Malam itu menggigit. Angin menerpa wajah Juned dan Alisa saat motor melaju melalui jalanan sepi. Alisa duduk sedikit ke belakang berusaha tak terlalu dekat dengan Juned, tubuhnya sesekali berguncang saat ban melewati lubang di aspal. “Kita hampir sampai,” gumam Juned, suaranya hampir tenggelam oleh deru mesin. Matanya terus menjelajah ke kiri-kanan, waspada terhadap bayangan yang mungkin mengikuti. Alisa mengangguk, tidak menyadari betapa kaku tubuh Juned. “Aku masih tidak mengerti kenapa Kak Tania tidak memberi kabar kepindahannya,” teriaknya di atas suara angin.Juned tidak langsung menjawab. “Kau tidak akan pernah mengerti,” batinnya. Tiba-tiba, dari kejauhan, terlihat gerbang besar rumah Bu Ratna. Semua tampak begitu sama saat terakhir Juned meninggalkan rumah itu—beberapa mobil mewah parkir sembarangan, pintu utama terbuka lebar, dan suara musik keras yang tidak karuan menyembul dari dalam. Juned mengerem kasar beberapa meter sebelum gerbang. “Dengar, Alisa,” ia menata
Dernière mise à jour : 2025-07-11 Read More