All Chapters of Di Bawah Selimut Mr. Jaxx: Chapter 61 - Chapter 70

‘Bruk!’ “Apa ini?! Buka itu, cepat!!” Napas Rose memburu, itu terlalu empuk untuk menggambarkan uang yang dibalut plastik hitam. “Ma-madam Rose?” anak buah Rose gemetar menunjukkan apa yang dipegangnya. Itu adalah buntalan yang sama dengan yang dipegang Rose dan masih ada banyak di dalam kanvas sana. Rose langsung menyambar buntalan itu dan cepat membukanya, “Apa ini? Apa ini?!” Merusak plastik hingga tercabik-cabik dan melempar setelah hanya menemukan busa di sana, “Kalian berani membodohiku. Kau akan tahu akibatnya, Jaxx. Kau akan tahu akibatnya.” Rose bersumpah akan membuat Jaxx menyesal sudah menjebaknya begini. *** Pagi ini Erica bangun lebih pagi. Entah, tidurnya tak nyenyak sedikit pun, meski begitu dia juga tak melakukan apa-apa untuk mengawali hari. Hans membuka mata perlahan dan tersenyum sambil mencium pipi Erica, “Sudah bangun?” Erica menoleh, “Apa Jane tidak keberatan kalau aku tinggal di sini?” “Apa kamu memikirkan itu semalaman? Padahal itu bukan hal yang pentin

Erica menoleh dan tersenyum kecut, “Sangat sulit, tetapi aku harus melakukannya, kan?” Kembali melahap makanannya karena Jaxx sudah keluar dari restoran itu. Jessie terkekeh, “Bagaimana pun dia memang cinta pertamamu, kan? Hanya satu yang kupikirkan, apa jika Hans tahu? Kamu siap dengan semua konsekuensinya?” Erica jadi bimbang, “Dia sangat baik dan pengertian, apa yang selama ini kujalani dengan Hans, seperti angin segar yang memberiku hidup sebenarnya. Aku memimpikan pria sepertinya dulu, tetapi Jaxx membuat semuanya berantakan. Aku ... tidak bisa menolaknya, Jessie.” “Aku cukup mengerti perasaanmu, Erica. Sekarang apa rencanamu?” Erica diam sejenak, “Aku masih mengumpulkan uang, sepertinya aku punya rencana gila, aku tidak ingin menyakiti siapa pun, Jessie.” Menggapai tangan Erica yang di meja dan meremasnya, “Aku percaya padamu. Di mana pun kamu, jaga kesehatan, aku akan mendoakan kesuksesanmu dari sini.” Erica tersenyum, ucapan itu sangat hangat sekali, “Terima kasih, Jessi

Ana, seketika panik mendengar tembakan, “Suara apa itu? Apa ada yang terluka?” Dia ingin berlari melihat apa yang terjadi, tetapi Hans yang melewatinya, membuat tubuh itu membatu. Setelah Hans keluar dari Aganta, barulah dia mengintip arah luar yang ternyata sudah kacau, “Di mana Jaxx?” Ana mencari hanya dengan pandangan mata. Setelah cukup lama mencari, menemukan Bill dan Abi yang merangkul Jaxx, lalu pergi dari Aganta, membuat Ana jadi lemas, “Aku tidak bisa mengandalkan mereka.” Situasi yang semakin mencekam dan akhirnya mereda setelah polisi datang, Ana pun pergi ke klinik, dia juga langsung menunggu di ruangan pribadi dokter. Tempat ini pilihan terbaik, kan? Baru saja selesai praktik, dokter itu kaget melihat Ana di ruangannya, “Kenapa kamu ke sini? Kau sudah bilang akan mencari harta karun itu, kan? Itu artinya madam Rose pasti sudah bertemu denganmu, jangan ke sini, aku benar-benar tidak mau berurusan dengan mereka.” Berusaha menarik tangan Ana agar pergi dari kliniknya. Setit

“Mama!!” Jaxx membatu, bagaimana bisa Hans melakukan semudah itu? Bukan hanya dirinya, hampir semua orang menjadi bingung dan linglung, akan melakukan apa jika Rose benar-benar mati karena tubuh itu tidak bergerak sekarang. “Panggil dokter sekarang! Cepat!!” Putri Rose terus mengguncang mamanya agar menjawab panggilannya. Setelah menunggu hampir satu jam di posisi yang sama, setelah dokter datang, bahkan dirinya tetap tak beranjak dari Rose untuk terus memeluk tubuh yang semakin dingin. Sungguh, bukan ini yang dia inginkan. “Madam Rose ... sudah meninggal, Nona.” Dokter mengatakannya cukup keras dan terdengar, membuat beberapa orang beranjak untuk menyiapkan pemakaman, itu adalah hal yang seharusnya. Jaxx yang belum pergi, duduk bersebelahan dengan Bill dan Abi, mengajak keduanya pulang setelah semua orang mengangkat Rose masuk, “Bebersih dulu, setelah ini kita kembali untuk pemakaman Rose, aku ingin memberinya penghormatan terakhir.” Bill dan Abi mengangguk meski wajah mereka ba

Putri Rose tersenyum dan langsung berlari memeluk Hans, “Kenapa sangat lama sekali hanya untuk datang, Hans?” Setelah mengirim hampir sepuluh surat undangan, baru kali ini Hans mau mengunjunginya. Hans berusaha mengurai pelukan itu. Dia ... ... “Kenapa tidak cepat turun? Kita sudah sampai.” ucap Hans saat mengantar putri Rose seolah.” Dengan lancang putri Rose memeluk Hans, “Aku suka kamu.” Hans yang sadar siapa yang ada di sampingnya, langsung mengurai dan disuruh menjauh, “Ingat, aku mau mengantarmu sekolah karena kamu yang merengek, jadi jangan menyulitkan pekerjaanku.” “Tentang ucapanku barusan?” Hans membuang muka, “Kamu adalah putri dari ibu angkatku, jadi aku tidak bisa menerima cinta itu.” “Kenapa? Mama dan Jaxx saja boleh, kenapa aku tidak boleh melakukannya bersamamu? Bagaimana kalau mama sudah meninggal, apa kamu masih mau menjauhiku?” Hans langsung menoleh, “Kau berencana membunuh mamamu sendiri?” Putri Rose menertawakan kebodohan Hans, “Aku kau mau aku melakukann