Jasmin terdiam, merasakan getaran dalam suaranya. Ia tahu Reyan serius, tapi bagian dari dirinya masih mencoba mempertahankan benteng yang sudah retak. Tangannya secara refleks mengusap permukaan meja, menghindari tatapan pria itu.Namun Reyan menangkap pergerakan itu. Ia mengulurkan tangan, menutup jemari Jasmin di atas meja, menghentikan gerakan gelisahnya. “Jas, lihat aku.”Jasmin mengangkat wajahnya perlahan. Tatapan Reyan menusuk, tapi bukan dengan kemarahan—lebih seperti ingin meyakinkan bahwa ia akan tetap di sana, apa pun yang terjadi.“Aku nggak butuh kamu sempurna,” kata Reyan pelan. “Aku cuma mau kamu nggak pergi.”Satu kalimat itu cukup untuk membuat dada Jasmin terasa penuh. Ia menarik napas panjang, lalu mengembuskannya dalam diam. “Aku nggak janji apa-apa, Rey. Tapi aku di sini sekarang.”Reyan tersenyum tipis, seakan jawaban itu sudah cukup untuknya. “Itu yang aku butuhin.”Ia mengangkat tangan Jasmin, menciumnya
Last Updated : 2025-08-26 Read more