Reyan menggenggam jemarinya lebih erat. “Kamu tau, aku nggak pernah ngerasa kenyang cuma dari makan. Tapi malam ini…,” ia berhenti, menghela napas. “Aku rasa aku kenyang karena kamu ada di depanku.” Jasmin menunduk, senyum kecil terbit di bibirnya. “Kalau kamu terus ngomong manis kayak gini, aku takut nggak bisa pergi.” “Itu tujuan aku,” jawab Reyan tanpa keraguan, membuat Jasmin mendongak menatapnya lagi. Tatapan mereka bertahan lama. Jasmin bisa merasakan kehangatan dari genggaman itu merayap sampai ke dadanya, memecah benteng yang selama ini ia pertahankan. Di ruangan yang temaram hanya dengan cahaya lampu di atas meja, segala suara dari luar terasa menjauh. “Kamu kelihatan capek,” ucap Reyan pelan, jemarinya mulai mengelus punggung tangan Jasmin. “Capek mikirin semuanya,” balas Jasmin jujur. “Terlalu banyak yang harus aku hadapi. Tapi… sama kamu, rasanya kayak semua itu berhenti sebentar.”
Last Updated : 2025-08-25 Read more