Tous les chapitres de : Chapitre 711 - Chapitre 720

Iblis Merah menyeringai lebar melihat Gandi yang terdiam terpaku setelah mendengar penjelasan darinya mengenai Api ilahi. Dia yakin, Gandi tengah ketakutan setelah mendengar apa yang dia katakan."Sekarang setelah kau tahu ini, apa yang bisa kau lakukan? Menyerah sajalah daripada melakukan perlawanan yang sia-sia. Aku jamin, akan membunuhmu dengan cepat agar kau tidak menderita...Ke ke ke..." ucap Iblis Merah.Gandi tersenyum mendengar perkataan makhluk tersebut."Kau pikir aku diam karena takut? Kau salah menyangka makhluk burik...Aku diam karena tengah memilih, kekuatan apa yang cocok untuk melawanmu. Karena kau memiliki kekuatan api ungu yang bisa membakar jiwa, memang kekuatan air yang paling cocok untuk melawanmu. Tapi kecepatanmu juga meningkat tajam setelah mati dua kali. Kekuatan petir juga cocok untuk mengimbanginya. Kalau begitu, mau bagaimana lagi. Kau adalah lawan yang kuat, jadi..." Gandi mengangkat tangan kanannya.Dari dalam telapak

Gandi menggaruk kepalanya yang tidak gatal setelah mendengar ucapan Empu Jagat Martapura yang baginya cukup memalukan."Lalu, apalagi yang eyang ketahui tentang Gayatri? Dewi Drupadi itu siapa...?" tanya Gandi kemudian."Aku mengenal Dewi Drupadi karena ayahnya, Raja Drupada merupakan salah satu orang yang pernah meminta jasaku membuat senjata berupa Panah yang kemudian panah tersebut dikembalikan padaku setelah perang melawan Kerajaan musuh selesai. Panah itu ada padamu saat ini," kata Empu Jagat membuat Gandi terbelalak."Panah Penghukum Surga!?" seru Gandi. Empu Jagat mengangguk."Kerajaan Pancala pernah menjadi sasaran para Dewa yang haus akan napsu dunia. Karena di tempat itu, banyak terlahir gadis-gadis suci yang diberkahi oleh Api Suci dari Batara Brahma. Sayang seribu sayang, para dewa yang lain tahu akan hal itu sehingga secara sembunyi-sembunyi mulai menjadikan Kerajaan itu sasaran untuk memburu para gadis suci. Karena konon katanya, gad

Sosok bertubuh besar dengan tanduk panjang itu bergerak kearah Pedang Naga Langit yang masih tergeletak di lantai batu. Matanya menyala-nyala merah. Terdengar suara dengusan keras dari hidungnya sebelum dia mengangkat kedua tangannya ke atas. Kedua tangan iblis itu pun menyala merah seperti terbakar api. Lalu dengan cepat dia menyambar gagang pedang Naga Langit tersebut.Greb!Pedang berhasil disambar dan di pegang oleh makhluk ciptaan Dewi Durga. Namun sesaat kemudian, Pedang tersebut bergetar hebat lalu disusul ledakan kekuatan aneh yang membuat tangan sang Iblis ciptaan Dewi Durga hancur dan tubuhnya terpental dalam keadaan hancur.Pedang pun jatuh dan menancap di batu. Sementara makhluk ciptaan itu berubah kembali menjadi kabut hitam. Dewi Durga yang berada di atas bukit batu hitam mendengus marah."Bagaimana bisa boneka bayangan yang aku ciptakan masih belum bisa mengenggam senjata itu!? Sekuat apa sebenarnya roh yang ada di dalamnya!?"

Gandi menoleh kearah Sarasvati yang menundukkan kepala setelah mendengar ucapan dari Batara Geni. Entah mengapa, dia pun merasakan kesedihan yang dialami oleh wanita cantik yang kini memang menjalin asmara dengan dirinya tersebut. Gandi menepuk bahu Sarasvati kemudian tersenyum setelah wanita itu menoleh kearahnya."Tak perlu khawatir. Aku akan berusaha mencarikan tubuh untukmu jika kau memang sangat ingin memiliki tubuh sejati. Akan tetapi, apakah kau yakin dengan itu? Kau akan meninggalkan Pedang Naga Langit setelah kau memiliki tubuh sejati...Itu artinya, Pedang itu tidak lagi memiliki jiwa seperti sebelumnya." kata Gandi.Sarasvati menatap pemuda itu dengan tatapan mata yang sulit untuk di artikan. Namun Gandi merasa wanita itu tengah menimbang perkataannya sambil menatap matanya untuk melihat ketulusan hatinya."Jika itu membuatku harus pergi dari Pedang Naga Langit, tentu saja aku tidak menginginkan tubuh sejati. Aku hanya ingin menjadi kuat, agar bi

Gandi dan Sarasvati melangkah masuk ke dalam hutan kuno yang terasa aneh bagi keduanya. Bagaimana tidak, pepohonan disana memiliki ukuran yang bukan main besarnya. Satu pohon saja bisa dijadikan istana Kerajaan beserta bentengnya sekalian. Terbayang betapa besarnya pohon tersebut. Belum lagi tinggi pohon yang menjulang ke langit hingga menembus awan seolah-olah ada benteng raksasa setinggi langit.Ada perasaan aneh lain yang Gandi rasakan saat memasuki tempat tersebut. Yaitu perasaan khawatir dan cemas yang entah datang dari mana. Tahu-tahu perasaan itu muncul begitu saja dengan alasan yang tidak jelas. Padahal selama ini Gandi tak pernah merasa takut terhadap apa pun.Sarasvati yang berjalan di depan sambil pasang sikap waspada karena dia pun merasakan hal yang sama. Keadaan di dalam hutan tersebut begitu memang sangat mencekam. Kabut hitam tipis membuat pandangan mata menjadi terbatas. Apa pun bisa datang dalam keadaan seperti itu. Sehingga wanita roh tersebut harus selalu siaga."H