Giyan memandangi Nevan yang menggemaskan, dan kelembutan di matanya hampir meluap.Dalam tiga tahun ini, dia telah memberikan seluruh perhatiannya kepada Nevan, ingin menganggapnya sebagai anak kandungnya sendiri dengan sepenuh hati."Ayah, kemarilah!" Suara lembut Nevan terdengar, membuyarkan renungan Giyan. Giyan melihat Nevan melambaikan tangan gemuknya dengan mata yang bersinar penuh harapan.Tanpa Giyan sadari, langkahnya menjadi lebih cepat.Dia berdiri di depan Nevan, lalu menunduk dan menatap mata Nevan.Nevan tersenyum dan berkata, "Aku sudah bilang nggak perlu mengikuti Ibu, sekarang Ayah sudah tahu, 'kan? Saat Ibu bekerja, dia benar-benar nggak peduli dengan siapa pun! Bahkan aku, anak kesayangannya, nggak bisa berbuat apa-apa!"Kemudian, Nevan menunjuk ke kursi kosong di sebelahnya, maksudnya sangat jelas, menyuruh Giyan untuk duduk di sana.Giyan pun menuruti keinginan Nevan dan segera duduk."Ibu selalu begitu, ketika bekerja sering lupa waktu, bahkan makan pun nggak semp
Read more