kalian pulang."Setelah mengatakan itu, Louise mengelus kepala Vega.Janice melihat jam. "Louise, hari ini terima kasih ya, kamu sudah tunggu kami begitu lama.""Nggak apa-apa. Aku pergi dulu ya," balas Louise. Setelah berpamitan dengan Vega, dia langsung pergi.Saat Jason mendekat, Janice menyingkir dan menggandeng tangan Vega ke kamar anak-anak.Vega adalah anak yang cerdik. Melihat keadaan keduanya, dia sempat menoleh dan mengedipkan mata pada Jason sebelum masuk ke kamar. Setelah dia berbaring di tempat tidur di kamar anak-anak dan Janice menepuk tubuhnya dengan lembut, dia memiringkan kepalanya dan pipinya bertumpu di tangannya. "Mama, dia buat kamu marah ya?"Janice tidak menjawab.Vega tiba-tiba mengangkat kepalanya dan berkata dengan serius,

"Teknik bela diri?" tanya Jason. Melihat lengan dan kaki Janice yang ramping, dia langsung berpikir dia bisa mengalahkan Janice dengan mudah hanya dengan satu tangan.Melihat tatapan Jason yang penuh dengan senyuman, Janice langsung menyadarinya. Dia bangkit dan berkata, "Kenapa? Meremehkanku? Saat di penginapan, aku sendiri bisa memindahkan banyak barang."Jason langsung menjawab, "Terlalu lelah. Bagaimana kalau aku buatkan jam tangan khusus untukmu juga?""Nggak berguna. Mereka sudah tahu aku suka pasang pelacak di tubuh sejak dulu, sekarang mereka pasti langsung periksa apa ada barang mencurigakan di tubuhku begitu melihatku. Kalau mau menyerangku diam-diam, mungkin seluruh tubuhku harus digeledah dulu," kata Janice.Mendengar perkataan itu, Jason berpikir bukankah itu malah lebih berbahaya. Dia pun menyipitkan matanya dan berkata, "Aku akan suruh pengawal mengikutimu diam-diam.""Bukan begitu maksudku, aku hanya merasa lebih baik mengandalkan diri sendiri daripada orang lain," kata