All Chapters of Geger Kahyangan: Chapter 891 - Chapter 900

Bara melihat Guo Jiu yang terus menyusuri lorong menuju ke dalam kuil. Dia tak melihat iblis itu mengalami kesulitan sama sekali. Bahkan ilusi yang tercipta disana tidak berhasil menjebak dirinya. Akan tetapi, lorong yang dilewati oleh Guo Jiu mengarahkan dirinya pada satu tempat yang lapang. Sebuah tempat Misterius dengan hawa aneh di dalamnya."Tempat apa ini...?" batin Guo Jiu sambil menatap sekitar.Di tempat itu ada empat sisi yang menyerupai sebuah lapangan. Lalu di setiap sisi ada satu patung raksasa dengan wajah seram tengah melotot ke satu titik, yakni di tengah lapangan tersebut, dimana terdapat lingkaran aneh dengan ukiran huruf kuno.Guo Jiu yang tak memiliki rasa takut langsung melangkah ke depan dan berhenti di pusat lapangan. Saat itulah dari kedua mata empat patung yang ada disana memancarkan cahaya emas terang yang meluncur kearah Iblis tersebut!"IBLIS HARUS MATI!" Terdengar suara menggema di dalam ruangan itu. Guo Jiu berteriak keras sambil mengerahkan kekuatan mi

Dewi Indira menatap Bara Sena selama beberapa saat lalu kemudian dia tersenyum."Aku akan ikut Tuan...Agar ada yang menemanimu berbicara," kata wanita itu sambil melangkah mendekat kearah pemuda itu. Bara mengulurkan tangannya."Kalau begitu, ikut aku dengan tenang," ucap Bara sambil tersenyum.Dengan wajah memerah dan senyum yang merekah, Indira mengangguk dan menerima uluran tangan tersebut. Bara menggenggam nya dengan erat kemudian sambil bergandengan tangan mereka melakangkah ke depan.~___ ___Bara dan Indira sama-sama menghentikan langkahnya. Di depan mereka terlihat dinding batu yang terlihat aneh. Penuh dengan lumut dan ada ukiran-ukiran dengan huruf yang tak bisa di mengerti oleh Bara Sena."Jalan buntu...? Tapi aku bisa merasakan aura itu dari dalam sana...Apakah aku harus menghancurkan dinding batu ini...?" gumam Bara."Tunggu sebentar Tuan. Biarkan aku memeriksa dinding batu ini lebih dulu..." kata Indira lalu dia mendekati dinding batu tersebut. Tangannya meraba dinding y

Bara Sena menatap wanita cantik tersebut selama beberapa saat. Lalu dia mengganggukkan kepalanya pertanda setuju dengan apa yang Kirana Wulan katakan. "Kerajaan Matahari merupakan salah satu Kerajaan terbesar dari 10 Kerajaan Semesta yang ada di wilayah seribu dunia. Kerajaan itu mencakup wilayah yang sangat luas di langit dengan jumlah pasukan mencapai jutaan Dewa Ranah Alam Nirwana." kata Kirana Wulan. Kedua mata Bara Sena terbelalak mendengar perkataan wanita tersebut. "Apa kau bilang...? Jutaan dewa di Ranah Alam Nirwana...? Mustahil...! Bahkan di dunia ini saja sangat langka Dewa Ranah Alam Nirwana! Kalau cuma beberapa dewa, aku percaya... Tapi ini, jutaan dewa...! Yang benar saja...!" kata Bara tak percaya. Kirana Wulan tersenyum tipis. Bahkan terkesan sinis. "Kau hidup di dunia kecil ini, sehingga kau berkata seperti itu. Di Kerajaan Matahari, kemampuan Ranah Alam Nirwana adalah hal yang biasa. Bahkan disana para budak banyak yang berada di ranah alam semesta dan alam dewa

"Tuan! Tuan Bara!"Bara membuka kedua matanya. Dia melihat wajah cemas wanita cantik berambut perak yang tidak lain adalah Dewi Merak Bulan Indira. Wajahnya begitu dekat sehingga Bara bisa merasakan hembusan nafasnya yang hangat. "Indira...? Apa yang tengah kamu lakukan...?" tanya Bara membuat wajah wanita itu memerah. Dia baru menyadari, bahwa wajahnya terlalu dekat dengan wajah Sang Dewa Cahaya. Dengan wajah tersipu, Indira menjauhkan wajahnya dari pemuda tersebut. Semula dia berpikir Bara Sena terkena sesuatu karena diam dan tak bergerak sama sekali dalam waktu yang cukup lama. Matanya masih terbuka dengan Pedang Dewa Matahari di tangan. "Aku... Aku mencemaskan dirimu Tuan... Apa kau baik-baik saja?" tanya wanita itu. Bara tersenyum lalu menunjukkan Pedang Dewa Matahari di tangannya. "Aku baik-baik saja. Aku sudah bertemu dengan roh pedang ini. Semua yang kau katakan dulu saat pertama kita bertemu, ternyata semuanya benar. Dan aku sudah mengetahui jati diriku yang sebenarnya,

Bara Sena keluar dari dalam Kuil Cahaya bersama dengan Dewi Indira. Lian Xie yang berada di luar menyambut kedatangan mereka berdua dengan pandangan mata penuh kekhawatiran. Lamia pun ikut mendekat karena rasa penasarannya."Bagaimana...? Apakah berhasil menemukan Harta tersebut?" tanya Lian Xie. Bara mengangguk lalu tersenyum."Ada satu tempat yang ingin aku kunjungi." kata pemuda itu.Lian Xie mengangguk. Bara menoleh kearah Lamia."Lamia, aku memintamu untuk tetap berada di sini, biar bagaimana pun kau adalah makhluk asli penghuni dunia ini. Jaga Kuil Cahaya untukku. Kelak, aku akan datang lagi ke tempat ini setelah aku menjadi lebih kuat. Dan memenuhi janjiku membawamu pergi dari tempat ini untuk melihat dunia yang lebih luas." kata Bara.Lamia membungkukkan tubuhnya sambil menaruh tangan di depan dada."Baik Tuan, akan aku lakukan apa yang Tuan katakan. Aku percaya, Tuan tak akan mengingkari janji. Aku akan menunggumu Tuan," ucapnya.Bara tersenyum lalu pergi meninggalkan tempat