Lahat ng Kabanata ng Di Bawah Selimut Mr. Jaxx: Kabanata 71 - Kabanata 80

Felix menoleh, melihat Lexi sudah tergeletak di lantai, dia mengangkat gadis itu dan panik seketika. “Tolong! Tolong!!”Beberapa staf toserba membantu. Sungguh, ini hal yang di luar dugaan, Lexi membuat banyak orang panik.Anggun menghampiri Felix, “Ada apa dengan Lexi?”“Aku tidak tahu.” Felix memilih berbalik arah dan menuju tempat lain.Anggun merasa bertanggungjawab dengan Lexi, memilih menemani Lexi dan membiarkan Felix pergi sendiri, putranya itu lebih pandai menjaga diri tanpanya.“Felix!”Panggilan itu membuat Felix berhenti. Dia yang masih kesal menoleh dan siap memaki jika masih saja ada yang mengganggu, tetapi yang di depannya, “Mahira?” Felix tersenyum dan mendekat, melihat Mahira datang dengan membawa troli, seolah kesalnya hilang seketika, “Bukankah kamu pergi dengan seseorang?”Mahira tersenyum, “Alex? Ya, dia sering mengajakku pergi. Kamu di sini ...” Mahira mengedarkan padangan, “sama siapa?”Felix tersenyum sambil menggaruk rambut, “Mama. Aku ... bosan, jadi aku perg

Felix baru saja mengantar Mahira pulang, tinggal satu belokan lagi, dan akan sampai rumah. Namun, dua motor dengan dikendarai masing-masing dua orang, melintang sampai tidak mungkin bagi Felix untuk lewat. “Maaf, aku mau lewat.” ucapnya tanpa turun dari motor.Empat pria itu tertawa bersamaan, “Lalu? Apa kami harus memberimu karpet merah?”Felix terkekeh, “Kalian bukan orang sini, kan? Apa kalian mencariku? Sengaja menghadangku?” Mematikan mesin motor dan turun.“Berani juga tikus ini, Bos. Apa dihajar sekarang saja?” Setelah yang terlihat paling berkuasa mengangguk, langsung meninju bocah ingusan di depannya.Meski sakit mengenai pelipis, Felix kembali menoleh sambil tertawa, “Hanya segitu? Apa sekarang sudah giliranku?”Pertanyaan itu membuat pria yang baru saja meninju, jadi gamang, dia yakin sudah cukup keras tadi.“Ayo!” Pria yang paling berkuasa mengajak anak buahnya mengeroyok Felix. Tak sesulit yang dibayangkan, nyatanya bocah ingusan itu sudah tergeletak di jalan, “Jangan per

Lexi mencium bibir Felix, meski tak ada sahutan berarti, dia tetap melakukannya hingga tubuhnya terasa panas sendiri. Berdiri dengan lutut meski tetap di pangkuan Felix dan melepas pakaiannya, “Apa aku tidak merasakan sesuatu, Felix?”Felix menggeleng.“Kau tidak pernah berciuman? Tidak pernah pacaran? Jangan bilang kau suka sama batang.”Felix terkekeh, “Tidak, aku hanya tidak tahu harus melakukan apa?” Felix tidak menyangka Lexi akan bertelanjang dada, meski masih memakai celana dalam, Felix pikir Lexi akan malu-malu tadi, ternyata dia salah besar.“Kulum ini, menyusulah seperti bayi, dan aku ingin tahu apa kau bisa melakukannya dengan benar. Kau harus profesional kalau mau belajar denganku.”Felix menurut, langsung menyentuh dada Lexi, dan memijatnya pelan. Terasa lembut dan kenyal, seperti squishy yang pernah dibelinya, bahkan meremas ini rasanya lebih menyenangkan.“Kulum, Felix.” Lexi merasa sentuhan Felix terlalu lamban.Felix melahap puting itu, menghisapnya, menggigit pelan,

Hari ini, Lucas mengantar Felix ke bandara, meski sama lelakinya, dia memeluk sahabatnya itu, “Kalo ada apa-apa, pengen cerita, chat aja gue.”Felix mengangguk, “Kalo lu pengen kuliah, sama ortu lu dibolehin, datang aja, gue sediain tempat.”Lucas tertawa, “Hati-hati.” Membiarkan Felix masuk dan dirinya pulang setelah Felix tak terlihat lagi. Baru saja sampai rumah, Kevin meneleponnya, “Apaan?”“Mahira di sini.”Lucas pun menarik napas panjang dan dalam, “Gue ke sana sekarang.” Tak butuh waktu lama dan dia sudah berhadapan dengan Mahira, “Tumben ke sini?”Mahira hanya tersenyum kecut, “Kamu pasti tahu di mana Felix, kan?”Lucas menoleh ke Kevin, bingung harus mulai dari mana, pada lagi dia sedang berhadapan dengan cewek.“Hampir seminggu Felix gak masuk, Sabtu kemarin katanya mau nyamperin ke rumah Nanda, dia juga gak ke sana, kalian berteman, lebih dekat dari aku, kalian pasti tahu ke mana Felix.”Kevin membuang napas kasar, “Kasih tahu aja, Mahira berhak tahu.”Lucas menelan ludah,

Alex tersenyum, merapikan rambut Mahira, dan mengusap pipi itu juga, “Tidak, Sayang. Hari ini aku punya pekerjaan.”Mahira menunduk, “Kamu tetap tidak berhenti, kenapa? Bukankah semua yang kamu lakukan tidak ada gunanya? Kalau aku jadi kamu, aku akan mengambil risiko apa pun untuk pergi, tetapi kamu tetap saja tidak mau. Kamu sudah janji, kan? Demi semuanya, demi kita, demi aku, kamu akan berhenti?”Alex tersenyum lagi, bahkan lebih lebar, dia menarik Mahira dan memeluk, “Aku masih memikirkan caranya. Jangan kawatir.” Memberikan kecupan di kening dan mengurai pelukan, “Masuklah. Aku tidak mau Maya menunggu. Besok, aku akan mengantarmu ke kantor, kuliahmu aman, kan?”Mahira mengangguk, “Aku mengambil kelas on line, aku ke kampus hanya untuk mengumpulkan tugas, dan presentasi akhir. Sebentar lagi aku wisuda, doakan saja, aku tidak sabar mendapatkan gelar dan meraih impianku.”“Kamu pasti berhasil. Masuklah. Aku harus pergi.” Mencium kening Mahira lagi dan melambaikan tangan.Sedangkan F