“Kau masuk tanpa izin.” “Pintu terbuka.” “Kau bisa mengetuk.” “Lalu kau tidak akan menjawab.” Jasmin dan Reyan berdiri saling berhadapan di ruang perpustakaan yang tenang. Dindingnya dipenuhi rak-rak kayu tua yang menjulang ke langit-langit, penuh buku berbahasa Prancis, Jerman, dan Italia. Aroma kulit, kertas tua, dan debu elegan menggantung di udara seperti sesuatu yang tidak bisa disentuh sembarangan. Jasmin bersandar ringan di sisi meja panjang, satu tangannya memegang punggung kursi, tubuhnya tenang, tapi matanya tajam mengamati Reyan seperti sedang menantang batas. Pria itu berdiri di dekat rak paling kiri, mengenakan kemeja putih yang digulung di lengan, kancing atasnya terbuka. Wajahnya dingin, tapi napasnya tidak sepenuhnya tenang. “Aku hanya ingin membaca,” kata Jasmin. “Di ruangan ini, tidak ada yang ‘hanya’,” balas Reyan. “Setiap hal punya nilai. Dan setiap orang yang masuk, harus paham apa artinya mengganggu sesuatu yang bukan miliknya.” “Aku tidak menyentuh apa pu
Last Updated : 2025-07-12 Read more